Memperlihatkan kemesraan dengan pasangan di depan anak, seperti berciuman, berpelukan, bahkan sekadar berangkulan terkadang masih dihindari oleh sebagian orang. Bagaimana menurut Parents, boleh tidak, sih, bermesraan di depan anak?
Perlu digaris bawahi dulu bahwa bermesraan merupakan salah satu ungkapan atau ekspresi cinta dan kasih sayang. Artinya, hal ini tentu saja perlu diberikan pada orang yang kita kasihi, baik pasangan atau pun anak. Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri kalau masih banyak yang bertanya-tanya apakah hal ini memang boleh dilakukan di depan anak? Jangan-jangam akan menimbulkan dampak negatif.
Bermesraan Depan Anak, Sebenarnya Boleh Atau Tidak?
Dalam siaran langsung Instagram Live theAsianparent Indonesia bersama Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psikolog bertajuk ‘Mesra dengan Pasangan di Depan Anak, Yay or Nay?”, psikolog yang lebih akrab disapa Nina Teguh ini menjelaskan bahwa bermesraan di depan anak justru sangat dianjurkan untuk dilakukan.
“Berpelukan dengan pasangan, saling membelai, saling ngobrol, itu wajar sekali dilakukan di depan anak. Jika kita menampakkan kemesraan di depan anak, justru kita sebagai orangtua bisa menunjukkan hubungan yang sehat kepada anak. Dengan begitu anak akan belajar bahwa orangtuanya punya hubungan yang baik satu sama lain,” jelasnya.
Menurut Nina, bermesraan di depan anak adalah salah satu bagian dari memperkenalkan betapa menyenangkannya berada di dalam sebuah keluarga hangat.
Di balik dampak postifnya, apakah ada dampak negatifnya?
“Bermesraan di depan anak bisa berdampak negatif jika yang diperlihatkan adalah yang berlebihan, misalnya hubungan seks atau berciuman yang terlalu dalam seperti french kiss. Sejak kecil anak memang perlu diperlihatkan bahwa intim di dalam keluarga itu bukan hanya sekadar seks.
Mesra itu banyak perilakunya mulai dari ngobrol, nyaman satu sama lain, bahkan duduk bersebelahan sambil membaca buku juga bisa dianggap mesra. Jadi, sebenarnya pengertian mesra ini sendiri cukup luas,” ungkap Nina.
Mesra di Depan Anak Bisa Menumbuhkan Citra yang Baik Akan Pernikahan
Ditambahkan Nina Teguh, apabila anak tidak pernah atau jarang melihat kedua orangtua bermesraan, atau malah lebih sering melihat orangtua bertengkar, dampaknya anak akan mempelajari perkawinan bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
Ia juga dapat menangkap bahwa keluarga bukan tempat di mana ia bisa merasa nyaman, apalagi saat konflik kedua orangtua tersebut tidak terselesaikan.
Melihat orangtua bermesraan atau bertengkar secara tidak langsung membangun konsep anak mengenai relasi. Bila anak sejak kecil sudah sering terpapar, melihat kedua orangtua mesra, maka akan timbul konsep baik mengenai relasi. Sementara, jika kekerasan dan pertengkaran yang menjadi ‘menu’ sehari-hari, maka relasi anak dengan orang lain juga bisa turut menjadi tidak sehat.
“Bahkan saat anak sudah besar, anak bisa menjadi penuntut atau sering menyerang dengan kata-kata atau perbuatan. Bukan tidak mungkin pula nantinya relasi perkawinan sang anak di masa depan akan bermasalah,” tegas Nina lagi.
Oleh karena itu, untuk menghindari dampak negatif ini, usahakan anak tidak melihat dan mendengar ketika Parents sedang berkonflik. Anak memang bisa jadi belum paham, tapi pada usia balita atau bayi sekalipun anak sudah bisa mengenali rasa tidak nyaman.
Orangtuanya Bermesraan Memunculkan Rasa Cemburu pada Anak
Dari sekian banyak pertanyaan yang masuk saat sesi Instgaram Live, tidak sedikit Parents yang mengajukan pertanyaan terkait rasa cemburu yang diperlihatkan anak pada orangtua.
“Cemburu sebenarnya merupakan emosi yang wajar pada usia balita, bahkan anak hingga remaja memang bisa tetap cemburu saat melihat orangtuanya mesra,” ujar Nina.
Saat melihat orangtuanya dekat dan bermesraan, rasa cemburu pada anak bisa muncul lantaran ia merasa tertinggal atau merasa terabaikan, sehingga menimbulkan reaksi cemburu atau mencari perhatian dengan cara berteriak atau yang lain-lainnya. Di awal pasti akan ada protes, ketidaksukaan, bahkan bisa muncul agresivitas.
“Apabila anak mencari perhatian karena orangtua bermesraan, wajar. Itu tanda bahwa anak belum berpikir positif mengenai orangtua bermesraan. Perlihatkan bahwa ia juga bisa diperhatikan meskipun orangtua sedang bermesraan dengan cara mengajaknya untuk berpelukan bersama-sama,” Nina memaparkan.
Jika anak yang tidak suka orangtua bermesraan sudah berusia belasan atau mungkin menginjak remaja, anak perlu diajak diskusi untuk mengetahui apa alasan ia tidak menyukai hal tersebut. Pasalnya, untuk anak yang sudah memasuki usia remaja maka proses berpikir sangat penting.
“Kalau anak sudah memasuk remaja masih cemburu, buatlah komunikasi yang baik dengan anak. Kita bisa bertanya seperti apa seharusnya orangtua bermesraan. Jelaskan juga bermesraan merupakan suatu kebutuhan untuk mengekspresikan kasih sayang,” tambah Nina.
Nah, setelah mengetahui bahwa bermesraan di depan anak merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mengajarkan mengenai relasi yang sehat, Parents tidak perlu ragu melakukannya. Namun ingat untuk tidak berlebihan, ya.
Baca Juga:
10 Hal yang Harus Kita Lakukan di Depan Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.