Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan rekomendasi atau panduan para orang tua untuk melindungi anak dari erupsi gunung berapi.
Seperti yang diketahui, pada Sabtu (4/12) lalu, Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami erupsi. Saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, orang tua pun diminta untuk melindungi diri dan anak. Pasalnya, anak merupakan salah satu kelompok rentan.
Oleh karena itu, perlu beberapa kiat yang kita ketahui agar bisa dilakukan untuk melindungi anak dari bahaya erupsi.
Paparan erupsi gunung berapi sendiri dapat berdampak negatif terhadap kesehatan anak, bahkan dapat meningkatkan beberapa risiko penyakit.
Beberapa masalah kesehatan yang mungkin dialami anak adalah, infeksi saluran pernapasan (ISPA), diare, iritasi mata, iritasi kulit, dan pneumonia.
Selengkapnya, berikut ini rekomendasi IDAI untuk melindungi anak dari erupsi.
Artikel terkait: 6 Penyakit Pasca Banjir, Waspada Ya, Bun!
Panduan Melindungi Anak dari Bahaya Erupsi Menurut IDAI
1. Pantau kondisi untuk Melindungi Anak dari Bahaya Erupsi
Ilustrasi anak di pengungsian
Orang tua harus terus melakukan pemantauan terhadap kondisi sekitar. Selain itu, orang tua wajib untuk terus mematuhi peringatan yang diberikan oleh pemerintah selama terjadi bencana. Apabila pemerintah memerintahkan untuk mengungsi, segera lakukan. Orang tua juga harus terus memantau kondisi kualitas udara di lingkungan, terutama di daerah yang terkena dampak abu vulkanik.
2. Usahakan Beraktivitas di Dalam Ruangan
Orang tua juga wajib mendampingi anak selama beraktivitas. Usahakan untuk mengajak anak berkativitas di dalam ruangan. Cara ini dapat dilakukan untuk mencegah anak terpapar udara yang bercampur abu vulkanik berlebihan. Agar anak tidak bosan berada di dalam ruangan, ajaklah melakukan berbagai permainan menarik yang bisa dilakukan di dalam ruangan.
3. Bersihkan Ruangan Secara Berkala
Ilustrasi anak di pengungsian
Selain itu, orang tua juga harus membersihkan ruangan secara berkala. Tutup pintu dan jendela rapat-rapat agar abu vulkanik tidak masuk rumah.
Cara ini dilakukan untuk meminimalkan paparan abu vulkanik di dalam ruangan. Biasanya, abu vulkanik akan masuk melalui celah-celah kecil dalam rumah, entah itu ventilasi atau celah di antara atap. Oleh karena itu, sapu secara berkala dalam ruangan.
Artikel terkait: Tips Sembuhkan Trauma pada Anak yang Mengalami Bencana agar Mentalnya Kembali Stabil
4. Anak Kenakan Pakaian Panjang, Masker, dan Kacamata
Apabila ada keperluan mendesak untuk keluar rumah, kenakan masker untuk mencegah abu vulkanik terhirup oleh tubuh. Selain itu, pakaikan anak pakaian lengan panjang yang menutupi semua bagian tubuhnya. Cara ini dilakukan untuk meminimalkan risiko iritasi kulit pada anak yang disebabkan oleh abu vulkanik. Seperti kita tahu, kulit anak bisa dibilang masih sangat sensitif. Oleh karena itu, lindungi kulit anak dari abu vulkanik.
Orang tua juga haru mengenakan anak masker untuk mengurangi risiko karena terpapar abu vulkanik. Masker tidak hanya berfungsi untuk melindungi anak dari abu vulkanit, tetapi juga melindungi anak dari paparan virus corona baru karena saat ini masih dalam keadaan pandemi COVID-19. Anak juga harus mengenakan kacamata untuk melindungi mata anak dari iritasi mata.
5. Melindungi Anak dari Erupsi dengan Menyiapkan Keperluan Emergensi
Seperti dalam keadaan darurat bencana lainnya, orang tua memang perlu untuk selalu menyiapkan berbagai keperluan emergensi atau darurat dalam satu tas.
Beberapa keperluan darurat yang perlu disiapkan adalah; obat-obatan, dokumen penting, pakaian untuk tiga hari, makanan kering, air putih, alat bantu penerangan, powerbank, uang tunai, dan perlengkapan mandi.
Artikel terkait: Ditemukan Meninggal Berpelukan, Ini Kisah Rumini dan Ibunya Korban Erupsi Semeru
6. Mengungsi di Daerah Aman yang Ditetapkan Pemerintah dengan Menjaga Protokol Kesehatan
Ilustrasi anak di pengungsian
Hal yang perlu diperhatikan ketika melindungi anak dari erupsi selanjutnya adalah menghindari mengungsi di daerah hilir letusan. Sebaiknya, carilah pengungsian aman, yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Karena masih dalam masa pandemi COVID-19, orang tua dan anak harus tetap menjaga protokol kesehatan selama di pengungsian.
Demikian beberapa tips melindungi anak dari erupsi seperti yang direkomendasikan oleh IDAI. Seperti kita tahu, Indonesia adalah negara yang rawan bencana alam. Oleh karena itu, edukasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana sangat diperlukan.
Baca juga:
Gunung Anak Krakatau erupsi, lakukan ini agar anak tidak panik saat bencana alam
5 Hal yang Perlu Bunda Perhatikan saat Harus Menyusui dalam Kondisi Bencana
Ini cara melatih si kecil menghadapi gempa bumi, catat Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.