Beberapa balita memiliki masalah gizi yang dapat berakibat langsung bahkan memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya. Contoh masalah gizi yang sering dialami balita ialah alergi makanan, kekurangan zat besi, kerusakan gigi, dan sembelit.
Nah, dalam artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai masalah gizi balita serta penangannya. Yuk, simak penjelasannya berikut ini, Bunda!
Masalah Gizi Balita Hipersensitivitas Makanan
Apakah Bunda khawatir si kecil menderita alergi atau intoleransi makanan? Kedua kondisi ini memiliki perbedaan gejala dan penyebabnya. Berikut penjelasan mengenai alergi makanan dan intoleransi makanan.
1. Alergi Makanan Adalah Masalah Gizi Balita yang Sering Terjadi
Masalah gizi balita yang mencakup alergi makanan juga dikenal dengan istilah ‘allergic food hypersensitivity’. Ini terjadi ketika tubuh bereaksi terhadap makanan tertentu dengan reaksi imunologis yang tidak normal.
Reaksi ini berulang, artinya setiap kali makanan dimakan, reaksinya sama. Ada dua jenis reaksi yang berbeda saat si kecil mengalami alergi makanan, yakni:
Reaksi Alergi yang Diperantarai IgE
Reaksi alergi yang dimediasi IgE melibatkan antibodi, yang disebut IgE, yang bersirkulasi dalam darah. Dokter dapat mendeteksi ini dengan mengambil riwayat alergi yang terfokus bersama dengan tes tusuk kulit atau tes darah. Pada alergi yang dimediasi IgE, gejala seperti gatal-gatal, ruam, dan pembengkakan wajah cenderung muncul dengan sangat cepat.
Reaksi paling serius, yang dikenal sebagai anafilaksis, dapat menyebabkan gagal napas atau jantung, dan penurunan tekanan darah yang parah. Reaksi berkisar dari ringan hingga berat dan dalam beberapa kasus, reaksi alergi terhadap makanan dapat mengancam jiwa. Sebanyak 2-4% anak usia 1-3 tahun menderita alergi atau intoleransi makanan.
Beberapa reaksi atau gejala yang disebabkan oleh IgE meliputi:
- Asma
- Kesulitan bernapas
- Eksim
- Gatal-gatal
- Muka pucat
- Ruam
- Kemerahan
- Pembengkakan bibir, lidah, wajah
- Diare
- Muntah
Reaksi Alergi yang Dimediasi Non-IgE
Reaksi alergi yang dimediasi non-IgE cenderung berkembang lebih lambat (2 jam hingga beberapa hari). Tidak ada tes darah atau tes tusuk kulit yang tersedia untuk membantu diagnosis, karena tidak dimediasi IgE.
Diagnosis bergantung pada profesional kesehatan yang mengambil riwayat alergi yang terfokus dan diet eliminasi yang mengarah pada perbaikan gejala. Gejala dan tanda khas termasuk eksim, sakit perut dan gejala kolik, diare, muntah, kemerahan di sekitar anus, konstipasi, hingga masalah pertumbuhan anak.
Artikel Terkait: 10 Gizi Penting Untuk Anak
2. Intoleransi Makanan
Intoleransi makanan juga dikenal sebagai hipersensitivitas makanan non-alergi, merupakan salah satu hal yang menyebabkan masalah gizi balita. Ini tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh dan oleh karena itu intoleransi makanan menimbulkan gejala yang membuat si kecil tidak nyaman, tetapi tidak mengancam jiwa.
Reaksi tersebut dapat dipicu oleh zat alami yang ditemukan dalam makanan seperti histamin dan salisilat dan defisiensi enzim (misalnya intoleransi laktosa).
Histamin dan salisilat dalam makanan dapat menyebabkan reaksi yang mirip dengan alergi makanan, seperti gatal-gatal dan ruam kulit tetapi cenderung bergantung pada dosis. Intoleransi laktosa menyebabkan diare, kembung dan kram perut.
Jenis Makanan atau Bahan yang Menyebabkan Anak Alergi atau Intoleran
Ada berbagai macam makanan, tetapi yang paling umum adalah susu, telur, kacang tanah, dan kacang pohon, sereal yang mengandung gluten, kerang, telur, ikan, dan kedelai. Terkadang anak-anak juga memiliki reaksi alergi terhadap wijen, kiwi, dan lupin.
Bagaimana Mengelola Alergi atau Intoleransi Makanan Balita?
Satu-satunya cara untuk mengelola alergi makanan adalah dengan menghindari makanan yang menyebabkan alergi atau intoleransi. Penting untuk diperhatikan, diskusikan dengan dokter atau ahli terkait makanan apa yang sebaiknya tidak dikonsumsi oleh anak pengidap alergi. Sebab, jika salah, malah akan menyebabkan anak kekurangan nutrisi.
Sebagian besar anak dengan intoleransi makanan dapat makan makanan dalam jumlah kecil tanpa efek berbahaya. Penting untuk mengetahui makanan mana yang harus dihindari, bagaimana cara memeriksa label makanan dan sampai pada level berapa setiap makanan harus dihindari.
Artikel Terkait: Anak susah makan sayur dan buah? Ini saran dari ahli gizi untuk Parents
Kekurangan Zat Besi Jadi Masalah Gizi Balita
Masalah gizi balita yang juga patut diwaspadai ialah kekurangan zat besi. Balita harus mendapatkan cukup zat besi dalam makanan mereka untuk mencegah anemia. Ketika balita menderita anemia, darah mereka tidak dapat memasok semua oksigen yang dibutuhkan tubuh.
Berikut ini tips untuk orang tua agar si kecil terhindar dari kekurangan zat besi atau anemia hingga daftar makanan dengan zat besi tinggi.
Tips agar Anak Terhindar Masalah Gizi Balita Anemia atau Kekurangan Zat Besi
- Gejala dan tanda anemia antara lain: Tampak pucat, lelah sepanjang waktu, perilaku mudah tersinggung, dan banyak menderita infeksi. Anemia juga dapat memperlambat perkembangan mental balita.
- Makanan dari hewan merupakan sumber zat besi terbaik, seperti daging merah (sapi, domba), daging unggas berwarna gelap (kaki dan paha ayam), produk daging, kerang dan minyak ikan. Hati adalah sumber zat besi yang baik tetapi harus dibatasi sekali seminggu karena mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi.
- Jika anak tidak suka makan daging, maka konsumsi minyak ikan sebagai gantinya. Selain itu, telur, makanan sereal, lentil, buncis, hummus dan kacang-kacangan lainnya bersama dengan sayuran berdaun hijau dan buah juga penting untuk dikonsumsi.
- Vitamin C dalam buah dan sayuran membantu tubuh menyerap zat besi dari telur, sereal, dan makanan nabati.
- Jangan biarkan anak minum teh saat makan karena hal ini akan mengurangi penyerapan zat besi dari makanan.
- Balita yang minum terlalu banyak susu sapi setiap hari tetapi tidak makan makanan seimbang yang sehat maka ia tidak mendapatkan cukup zat besi. Setelah ulang tahun pertama mereka, sekitar tiga cangkir susu 120ml (4oz) per hari sudah cukup. Balita tidak membutuhkan susu dalam botol besar.
- Susu lanjutan dan susu pertumbuhan diperkaya dengan zat besi. Ini dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi jika Bunda khawatir si kecil tidak cukup mengonsumsi zat besi.
Artikel Terkait: 12 Tanda Anak Kurang Gizi yang perlu Parents waspadai!
Kerusakan Gigi Termasuk Masalah Gizi Balita
Gigi menghitam, salah satu kerusakan gigi pada anak
Masalah gizi balita yang sering terjadi berikutnya ialah kerusakan gigi. Ada banyak penyebab dan risiko terjadinya kerusakan gigi, dan seperti yang dikatakan pepatah, ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’. Bunda dapat melindungi gigi balita dan mencegah kerusakan gigi dengan menyikat gigi secara teratur menggunakan pasta gigi berfluoride serta membiasakan anak untuk menyantap makanan dan minuman yang menyehatkan.
Berikut ini tips melindungi balita dari kerusakan gigi.
1. Sikat Gigi Bayi Setelah Tumbuh
Mulailah menyikat gigi bayi segera setelah tumbuh dan daftarkan dia ke dokter gigi. Cara mudah menyikat gigi anak adalah dari belakang. Jangan lupa untuk mencari posisi yang nyaman dan aman untuk balita seperti duduk di tikar ganti, duduk di kursi yang tinggi, atau di kereta bayi.
Semakin banyak gigi yang tumbuh, gunakan pembersihan yang memastikan semua permukaan disikat secara menyeluruh dua kali setiap hari.
Balita harus diajarkan untuk menyikat giginya sendiri, tetapi tentunya dengan pengawasan orang tua hingga ia berusia 7 tahun dan selalu ajarkan untuk ‘meludah setelah berkumur’, karena berkumur berlebihan dengan air setelah menyikat menghilangkan manfaat fluoride.
2. Gunakan Pasta Gigi Berfluoride untuk Memperkuat Email Gigi
Sikat gigi dua kali sehari dengan sikat kering kecil yang lembut menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Pada usia anak hingga 3 tahun sebaiknya gunakan pasta gigi yang mengandung 1000 ppm fluoride. Ketika usia anak menginjak di atas usia 3 tahun, gunakan pasta gigi seukuran kacang polong yang mengandung 1350-1500 ppm fluoride.
3. Hindari Minuman Manis Terutama dari Botol
Sebaiknya hindari minuman manis. Jika digunakan, encerkan dengan baik dan sajikan hanya dengan makanan dan dalam cangkir/gelas bukan botol. Mengisap minuman manis secara teratur dalam botol menyebabkan kerusakan gigi karena gigi bermandikan gula dan asam dalam jangka waktu yang lama.
Jangan berikan sebotol susu atau minuman manis pada balita saat Bunda menidurkannya. Mulailah menggunakan cangkir atau gelas untuk minum susu dan air ketika anak berusia 6 bulan dan berhenti menggunakan botol sekitar 12 bulan.
Nah, itulah sejumlah masalah gizi balita yang sebaiknya Bunda perhatikan agar tidak dialami oleh si kecil.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca Juga:
Parents Jangan Lengah! Inilah Ciri Anak yang Kekurangan Gizi
Jangan Keliru! Inilah Daftar Kebutuhan Gizi Anak Sesuai Usianya
4 Masalah Gizi pada Anak yang Sering Tidak Disadari Orangtua, Apa Saja?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.