Imunisasi dasar lengkap merupakan hak anak yang hendaknya dipenuhi oleh orang tua. Namun, dewasa ini banyak beredar mitos-mitos seputar imunisasi atau vaksinasi yang membuat orang tua ragu untuk memberi anaknya vaksin. Apa saja mitos dan fakta seputar imunisasi yang perlu Parents ketahui?
Parents, penting untuk mengetahui bahwa imunisasi sangat penting untuk kesehatan anak. Manfaat imunisasi untuk anak sangat banyak, di antaranya sebagai upaya pencegahan penyakit yang berbahaya, meningkatkan kekebalan tubuh anak, mencegah resisten antibiotika, dan mewujudkan kekebalan komunitas (herd immunity).
Artikel Terkait: Tidak Boleh Memandikan Bayi Setelah Imunisasi, Mitos atau Fakta?
Sumber: Freepik
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan rekomendasi imunisasi dasar yang sebaiknya diberikan kepada anak sejak baru dilahirkan. Jenis imunisasi tersebut adalah sebagai berikut:
- Hepatitis B
- Polio
- BCG
- DTP
- Hib
- PCV
- Rotavirus
- Influenza
- Campak
- MMR Tifoid
- Hepatitis A
- Varisela
- HPV
- Japanese Encephalitis
- Dengue
Menurut dr. Ellen Wijaya, Sp.A, dokter spesialis anak yang berpraktik di RS Pondok Indah Puri Indah Jakarta, dengan memberikan vaksin yang dibutuhkan anak, Parents juga turut serta berpartisipasi dalam menurunkan infant mortality rate (IMR) dan memperpanjang angka harapan hidup anak Indonesia.
3 Mitos dan Fakta Imunisasi yang Perlu Parents Ketahui
dr. Ellen juga menjelaskan mengenai mitos dan fakta seputar imunisasi yang kerap beredar di berbagai lapisan masyarakat. Tidak jarang, orang percaya akan mitos tak berdasar tentang imunisasi sehingga mengurungkan niat untuk vaksinasi buah hatinya.
Padahal, vaksin memiliki banyak sekali manfaat untuk kehidupan anak. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta seputar imunisasi yang perlu Parents ketahui kebenarannya.
Artikel Terkait: Beberapa Cara Agar Imunisasi Jadi Lebih Menyenangkan
1. Lebih Baik Mendapat Kekebalan Tubuh dari Penyakit daripada Vaksin
Sumber: Freepik
Banyak yang beranggapan bahwa anak lebih baik mendapatkan kekebalan tubuh atau antibodi dari penyakit daripada vaksinasi. Padahal, penyakit berbahaya memiliki risiko untuk kesehatan anak misalnya cacat permanen atau kematian.
“Banyak risiko, bisa cacat dan sakit. Misalnya anak sudah pintar lalu ia kena meningitis otaknya, jadinya tidak bisa berkembang dengan baik lagi. Imunisasi dapat melindungi anak dari penyakit berbahaya, lindungi anak dengan imunisasi,” papar dr. Ellen.
Walau terkadang memiliki efek samping seperti nyeri atau demam, gejala yang timbul setelah vaksinasi tergolong ringan dibandingkan anak harus mengalami gejala berat dari penyakit berbahaya.
2. Vaksin Menyebabkan Autisme, Termasuk Mitos Imunisasi yang Ramai Beredar
Sumber: Freepik
Hingga kini banyak yang menganggap vaksin menyebabkan autisme, terutama jenis vaksin MMR (Mumps, Measles, dan Rubella). dr. Ellen menyatakan bahwa hal ini tidak terbukti secara medis.
“Tidak terbukti (vaksin menyebabkan autisme). Tidak ada korelasi dengan vaksin dan autis,” jelasnya.
Hal ini bisa saja berkaitan dengan usia anak ketika mendapatkan vaksin MMR, yaitu sekitar 18 bulan. Menurut dr. Ellen, orang tua kerap menyalahkan vaksin MMR ketika anaknya yang berusia 18 bulan menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada gangguan autisme.
“Padahal tidak ada kaitannya sama sekali dan vaksin MMR aman diberikan,” lanjutnya.
dr. Ellen juga meyakinkan bahwa vaksin MMR bisa melindungi anak, sekaligus melindungi ibu hamil yang ada lingkungan sekitar dari Rubella Congenital yang berbahaya untuk janin di dalam kandungannya.
Artikel Terkait: Bagaimana Jika Pemberian Imunisasi Dasar Terlambat?
3. Mitos dan Fakta Imunisasi: Vaksin Mengandung Zat Berbahaya
Sumber: Freepik
Mitos lain yang sering kali kita dengan adalah vaksin mengandung zat yang berbahaya, misalnya alumunium. dr. Ellen mengiyakan bahwa memang vaksin mengandung alumunium, tetapi jenisnya tidak berbahaya untuk kesehatan dan diberikan dalam dosis yang kecil sekali.
“Zat (alumunium) yang terkandung sifatnya untuk membantu memberikan proteksi. Alumunium jumlahnya sangat kecil, fungsinya untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh anak. Kerjanya sebagai adjustant agar dosis yang diberikan untuk anak tidak terlalu banyak, jadi 0,5 cc saja sudah bisa memberikan proteksi yang baik,” ia menjelaskan.
Banyak pula yang menyebut vaksin mengandung merkuri yang berbahaya. Berdasarkan penjelasan dari dr. Ellen, vaksin memang mengandung merkuri, tetapi jenisnya yang terkandung tidak berbahaya.
“Merkuri mana dulu, yang terkandung (dalam vaksin) ini ethyl jadi tidak berbahaya, jumlahnya sangat rendah dan tidak membahayakan,” ujarnya.
***
Apakah Parents pernah mendengar mitos-mitos seputar vaksinasi seperti dijelaskan di atas? Mudah-mudahan setelah mengetahui lebih jauh mengenai mitos dan fakta seputar imunisasi, Parents jadi tidak ragu lagi untuk memberikan imunisasi untuk buah hati tercinta, ya.
Baca Juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.