Bila Bunda pernah melihat si kecil mengalami kulit gatal-gatal atau ruam kemerahan, mungkin ia mengalami alergi. Reaksi alergi bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari makanan hingga paparan dengan alergen seperti debu atau tungau. Untuk mengetahui penyebabnya lebih jelas, perlu melakukan tes alergi kulit.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan noninvasif yang bisa dilakukan oleh dokter dengan durasi tes berkisar antara 20-60 menit. Dengan menjalani tes alergi, Bunda bisa mengetahui alergen yang menimbulkan reaksi alergi pada kulit Anda atau si kecil. Sehingga selanjutnya bisa menghindari alergen tersebut.
Jenis-Jenis Tes Alergi Kulit
1. Tes Tusuk Kulit (Skin Prick Test)
Sumber: iStock
Tes tusuk kulit biasanya dilakukan untuk pasien yang mengalami alergi makanan, alergi lateks, hingga serangga. Untuk orang dewasa, tes ini dilakukan pada lengan bawah. Sementara anak-anak, tes dilakukan di punggung atas.
Umumnya, tes pengujian ini tidak menimbulkan rasa sakit karena jarum yang disuntikkan tidak sampai menembus permukaan kulit.
Tahap-tahap tes tusuk kulit, yaitu:
- Terlebih dahulu bersihkan area kulit yang akan ditusuk jarum.
- Kemudian sejumlah kecil ekstrak alergen yang dicurigai akan disuntikkan ke kulit.
- Kulit digores sehingga alergen bisa masuk ke bawah permukaan kulit.
- Tahap selanjutnya yaitu akan diamati perubahan kulit untuk mengetahui reaksi alergi.
- Reaksi dari pemeriksaan ini akan terlihat 15-20 menit setelahnya.
Selain ekstrak alergen, ada dua zat tambahan yang digoreskan ke permukaan kulit, yaitu histamin dan gliserin atau saline.
Tes tusuk kulit ini memang terbilang cukup efekstif dan sederhana. Namun ada kalanya menunjukkan hasil yang keliru. Kekeliruan bisa terjadi saat alergen ditempatkan di jarak yang terlalu dekat, yakni kurang dari dua sentimeter. Akibatnya, ekstrak alergen bisa tercampur dengan yang lainnya.
Artikel terkait: Gejala dan Penyebab Alergi Makanan pada Anak, Parents Perlu Tahu!
2. Tes Injeksi Kulit (Skin Injection Test)
Sumber: Pexels
Tes injeksi kulit dilakukan dengan cara menyuntikkan ekstrak alergen yang dicurigai di bawah permukaan kulit. Setelah 15-20 menit, area yang disuntikkan akan diperiksa.
Biasanya, reaksi alergi yang sering muncul adalah ruam kemerahan yang disertai dengan bengkak. Tes injeksi kulit memang lebih sensitif dibandingkan tes tusuk kulit. Namun hasilnya juga tergolong lebih akurat.
3. Tes Tempel Kulit (Patch Skin Test)
Tidak seperti kedua tes sebelumnya yang menggunakan jarum suntik, tes tempel kulit hanya menggunakan tempelan khusus yang ditempelkan pada punggung. Tes tempel kulit ini merupakan tes yang dilakukan untuk mendeteksi alergi dermatitis kontak.
Tempelan yang digunakan untuk tes kemudian diberikan sejumlah kecil ekstrak alergen, seperti lateks, obat-obatan, pengawet, dan logam. Tempelan tersebut kemudian akan ditutup dengan pita hipoalergenik.
Selanjutnya tempelan baru akan dibuka setelah 48 jam. Selama menggunakan tes tempel kulit, pasien dilarang untuk mandi dan menghindari aktivitas yang menimbulkan keringat. Setelah 48 jam berlalu, barulah bisa kembali ke dokter untuk melihat hasilnya.
Perlu diketahui, tes tempel kulit ini tidak bisa digunakan untuk menguji reaksi alergi gatal-gatal (urtikaria) dan alergi makanan.
Artikel terkait: 5 Cara Mencegah Alergi Pada Anak, Parents Wajib Tahu!
Efek Samping
Sumber: Pexels
Umumnya, tes ini cukup aman untuk dilakukan. Namun, mungkin bisa saja mengalami efek samping setelah menjalani pemeriksaan. Beberapa efek samping bisa terjadi di antaranya adalah kulit kemerahan, bengkak, dan muncul benjolan yang terasa gatal.
Akan tetapi tidak perlu khawatir. Selama dilakukan oleh dokter yang berpengalaman, efek samping tersebut bisa diatasi dengan segera tanpa membuat Bunda atau si kecil merasa tidak nyaman lebih lama. Itulah mengapa penting untuk hanya melakukan tes ini dengan dokter terpercaya dan berpengalaman.
Artikel terkait: Alergi makanan pada anak bisa mengancam jiwa, waspadai gejalanya!
Membaca Hasil Tes
Setelah tes dilakukan, dokter biasanya akan menyimpulkan sementara hasil tes. Untuk mendapatkan hasil tes yang lebih akurat, Anda sebaiknya menginformasikan pada dokter mengenai riwayat alergi keluarga. Selain itu Anda juga bisa menyampaikan kapan biasanya Anda mengalami reaksi alergi.
Hasil tes dinyatakan negatif jika Anda tidak menunjukkan perubahan kulit sebagai respons terhadap alergen. Artinya, Anda tidak mengalami alergi terhadap alergen yang dokter berikan. Meskipun ada kalanya hasil negatif tersebut keliru dan Anda masih mengalami alergi bila terpapar alergen tertentu.
Sementara hasil tes dinyatakan positif jika Anda menunjukkan perubahan kulit yang ditandai dengan ruam merah yang disertai dengan benjolan. Artinya Anda mengalami alergi terhadap zat alergen yang diberikan. Anda bisa saja menunjukkan hasil positif meski sebelumnya Anda tidak pernah memiliki reaksi alergi apa pun pada paparan alergen tersebut.
Itulah tiga jenis tes alergi kulit dan efek samping yang mungkin ditimbulkan. Pastikan Anda hanya melakukan tes dengan dokter berpengalaman untuk hasil yang lebih akurat dan efek samping yang minimal.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
3 Penyebab Utama Alergi pada Balita dan Cara Mengatasinya
Ketahui 3 Jenis Alergi Kulit pada Anak, Apa Faktor Pemicu dan Gejalanya?
Bolehkah Ibu Hamil Minum Obat Alergi, Adakah Efek Sampingnya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.