Dewasa ini, banyak pasangan suami istri yang memutuskan untuk memiliki satu anak saja. Alasannya, tentu saja beragam. Namun, tidak sedikit yang masih mempertanyakan bagaimana mendidik anak tunggal?
Hal ini tentu saja tidak terlepas dengan banyak anggapan atau stereotype di lingkungan masyarakat yang menilai kalau anak tunggal itu cenderung manja, egosentris, dan antisosial.
Padahal, sifat dan karakter anak tentu saja akan terbentuk dari pola asuh orangtua dan faktor lingkungan sekitar.
Hal ini pun ditegaskan oleh psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si. Saat berbicang dengan theAsianparent, ia menegaskan, “Semua tentu akan berpulang ke cara pengasuhan orangtua lebih dulu. Anak-anak sedari awal perlu diajarkan cara berjuang, bagaimana bisa berbagai dengan orang lain, tahu kalah atau kecewas.
Toh, jika dianggap tidak bisa berbagai dengan saudara kandung, hal itu tetap bisa dilakukan dengan siapa pun. Dengan teman sekolahnya, sepupu, bahkan dengan pengasuh dan tentu saja dengan orangtua. Yang penting keterempilan sosial itu memang perlu dibangun sejak kecil,”tegasnya.
Ole karena itulah, prinsipnya untuk menumbuhkan karakter positif terbentuk dengan baik, termasuk pada anak tunggak, Parents perlu mengetahui bagaimana cara mengasuh dan mendidik yang tepat.
7 Tips mendidik anak tunggal agar ia lebih mandiri dan mudah bersosialisasi
Tidak dapat dipungkiri, anak tunggal juga memiliki karakteristik unik yang membedakan ia dari anak-anak lain yang memiliki saudara. Karena terbiasa dengan kesendirian dalam lingkup keluarga, anak tunggal memang memiliki risiko menjadi sosok yang sedikit egois dan sulit menjalin komunikasi dengan orang baru. Hal ini pun akhirnya bisa menjadi tantangan tersediri bagi Parents dalam mengasuhnya.
Tapi tenang saja, karakter tersebut tidak mutlak, kok.
Agar karakter dari si kecil bisa terbentuk dengan baik, theAsianparent telah merangkum beberapa tips mendidik anak tunggal secara khusus untuk Parents sebagai berikut ini:
-
Dorong ia untuk berinteraksi dengan orang lain
Untuk mengurangi rasa kesepian, anak tunggal biasanya sering menciptakan sosok teman khayalan atau pun menjalin ikatan dengan benda mati seperti boneka. Meski perhatian yang diberikan Parents cukup besar, tetapi ia juga tetap membutuhkan interaksi dengan teman seusianya.
Oleh karena itu, saat memiliki anak tunggal, sebaiknya lebih sering mengajak ia untuk berkegiatan di lingkungan sosial. Hal tersebut selaras dengan penjelasan Profesor Klinis Anak dari Universitas California bernama J.Lane Tanner.
Ia menjelaskan, aktivitas sosial bisa mulai diberikan ketika usinya sudah menginjak 18 bulan. Parents bisa mengatur jadwal playdate secara rutin agar anak bisa bebas bermain dengan teman sebaya dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Children see, children do. Ini pun berlaku pada anak tunggal. Hanya saja, karena anak sendirian, umumnya ia tidak memiliki kesempatan untuk mengalami berbagai konflik dengan saudara. Padahal, konflik antar saudara sebenarnya sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan ia berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan luar.
Nah, agar si kecil bisa mendapat kemampuan tersebut, Parents bisa mengajarkan dan memberikan ia contoh dalam hal berbagi, berkompromi, dan sebagainya. Ajarkan ia juga tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan, mengambil konsekuensi, serta pentingnya bersimpati pada orang lain.
-
Bersikap hangat dan jenaka
Menurut Dr. Kevin Leman, penulis The Birth Order Book, anak tunggal cenderung memiliki sifat logis sehingga kerap menangkap segala sesuatu sebagai hal yang serius. Oleh karena itu, ia mungkin saja akan lebih kaku dan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang baru.
Agar si kecil bisa lebih santai dan percaya diri, Parents sebaiknya lebih bersikap hangat dalam mengasuhnya. Ajaklah ia bercanda lebih sering dan hindari pola asuh otoriter atau terlalu membatasi ruang geraknya agar ia bisa lebih bebas berekspresi.
-
Berikan ia tanggung jawab
Agar si kecil tidak tumbuh menjadi anak yang manja, maka ajarkanlah ia untuk menjadi sosok yang bertanggung jawab. Hal ini bisa dibentuk dari tugas yang sederhana di rumah.
Misalnya, berikan ia tugas untuk menyiram tanaman di halaman rumah setiap pagi. Atau Parents juga bisa meminta bantuannya untuk membereskan dan mencuci piring setelah makan.
Ketika ia sudah melaksanakan tugas tersebut, jangan lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada si kecil sebagai bentuk apresiasi.
-
Bijaklah dalam mengikuti keinginan anak
Tanggungan Parents memang cenderung lebih ringan dibandingkan dengan orangtua yang memiliki anak lebih dari satu. Meski demikian, hal tersebut bukan berarti Parents harus mengikuti semua keinginan si kecil begitu saja. Pasalnya, cara pengasuhan seperti inilah yang malah akan membentuk sikap manja dan egois pada si kecil.
Menuruti keinginan anak tentu saja boleh, apa lagi jika berhubungan dengan masa depan. Misal, mendaftarkan anak di sekolah terbaik. Namun, berikanlah batasan pada pemberian hadiah atau hal-hal yang ia inginkan seperti mainan.
Pasalnya, anak yang selalu dihujani hadiah akan beranggapan bahwa ia selalu akan mendapatkan apa yang diinginkan. Sehingga hal tersebut bisa membentuk karakter negatif saat ia tumbuh dewasa.
-
Kesempurnaan bukanlah segalanya
Anak tunggal memiliki sifat perfeksionis. Hal ini selaras dengan penjelasan Carl E. Pickhardt, penulis Keys to Parenting an Only Child. Pasalnya, anak tunggal memiliki kecenderungan untuk membuat orangtua mereka bangga. Dan karena dia lebih sering menghabiskan waktu dengan orang dewasa di lingkungan keluarga, ia jadi memiliki standar dan pola pikir yang lebih dewasa dari anak lainnya.
Beritahu si kecil bahwa menetapkan tujuan untuk menggapai suatu hal memang baik. Namun, ia tidak perlu memaksakan diri atau bahkan sampai membuat ia tertekan dalam menggapai hal tersebut. Ungkapkan perasaan bahwa Parents juga akan tetap bangga dan bahagia meski ia tidak bisa mencapai salah satu keinginan.
-
Biarkan ia mengeksplorasi diri
Anak tunggal merupakan sosok yang sangat berharga bagi orangtua. Namun, tidak ada salahnya juga untuk memberikan ia kebebasan untuk mengeksplorasi kemampuan diri secara mandiri. Hal ini maksudnya, hindari memberikan pola asuh yang terlalu protektif pada anak. Bebaskan ia dalam melakukan berbagai hal selagi kegiatan tersebut bermanfaat. Awasi dan bimbing ia sewajarnya.
Itulah hal-hal yang bisa Parents lakukan dalam mendidik anak tunggal. Si kecil merupakan satu-satunya anugrah dan kesempatan yang diberikan pada Parents sebagai orangtua. Jadi, tidak ada salahnya untuk memberikan pola asuh tepat dan tidak terlalu menekan agar ia tumbuh sebagai pribadi yang positif.
***
Baca juga:
Beratnya jadi seorang ibu tunggal, ibu ini berbagi pengalamannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.