Suara dentuman keras terdengar di daerah Jakarta dan sekitarnya pada dini hari, 11 April 2020 lalu. Diketahui juga bahwa terjadi erupsi kembali di Gunung Anak Krakatau sebanyak 2 kali. Agar anak tidak panik saat ada bencana alam seperti ini, pastikan Anda juga tidak panik ya, Parents!
Namun, hingga saat ini masih belum diketahui apakah sumber asal dari suara dentuman tersebut berasal dari erupsi atau bukan.
Dikutip dari kompas.com, Volkanolog Institut Teknologi Bandung, Mirzam Abdurrachman mengungkapkan bahwa suara dentuman tersebut bisa terjadi salah satunya karena aktivitas magma dari suatu gunung api.
Magma berpindah secara tiba-tiba dari dapur magma ke lokasi yang lebih dangkal sehingga menyebabkan kekosongan dan ambruknya dapur magma dalam. Kejadian ini menghasilkan dentuman dan getaran di daerah sekitarnya.
Tentu saja suara dentuman yang cukup kencang pada pukul 02.00 hingga 03.00 WIB tersebut cukup mengagetkan warga yang bermukim di sekitar Banten, Jakarta, Bogor, dan Depok.
Agar anak tidak panik saat bencana alam
Apakah Anda salah satu warga yang mendengar dentuman keras tersebut, Parents?
Bencana alam seperti gunung meletus, gempa, banjir, dan sebagainya adalah hal yang lumrah terjadi. Hidup berdampingan dengan alam, tentunya kita harus mempersiapkan diri apabila terjadi bencana alam.
Anak-anak juga harus mengetahui bahwa bencana alam bisa terjadi kapan saja. Namun, bagaimana caranya agar anak tidak ikut panik apabila terjadi bencana alam? Berikut adalah beberapa tips khusus untuk Parents.
Berikan anak pengetahuan mengenai bencana alam agar tidak panik
Seringkali ketakutan disebabkan oleh ketidaktahuan. Oleh karena itu, hal yang paling mendasar yang bisa Parents lakukan adalah memberikan anak pengetahuan mengenai bencana alam.
Parents bisa mencari buku mengenai bencana alam yang ditulis khusus untuk anak. Biasanya pada buku anak, penjelasan yang diberikan akan mudah untuk dimengerti oleh anak. Selain melalui buku, Parents juga bisa mencari video atau film anak-anak mengenai bencana alam.
Ilustrasi yang menarik akan membuat anak lebih mudah untuk memahami mengenai bencana alam. Parents bisa meluangkan waktu untuk membacakan buku atau menonton video bersama anak sebagai bagian rutinitas sebelum tidur atau saat bermain bersama anak.
Usahakan untuk memberi informasi kepada anak sesuai dengan usianya. Tidak perlu menunjukkan gambar-gambar yang menakutkan karena bisa membuatnya trauma.
Beritahu anak apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana alam
Meskipun terdengar agak ‘berat’, anak perlu diajak diskusi mengenai apa yang harus dilakukan jika ada kejadian darurat. Misalnya jika terjadi gempa, jangan berdiam di rumah dan sebaiknya langsung keluar dari rumah.
Sebagai contoh lainnya, jika terjadi kebakaran, beritahu agar anak menjauh dari sumber api dan ajak anak untuk melihat di mana Anda menaruh alat pemadam api sederhana di rumah.
Beritahu juga anak tempat menyimpan barang-barang penting yang harus dibawa ketika terjadi bencana. Ajak anak untuk terlibat, misalnya menyimpan barangnya yang sekiranya penting dan harus dibawa ketika ada kejadian darurat dan prosedur menyelamatkan diri yang baik dan benar.
Perhatikan juga reaksi anak, pastikan Anda tidak memberikan informasi yang terlalu berlebihan sehingga membuatnya ketakutan. Buatlah diskusi tidak terlalu serius atau sebagai pembicaraan ringan saja.
Bermain peran untuk simulasi bencana alam agar anak tidak panik
Bermain peran adalah salah satu cara yang baik untuk membuat ‘simulasi kejadian’ bencana alam dengan menyenangkan bersama anak. Sambil bermain, berikan informasi-informasi yang akan berguna, misalnya cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana alam.
Anda bisa membuatnya menyenangkan dengan menggunakan berbagai macam alat bantu dan mainan anak. Ketika bermain peran, Anda dan anak juga bisa mempraktekkan apa yang dipelajari sebelumnya, baik dari buku ataupun film.
Tetap tenang dan jangan panik
Anak akan meniru apa yang orang tuanya lakukan. Jika terjadi bencana alam, hal yang paling penting yang harus dilakukan orangtua adalah tetap tenang. Seringkali orangtua yang panik akan membuat anak terintimidasi.
Oleh karena itu, usahakan tidak terdengar ketakutan atau terlihat panik di depan anak. Intonasi bicara juga harus diperhatikan karena anak mudah terpengaruh akan apa yang didengarnya.
Anda bisa menjelaskan dengan singkat terlebih dahulu apa yang terjadi dan apa yang akan Anda lakukan. Misalnya ketika ada gempa, anda bisa berkata seperti ini kepada anak, “Nak,sekarang ada gempa. Ingat apa yang ibu ceritakan? Sekarang kita keluar rumah ya supaya aman”.
Jangan berbohong kepada anak
Situasi yang buruk seringkali membuat Parents merasa harus berbohong kepada anak agar anak tidak panik. Namun pada kenyataannya, anak perlu tahu apa yang terjadi agar mudah untuknya memahami situasi yang sedang berlangsung.
Jika anak bertanya mengenai situasi dan kondisi yang sedang berlangsung, jawab secara singkat tanpa membicarakan hal-hal yang bisa membuat anak takut.
Buat anak merasa aman dan nyaman
Jika bencana alam tersebut sudah berlalu, Anda bisa memeluk atau merangkul anak untuk membuatnya tahu bahwa dia aman bersama Anda. Selain itu, beritahu anak jika semua sudah berlalu dan rencana apa yang selanjutnya bisa dilakukan.
Support keluarga sangat dibutuhkan untuk membuat anak merasa aman. Fokus pada keselamatan diri anak dan pastikan ia tidak merasa sendirian, ya!
Sumber: kompas.com, earsnacks.org
Baca Juga:
Amankan Anak dari Banjir, Lakukan 9 Tips Penting Ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.