Menikah bertahun-tahun tidak bisa menjamin komunikasi dengan pasangan menjadi lancar. Padahal, komunikasi merupakan salah satu kunci penting membangun keluarga yang sehat dan bahagia.
Pernah terbayangkan tidak, jika komunikasi tidak dilakukan secara dua arah? Pesan yang dimaksud kerap tidak tersampaikan atau disalahpahami sehingga dapat menimbulkan konflik dalam rumah tangga.
Faktanya, komunikasi dengan pasangan kerap terasa sulit dan banyak mengalami hambatan. Hal ini ternyata dikarenakan faktor kurangnya mendengar dan lebih banyak berbicara.
Sewaktu masih bayi, kita belajar berbicara dari mendengarkan orang lain kemudian menirunya. Sayangnya ketika sudah besar dan pandai berbicara, sering kali kita lupa caranya mendengar. Ketidakmampuan mendengarkan dengan baik inilah yang jadi penyebab kita sulit berkomunikasi dengan pasangan.
Lantas, bagaimana caranya berkomunikasi yang efektif dengan pasangan? Yulia Indriati, Direktur Keluarga Kita, dalam Zoom Class Keluarga Kita bersama theAsianparent Indonesia mengingatkan kita semua perlu belajar untuk mendengarkan dan melatihnya. Ia mengajarkan teknik berkomunikasi yang baik dengan mendengar lebih dulu, bicara kemudian
5 Teknik Komunikasi dengan Pasangan
1. I Message dengan Pasangan
Teknik “I Message” merupakan cara mengekspresikan emosi terhadap suatu kejadian tanpa menyalahkan lawan bicara. Parents bisa menggunakan teknik ini dengan 4 langkah yaitu:
- Aku merasa… (ungkapkan emosi yang sedang dirasakan).
- Saat….. (jelaskan situasi atau kondisi yang menyebabkan perasaan itu muncul).
- Aku ingin….. (ungkapkan apa yang diinginkan dari pasangan).
- Karena….. (jelaskan alasannya atau tujuannya).
Gabungkan keempat langkah tersebut menjadi satu pesan. Contoh “I Message” seorang istri kepada suami:
“Aku khawatir dan nggak bisa tidur saat kamu pulang terlambat. Aku ingin kamu kasih kabar karena aku jadi lebih tenang.”
2. Ungkap Kebutuhan Diri
Kemampuan mengekspresikan diri dengan baik adalah kunci dalam hubungan keluarga. Ungkapkan kebutuhan diri Parents di saat sulit kepada pasangan tanpa menyerang serta tanpa khawatir takut ditolak atau gengsi.
Parents dapat berlatih mengungkapkan kebutuhan diri kepada pasangan dan ajak ia untuk mengungkapkan kebutuhan dirinya juga.
Contoh:
“Sekarang aku butuh untuk tenang.”
“HP-nya bisa diletakkan dulu? Lagi pengen ngobrol serius, nih.”
“Maaf aku kurang nyaman, bisa diteruskan nanti?”
3. Ajak Bersepakat
Saat menghadapi suatu masalah, ajaklah pasangan bersepakat. Misalnya, membatasi waktu anak bermain game agar lebih fokus belajar. Dengan adanya kesepakatan diharapkan tidak ada perselisihan lagi yang satu maunya A, yang lain maunya B. Jangan lupa patuhi kesepakatan yang telah dibuat bersama, ya.
4. Nyatakan Apresiasi
Sering kali, pasangan suami istri lupa untuk memberikan apresiasi terhadap perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh pasangannya. Terlebih lagi, bagi pasangan yang sudah memasuki usia pernikahan yang ‘matang’.
Tindakan, bantuan atau perilaku yang dilakukan pasangan kerap dianggap sebagai rutinitas atau bahkan ‘bantua’ yang memang selayaknya dilakukan. Ujung-ujungnya, memberikan apresiasi pun dilupakan.
Padahal, memberikan apresisi merupakan sikap menghargai. Oleh karena itu, berlatihlah untuk menyatakan apresiasi secara rutin kepada pasangan, bahkan untuk hal yang kecil sekalipun. Memberi apresiasi kepada pasangan akan membuat ia merasa lebih dihargai dan dicintai.
Contoh:
“Idemu bagus. Aku nggak kepikiran sebelumnya.”
“Aku kagum dengan caramu membagi waktu.”
“Terima kasih sudah mau mendengarkan.”
5. Ungkapkan Maaf
Mengungkapkan permintaan maaf bukan berarti kalah. Mengakui kesalahan yang sudah dilakukan menandakan kedewasaan dan sikap yang bijaksana. Meminta maaf juga ada tekniknya sendiri lho, Parents. Permintaan maaf tidak dilakukan sekadarnya atau basa-basi belaka tetapi harus tulus dan rendah hati.
Hindari mengucapkan kalimat seperti:
“Ya sudah, aku minta maaf kalau ada salah.”
Contoh kalimat di atas menunjukkan arogansi, tidak menyadari atau tidak mengakui kesalahan. Sebaiknya mintalah maaf dengan kesadaran dan sebutkan kesalahan Anda seperti:
“Sayang, aku minta maaf ya udah bikin kamu khawatir. Janji lain kali aku akan kasih kabar kalau pulang terlambat.”
Komunikasi dengan Pasangan: Saat Mendengarkan dan Saat Bicara
Seperti disebutkan di atas bahwasannya komunikasi yang baik membutuhkan kemampuan yang baik pula. Parents dapat berlatih menjadi pendengar yang baik dengan mendengarkan sepenih hati sepenuh tubuh (mindfulness).
Hindari melakukan hal ini saat berkomunikasi dengan pasangan:
- Sibuk membandingkan. Percayalah tidak ada orang yang suka dibanding-bandingkan dengan orang lain.
- Memotong dan mengalihkan pembicaraan. Biarkan pasangan menyelesaikan bicaranya dan fokuslah pada topik yang sedang dibicarakan.
- Melamun. Parents pasti sebel kan kalau orang yang diajak ngobrol malah sibuk melamun atau sibuk dengan gadget-nya. Karena itu jangan dilakukan, ya.
- Sibuk menyiapkan saran. Tidak selamanya orang yang sedang bicara itu membutuhkan saran, kadang hanya butuh didengarkan. Alih-alih sibuk menyiapkan saran untuknya, lebih baik gunakan energi Anda untuk memperhatikan pasangan yang sedang berbicara.
- Membenarkan semua hal. Meskipun dia pasangan kita, bukan berarti semua yang ia katakan dapat kita benarkan. Katakan benar jika memang benar menurut Parents, dan katakan salah jika memang salah.
Lakukan hal ini saat berkomunikasi dengan pasangan:
- Memahami kebutuhan. Kadang seseorang sulit mengutarakan kebutuhannya secara gamblang. Nah, cobalah untuk memahami apa kebutuhan pasangan dengan benar-benar memperhatikannya saat berbicara.
- Memperhatikan intonasi. Kalimat yang sama jika diucapkan dengan intonasi yang berbeda dapat berbeda pula maknanya. Oleh sebab itu, perhatikan intonasi yang Parents gunakan saat berbicara. Begitu pula saat mendengar, dengan memperhatikan intonasi lawan bicara, kita dapat lebih memahami apa yang ia sampaikan.
- Memperhatikan raut wajah. Pernah mendengar ungkapan “lidah bisa berbohong tetapi mata tidak”? Perhatikan raut wajah pasangan saat berkomunikasi. Apakah ia sedang senang, sedih, marah, kecewa, takut dsb.
- Memilih kata-kata yang tepat. Maksud yang baik bisa saja tidak dapat diterima dengan baik jika disampaikan dengan kata-kata yang tidak tepat. Pilihlah kata-kata yang mudah dipahami oleh pasangan dan tidak membuatnya merasa tersinggung atau terintimidasi.
Bagaimana Parents, siap mempraktekkan teknik komunikasi yang baik dengan pasangan? Semoga sukses, ya!
Baca juga:
Bukan Ikut Menyusui, Ini Manfaat dan Pentingnya Cuti Melahirkan untuk Ayah!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.