Anda tentu pernah mendengar tentang mitos dan takhayul soal kehamilan, melahirkan, dan merawat bayi?
Beberapa mitos mungkin benar adanya, hanya saja sulit diterima karena tidak ada penjelasan yang masuk akal untuk meluruskannya. Salah satunya yakni postpartum confinement yang hingga hari ini masih jadi kontroversi.
Nah, untuk meluruskan kebenaran soal postpartum confinement, simak ulasan berikut ini yuk, Parents!
Sekilas Tentang Postpartum Confinement
Sumber: Pexels
Anda mungkin pernah mendengar nasehat dari ibu atau nenek Anda soal larangan bagi ibu yang baru melahirkan untuk keluar rumah sebelum 40 hari.
Saat ditanya apa alasannya, mereka sering kali tidak bisa memberikan penjelasan yang masuk akal sehingga “cara kuno” ini dianggap sudah tak lagi relevan di kehidupan modern seperti hari ini.
Hal serupa ternyata juga dilakukan masyarakat China, mereka memiliki tradisi zuò yuè zi atau postpartum confinement yang melarang ibu baru melahirkan untuk keluar rumah sekitar sebulan.
Tujuannya adalah untuk memulihkan diri pascapersalinan dengan mengikuti serangkaian aturan-aturan yang wajib dipatuhi. Membayangkannya saja Anda mungkin sudah gentar. Itu sebabnya kenapa tradisi “mengurung” ibu yang baru melahirkan ini menuai pro dan kontra.
Kontroversi Postpartum Confinement
Tradisi postpartum confinement mensyaratkan aturan-aturan yang cukup ketat bagi ibu yang baru melahirkan. Tak ayal banyak anak dan ibu berselisih paham saat menjalankan tradisi ini. Mendorong munculnya beragam kontroversi soal metode “pengurungan” ini.
Ada yang menyebut bahwa tradisi ini hanya akan membuat si ibu baru merasa depresi karena harus menjalani banyak aturan yang tidak relevan, seperti tidak boleh keramas, menyalakan AC, atau nonton TV. Menyebabkan mereka merasa terjebak dalam aturan kuno sekaligus harus menghadapi pahitnya kenyataan di dunia modern.
Sementara orang-orang dulu percaya bahwa tradisi ini sebenarnya memiliki banyak sekali manfaat untuk memulihkan kondisi dan stamina bagi ibu yang baru saja melahirkan. Sehingga mereka pun ingin merawat ibu yang baru melahirkan ini sebagaimana mereka dulu dirawat oleh ibu dan neneknya.
Artikel Terkait: Mengenal Postpartum Confinement, Tradisi “Mengurung” Ibu yang Baru Melahirkan
Tradisi Kuno vs Kehidupan Modern
Sumber: Pexels
Tradisi postpartum confinement sudah berlangsung sejak zaman Dinasti Han, kurang lebih 2.000 tahun yang lalu. Namun saat ini, sudah banyak orang meninggalkannya karena beranggapan cara ini sudah tidak relevan di dunia modern.
Pengobatan tradisional China telah lama mempelajari dan menemukan bahwa ibu yang baru melahirkan mengalami transformasi dramatis pada tubuhnya sehingga perlu dipulihkan kembali agar tidak menimbulkan segudang masalah kesehatan di masa yang akan datang.
Mungkin caranya sedikit berbeda, tapi sebelum memutuskan ini salah atau benar, coba cermati beberapa hal berikut.
Dasar pemikiran: Proses melahirkan membuka semua persendian dan meninggalkan tubuh dalam kondisi “terbuka”. Itu sebabnya kondisi dingin bisa menyebabkan radang sendi, asma, rematik, dan penyakit lainnya.
Yang “orang dulu” katakan: “Jangan nyalakan AC kalau tidak mau sakit di umur 40 tahun nanti”
Saran dari dokter modern: “Pastikan tubuh Anda tetap nyaman dan hangat supaya bisa rileks”
Jadi, bagaimana pendapat Anda sekarang? Bukankah sebenarnya mereka menyebut tujuan yang sama? Namun karena gaya penyampaiannya berbeda, makna yang sampai pun terasa sangat berbeda.
Pandangan Medis
Mengutip dari laman MSD Manual dan The American College of Obstetricians and Gynecologists, ibu yang baru melahirkan bisa mengalami perubahan fisik yang signifikan. Tak sedikit yang kemudian mengalami masalah kesehatan yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
Itulah alasan kenapa ibu yang baru melahirkan perlu mendapatkan perawatan yang memadai dari tenaga kesehatan juga orang-orang di sekitarnya.
Sebab mereka rentan mengalami berbagai komplikasi kesehatan, seperti pendarahan berlebihan, infeksi rahim, infeksi kandung kemih dan ginjal, infeksi payudara, masalah menyusui, dan depresi.
Dan untuk mengoptimalkan kesehatan ibu dan bayi, perawatan pascapersalinan mutlak diperlukan. Terlebih di 3 minggu pertama setelah melahirkan.
Kemudian dilanjutkan dengan perawatan berkelanjutan sesuai kebutuhan dan diakhiri dengan kunjungan postpartum komprehensif selambat-lambatnya 12 minggu setelah kelahiran untuk mengetahui kondisi fisik, sosial, dan psikologis si ibu.
Pandangan Psikologis
Sumber: Pexels
Mengutip dari laman Mind Body Green, ibu yang baru melahirkan rentan mengalami berbagai masalah, baik secara fisik maupun psikologis. Berikut di antaranya:
- 67 persen mengalami masalah dengan pernikahannya
- 86 persen mengalami disfungsi dasar panggul (pelvic floor dysfunction)
- 1 dari 7 di antaranya mengalami depresi pascapersalinan
Tahu apa penyebabnya? Penyebab utamanya adalah karena mereka tidak mendapat perawatan pascapersalinan yang memadai.
Malangnya lagi, saat ini kita hidup di dunia dimana semua orang memuja produktivitas. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa perawatan pascapersalinan seperti postpartum confinement merupakan praktik yang hanya buang-buang waktu.
Padahal “periode tak produktif” ini sebenarnya justru bisa memberikan banyak manfaat jika dilihat efeknya dalam jangka panjang. Itu sebabnya perawatan pascapersalinan sangat esensial.
Manfaat Perawatan Pascapersalinan
Ada banyak keuntungan yang bisa Anda rasakan jika mendapat perawatan yang memadai setelah melahirkan, seperti:
- Membantu ibu memulihkan diri dari kelelahan akibat melahirkan serta menghindari komplikasi kesehatan yang mungkin muncul
- Memungkinkan ibu untuk beristirahat dan fokus menjalin ikatan dengan bayinya
- Mengembalikan fungsi tubuh dan organ reproduksi ke kondisi sebelum melahirkan
- Mendorong kelancaran proses menyusui serta menghindari masalah seperti mastitis dan payudara bengkak
- Memberikan ketenangan pikiran dan jiwa bagi ibu yang baru melahirkan sehingga mencegah munculnya depresi
Menyikapi Kontroversi Postpartum Confinement di Era Modern
Sumber: Pexels
Segera setelah melahirkan, Anda tahu bahwa bayi butuh dirawat, disusui, dijaga, ditenangkan, dan lain sebagainya. Namun, yang juga perlu Anda tahu adalah bukan hanya mereka yang membutuhkannya, Anda pun butuh mendapatkan perawatan yang sama.
Terlebih bagi para wanita yang terbiasa sibuk melakukan banyak aktivitas sebelumnya. Sulit memberitahu mereka untuk “sedikit melambat”. Kalaupun berhasil memberitahunya, kebanyakan tidak tahu caranya.
Itu sebabnya, setiap wanita perlu memahami betapa pentingnya meluangkan waktu untuk melakukan pemulihan fisik bahkan emosional setelah melahirkan. Begitu juga dengan suami dan anggota keluarga lainnya sehingga bisa bersama-sama membantu ibu memulihkan kondisinya.
Menjalankan postpartum confinement di era modern tampaknya bukan hal mudah. Sebab ada banyak hal yang mungkin bertabrakan dengan kondisi di zaman sekarang.
Lakukan yang paling mudah saja, Anda dilarang minum es padahal Anda merasa sangat kehausan. Begitu juga soal mandi, bagaimana bisa seseorang tidak mandi dan keramas selama sebulan, apalagi setelah melahirkan.
Prinsipnya, patuhi aturan-aturan tersebut semaksimal mungkin. Kalau Anda butuh es krim atau ayam goreng, silakan asal tidak terlalu sering.
Misal, Anda gerah dan ingin mandi, mandilah dengan air hangat. Begitu pula kalau terpaksa harus keluar rumah, gunakan pakaian hangat agar Anda tidak kedinginan.]
Nah, Parents itulah beberapa informasi yang mungkin bisa meluruskan kontroversi di balik tradisi postpartum confinement yang “mengurung” ibu yang baru melahirkan.
Alih-alih merasa tertekan, bukankah sebaiknya Anda menikmati masa-masa kurungan ini untuk istirahat sebelum pertarungan sesungguhnya dimulai? Bagaimana menurut pendapat Anda, Parents?
Baca Juga:
Kapan Boleh Beraktivitas Setelah Melahirkan dan Apa Saja Kegiatannya?
Emosi Bunda Sering Meledak Pasca Melahirkan? Waspada Mengalami Postpartum Rage
Waspadai Gejala Depresi Postpartum pada Ibu yang Baru Melahirkan, Ini Penyebab dan Tips Mencegahnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.