Bagaimana menjaga kesehatan mental anak di era digital? Simak Redea Institute mengajak orang tua belajar langsung dari pakar internasional, Rebecca Branstetter, Ph.D.
Survei Menemukan 34% Pelajar SMA Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Kesehatan mental menjadi fenomena baru di masyarakat, khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Istilah “healing” sejenak, menjadi sering terdengar. Kita pun semakin sering mendengar atau membaca adanya kasus-kasus berupa gangguan kecemasan, depresi, penyimpangan perilaku dan lain sebagainya.
Bahkan muncul pertanyaan: apakah generasi sekarang rentan akan gangguan mental? Menurut data WHO(2022), sekitar 1 (satu) dari 8 (delapan) orang di dunia mengalami gangguan mental, dengan depresi dan kecemasan sebagai yang paling umum.
Sebuah survei di Jakarta bahkan menemukan bahwa 34% pelajar SMA terindikasi memiliki masalah kesehatan mental, dengan 23% di antaranya mengalami gangguan emosional seperti kekhawatiran berlebihan dan mudah merasa tidak bahagia (Jiwa Institute, 2024).
Rebecca Branstetter, Ph.D., Memberikan Serangkaian Parents Workshop

Dunia terus berubah dan tidak bisa dipungkiri bahwa generasi saat ini menghadapi tekanan yang lebih besar untuk berbagai performa, termasuk tuntutan akademik dan persaingan global. Ditambah lagi, paparan media sosial sering kali memperburuk perasaan tidak aman dan membandingkan diri dengan orang lain.
Menjadi penting bagi kita untuk bertanya bagaimana mengajarkan anak-anak kita untuk menjaga kesehatan mentalnya sehingga kelak mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak rapuh dan mampu meregulasi dirinya (self-regulated leaders). Dan bagaimana kita sebagai orang tua dapat membantu mempersiapkan anak-anak dengan resiliensi mental yang kuat.
Dalam kesempatan ini Redea Institute, yang menaungi jaringan Sekolah HighScope Indonesia, telah mengundang Rebecca Branstetter, Ph.D., seorang psikolog berlisensi dan doktor dari University of California Berkeley, Amerika Serikat, untuk memberikan serangkaian workshop bagi orang tua siswa, mulai dari usia early childhood sampai dengan SMA.
Branstetter adalah pembicara terkemuka dan pakar media nasional di bidang kesehatan mental bagi sekolah dan keluarga. Ia telah menerbitkan 11 buku mengenai perkembangan dan kesejahteraan anak, termasuk The Everything Parents Guide to Executive Functioning dan Small Habits Create Big Changes.
Rangkaian parents workshop ini dimulai pada hari Rabu, 26 Februari 2025, dengan sesi yang berjudul “The ABCs of Managing Emotional Meltdowns and Shutdowns (Yours and Your Child’s!)”. Dalam sesi ini Branstetter bertanya “Apakah Anda pernah bingung menghadapi reaksi emosional anak Anda atau Anda sendiri?”
Via platform Zoom, orang tua mempelajari 26 strategi praktis untuk mengelola ledakan emosi, yang membantu mereka dan anak-anaknya menghadapi momen emosional dengan lebih mudah. Bersama-sama mempelajari strategi untuk tetap tenang, menurunkan emosi, dan mengubah momen-momen emosional menjadi kesempatan untuk belajar.
“Kids don’t know how to deal with their big feelings. So, when you see your child acting out or shutting down, that is a clue for you that they are still in ‘fight or flight’ mode, they’re having a stress reaction. And our job is to not join the chaos, and bring in our calm,” ujar Branstetter.
Tips & Trik untuk Meningkatkan Fokus dan Motivasi
Sesi selanjutnya berjudul “Parents’ Guide to Boosting Attention and Motivation at Home” diadakan pada hari Selasa, 4 Maret 2025. Branstetter memulai sesi ini dengan membahas tips & trik untuk meningkatkan fokus dan motivasi anak-anak di rumah melalui pengembangan keterampilan executive function.
Branstetter juga membekali orang tua dengan strategi untuk mendorong kemandirian dan ketekunan dalam belajar, dan juga mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan produktif.
“I will give you an executive functioning pro-tip. As parents, lend your frontal lobe to the child, don’t be
the child’s frontal lobe. Meaning, you involve them in making decisions, ask them questions, don’t just tell
them what to do and make every decision for them, ” ungkap Rebecca Branstetter, Ph.D.
Tips Anak Aman dan Gigih di Dunia Digital

Sesi terakhir diadakan pada hari Rabu, 12 Maret 2025, yang berjudul “Protecting Your Child’s Mental Health and Safety Online.”
Pada sesi ini orang tua mempelajari pendekatan berbasis riset guna mendapatkan manfaat dari “waktu tatap layar”, sekaligus memastikan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak mereka di dunia digital.
Branstetter memberikan berbagai cara untuk membuat batasan, mengenali tanda-tanda bahaya, dan bagaimana melakukan percakapan yang akan membuat anak anda aman dan gigih di dunia digital.
“Technology is not good or bad. It is a tool and it depends on how you use it. Just like a hammer, we can
build something very cool with it. A carpenter can create beautiful things with a hammer, but we
wouldn’t leave our toddler with a hammer and just hope everything goes well right?” tukas Branstetter.
Di akhir acara, Antarina S.F Amir, Founder dan CEO dari Redea Institute dan HighScope Indonesia mengungkapkan rasa terima kasih kepada seluruh orang tua Sekolah HighScope Indonesia yang turut berpartisipasi dalam rangkaian parents workshop ini.
“Kami berharap wawasan yang dibagikan dapat memperkuat peran Anda dalam perkembangan anak Anda. Kami pun tidak sabar ingin lebih banyak lagi berbagi, belajar, dan tumbuh bersama sebagai komunitas,” ujar Ibu Antarina.
***
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.