Waspada Hipotiroid pada Bayi, Ini Gejalanya dan Perawatannya!

Skrining hipotiroid perlu dilakukan beberapa hari setelah bayi lahir untuk mendeteksi dini hipotiroid pada bayi (hipotiroid kongenital).

Menurut Orphanet Journal of Rare Diseases, kejadian hipotiroid kongenital (HK) atau hipotiroid pada bayi mencapai 1:2000 hingga 1:4000 pada bayi baru lahir. 

Menurut laman situs Rumah Sakit Universitas Indonesia, di Indonesia sendiri, belum ada angka yang pasti. Namun penelitian di RSCM pada 2000-2024 menemukan rasio kejadian hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir yang diskrining mencapai 1: 2135 kelahiran. 

Apa itu hipotiroid kongenital pada bayi dan bagaimana mengetahui gejalanya? Pastikan membaca artikel ini sampai habis.

Artikel terkait: Mengapa Bayi Harus Melakukan Skrining Hipotiroid Kongenital? Ini Jawabannya, Parents

Apa Itu Hipotiroid Kongenital?

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa hipotiroid merupakan keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid. Bila kondisi ini terdapat sejak lahir, maka akan disebut sebagai hipotiroid kongenital. 

Hormon tiroid sendiri berfungsi bagi pertumbuhan dan perkembangan si Kecil, hingga bertambah usianya.

Di mana kelenjar tiroid sendiri akan menghasilkan hormon tiroid yang berfungsi sebagai pengatur metabolisme tubuh, kerja jantung, perkembangan susunan syaraf pusat (otak) dan produksi panas tubuh. 

Maka tak mengherankan jika kelenjar ini tidak ada atau tidak berfungsi dengan baik, maka akan berisiko mengganggu tumbuh-kembang si Kecil. 

Faktanya, kondisi hipotiroid kongenital ini banyak dialami oleh bayi di dunia. Setidaknya, data menyebutkan sekitar 1.600 bayi dari 4,7 juta bayi yang lahir di dunia mengalami hipotiroid kongenital.

Hal yang sangat mengkhawatirkan, kan?

Oleh karena itulah, untuk mencegah atau mengetahui lebih dini apakah si Kecil mengalami hipotiroid kongenital, IDAI mengatakan bahwa penting bagi orang tua untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital (HK), di mana waktu yang paling disarankan saat bayi berumur 48-72 jam atau sebelum bayi pulang ke rumah.

Caranya, bisa dilakukan dengan pengambilan darah bayi yang diteteskan di atas kertas saring khusus, dikeringkan kemudian bercak darah dikirim ke laboratorium.

Di laboratorium kadar hormon TSH (thyroid stimulating hormone) akan diukur dan hasilnya dapat diketahui dalam waktu kurang dari 1 minggu.

Bila hasil tes tidak normal, maka bayi memerlukan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh Tim Konsultan Program Skrining Bayi Baru Lahir.

Skrining HK ini sendiri merupakan prosedur rutin yang telah dilakukan di negara maju sejak tahun 1970-an.

Sedangkan di Indonesia, pemeriksaan ini memang baru dilaksanakan sejak tahun 2000 dan sampai tahun 2014, baru diskrining kurang dari 1% dari jumlah seluruh bayi baru lahir.

Namun per 2023, Kementerian Kesehatan mewajibkan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) bayi baru lahir di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia yang bertujuan untuk mencegah stunting dan retardasi mental (disability intellectual). 

Artikel terkait: Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Wajib Parents Tahu!

Penyebab Hipotiroid pada Bayi

Sumber: IDAI

IDAI juga menyebutkan bahwa hipotiroid kongenital terjadi karena beberapa faktor, di antaranya disebabkan karena kelainan primer dari kelenjar tiroid (kelenjar gondok), yaitu:

  • Kelainan pembentukan kelenjar, yaitu kelenjar tidak dibentuk, kelenjar kecil atau posisi kelenjar yang tidak pada tempatnya.
  • Gangguan pada pembuatan hormon tiroid
  • Kekurangan yodium pada ibu hamil

Bila kelenjar gondok ini tidak berfungsi dengan baik, maka hormon yang dihasilkan tidak akan mencukupi kebutuhan tubuh sehingga sebabkan kelenjar hipofisis di otak memproduksi lebih banyak TSH (hormon di dalam otak yang mengendalikan kelenjar gondok).

Bila kadar TSH tinggi, bisa dikatakan sebagai pertanda bayi menderita hipotiroid karena kelainan kelenjar gondok.

Artikel terkait: 13 Jenis Imunisasi untuk Bayi Baru Lahir dan Manfaatnya, Jangan Diabaikan!

Tanda dan Gejala Hipotiroid pada Bayi

Memang, kebanyakan bayi dengan hipotiroid bawaan tampak normal ketika dilahirkan, artinya tidak ada tanda spesifik yang harus dikhawatirkan.

Kondisi ini juga tidak terlepas karena bayi yang menderita kelainan ini pada awalnya mungkin terlihat normal karena ia masih mendapat tiroid dari tubuh ibunya.

Namun, penting untuk diperhatikan bahwa bayi dengan hipotiroid bawaan biasanya akan terlihat lesu, lebih pendiam, dan jarang menangis.

IDAI juga menjelaskan bila tidak terdeteksi dini, lambat laun mulai tampak gejala lain yang lebih jelas, seperti:

  • bayi kurang aktif
  • malas menyusui
  • mengalami kuning (ikterus) yang lama
  • tangan dan kaki kurang bergerak, lidah makin besar sehingga minum sering tersedak
  • perut buncit sering dengan pusat bodong
  • kulit kering dan burik
  • bayi mudah kedinginan.

Tanpa pengobatan,  gejala yang timbul tentu saja akan semakin terlihat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini pun akan mengakibatkan terjadinya hambatan tumbuh kembang yang makin terlihat, yaitu:

  • Tubuh pendek (cebol)
  • Muka hipotiroid yang khas ( muka sembab, bibir tebal, hidung pesek)
  • Mental terbelakang, bodoh (IQ dan EQ rendah)/ idiot
  • Kesulitan bicara dan tidak bisa diajar bicara

Artikel terkait: Anak mengalami sulit bicara atau gagap? Ini cara untuk mengatasinya!

Dampak Jangka Panjang Bila Hipotiroid pada Bayi Tidak Diatasi

Umumnya, hipotiroid pada bayi dapat bersifat permanen (menetap) atau sementara (tarsien).

Disebut tarsien bila setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kelenjar gondok dapat memproduksi hormon sendiri hormon tiroidnya. Sedangkan, hipotiroid permanen membutuhkan pengobatan seumur hidup dan penanganan yang khusus.

Dampak hipotiroid pada bayi yang paling menyedihkan adalah mental terbelakang yang tidak bisa dipulihkan.

Keluarga yang memiliki anak dengan hipotiroid juga akan menghadapi beban ekonomi yang berat karena anak dengan hipotiroid perlu mendapat pengasuhan, pendidikan dan pengawasan yang khusus.

Artikel terkait: Tumbuh kembang anak bisa terganggu karena anemia, waspadai gejalanya

Terapi HK perlu dilakukan seumur hidup. Pada bayi, biasanya akan dilakukan dengan cara memberikan pil tiroksin yang telah dicampur dengan air susu ibu (ASI) atau air putih.

Obat diberikan secara rutin setiap hari untuk menjaga hormon tiroid dalam tubuh tetap normal.

Sebenarnya, khasiat obat ini sama seperti hormon yang dihasilkan oleh kelenjar gondok.

Meskipun terapi ini memang perlu dilakukan seumur hidup, namun obat tiroksin ini mudah didapat mudah pemberiannya, dan harga obat pun cukup terjangkau.

Diagnosis Hipotiroid pada Bayi

Mengingat kesulitan dalam mendiagnosis hipotiroidisme kongenital pada periode bayi baru lahir berdasarkan tanda dan gejala, ada beberapa cara mendeteksi hipotiroid pada bayi, misalnya: 

Tes Skrining Bayi Baru Lahir

Karena pengobatan dini dapat mencegah kecacatan intelektual, semua bayi baru lahir menerima tes darah skrining rutin di rumah sakit setelah lahir untuk mengevaluasi fungsi tiroid.

Tes Fungsi Tiroid

Jika hasil tes skrining positif, tes fungsi tiroid, yaitu tes darah, dilakukan.

Pada bayi baru lahir yang terkena, tes darah menunjukkan peningkatan kadar hormon perangsang tiroid dan biasanya kadar hormon tiroid yang lebih rendah.

Tes Pencitraan

Setelah hipotiroidisme bayi baru lahir didiagnosis, dokter melakukan tes pencitraan untuk mengevaluasi ukuran dan lokasi kelenjar tiroid.

Tes ini termasuk pemindaian radionuklida atau ultrasonografi.

Dokter mungkin juga akan melakukan magnetic resonance imaging (MRI) otak dan kelenjar pituitari pada anak-anak yang mengalami hipotiroidisme sentral untuk menyingkirkan masalah pada otak.

Artikel terkait: Mengenal Tes Apgar, Metode Penilaian Kesehatan Bayi Baru Lahir

Perawatan Hipotiroid pada Bayi

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), hipotiroid kongenital diobati dengan memberikan obat hormon tiroid dalam bentuk pil yang disebut levothyroxine.

Banyak anak akan membutuhkan perawatan seumur hidup. Levothyroxine harus dihancurkan dan diberikan sekali sehari, dicampur dengan sedikit air, susu formula, atau ASI menggunakan penetes atau jarum suntik.

Memberi bayi hormon tiroidnya setiap hari dan melakukan pemeriksaan rutin dengan ahli endokrinologi anak akan membantu memastikan bahwa bayi akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan otak yang normal.

Dokter akan melakukan tes fungsi tiroid secara berkala sehingga dosis obat dapat disesuaikan dengan baik seiring pertumbuhan anak.

Hormon dalam pil identik dengan apa yang dibuat di dalam tubuh, dan Parents hanya mengganti apa yang hilang.

Secara umum, efek samping hanya terjadi jika dosisnya terlalu tinggi, yang dapat dihindari oleh ahli endokrin dengan memeriksa kadar darah secara berkala

Kabar baiknya, beberapa bayi dilahirkan dengan hipotiroidisme sementara. Hal ini dapat disebabkan oleh hal-hal seperti kelahiran prematur, penyakit tiroid pada ibu, atau obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama kehamilan.

Bentuk hipotiroidisme ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam minggu-minggu atau bulan-bulan pertama kehidupan.

Sementara itu, Parents juga dapat memberikan perawatan untuk menjaga kondisi kesehatan tiroid pada bayi yang sudah berusia lebih dari 6 bulan.

Ada banyak pilihan makanan jika anak menderita hipotiroidisme, berikut di antaranya.

1. Telur

Beberapa butir telur per hari sangat cocok untuk sarapan bagi anak yang menderita hipotiroidisme.

Telur kaya akan protein dan mengandung vitamin yang larut dalam lemak. Mereka juga meningkatkan kadar yodium dalam tubuh.

Yodium dan seleniumnya ditemukan di kuning telur, sedangkan putihnya penuh dengan protein.

Telur juga terurai lebih lambat di tubuh, yang berarti anak akan merasa kenyang lebih lama dan tidak akan memakan makanan yang tidak sehat.

2. Daging Sapi

Potongan daging sapi tanpa lemak umumnya sehat bagi mereka yang memiliki kondisi hipotiroid.

Daging sapi kaya akan protein dan merupakan sumber yang kaya akan seng dan vitamin D.

Daging sapi juga membantu mengubah hormon tiroid T3 menjadi T4. T3 atau triiodothyronine adalah hormon tidak aktif sedangkan, T4 atau tiroksin adalah bentuk aktif dari hormon yang membantu memerangi hipotiroidisme.

3. Ikan

Ikan berlemak memiliki jumlah asam lemak omega-3 dan selenium yang baik.

Yang pertama membantu mengontrol kolesterol sementara yang kedua membantu fungsi normal kelenjar tiroid. Pilih ikan berlemak seperti salmon, tuna, atau sarden dan siapkan di bawah panggangan.

4. Sayuran

Semua sayuran baik untuk dimakan dalam jumlah sedang, terutama saat dimasak.

5. Buah-buahan

Beberapa jenis buah, termasuk beri, pisang, jeruk, tomat dapat menjaga kondisi tiroid dengan baik.

6. Susu

Bentuk produk susu rendah lemak seperti yoghurt Yunani, keju, dan susu rendah lemak sangat bagus untuk tubuh jika anak menderita hipotiroidisme.

Ini karena meningkatkan produksi yodium dalam jangka panjang sambil meningkatkannya dalam jangka pendek juga.

7. Kuah Kaldu

Hipotiroidisme menyebabkan tulang di tubuh melemah. Kuah kaldu yang terbuat dari tulang sapi atau ayam dikenal untuk memperkuat tulang.

Dengan asam amino seperti glisin dan prolin, ini akan membantu tubuh memperbaiki lapisan saluran pencernaan. Ini, pada gilirannya, memerangi hipotiroidisme.

8. Minyak Zaitun

Kaya akan lemak sehat, minyak zaitun adalah bahan yang bagus untuk digunakan dalam diet hipotiroid.

Ini membantu menurunkan kolesterol LDL dan dengan melakukan ini, itu membuat jantung tetap sehat.

Selain itu, lemak tak jenuh ganda dalam minyak zaitun dapat diproses melalui tubuh lebih baik dan membuat anak kenyang lebih lama untuk mengurangi nafsu makan secara keseluruhan.

9. Rumput Laut

Rumput laut merupakan sumber yang kaya yodium, vitamin B, riboflavin, dan asam pantotenat.

Unsur-unsur ini membantu pengaturan produksi hormon bersama dengan pengaturan suasana hati, mencegah kelesuan, dan meningkatkan fungsi otak.

Parents dapat menambahkan rumput laut sebagai penambah rasa pada nasi atau menggunakannya dalam salad milik sang buah hati.

10. Garam Beryodium

Meski banyak yang menyebutkan bahwa anak-anak tidak diperkenankan mengonsumsi garam, namun nyatanya hipotiroidisme dapat menyebabkan kekurangan yodium dalam tubuh dan ini dapat menyebabkan gangguan tiroid.

Penyebab hipotiroidisme juga bisa menjadi kekurangan yodium dalam tubuh. Di sinilah garam beryodium berguna. 

Bumbui makanan anak dengan garam beryodium untuk membantu memulihkan kadar yodium sambil menyeimbangkan menu makan secara keseluruhan. Pastikan tidak memberikannya secara berlebihan.

Beberapa makanan tersebut dapat Parents berikan pada si Kecil untuk mengobati hipotiroid pada bayi.

Namun pastikan, selalu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memberikannya.

Tanyakan juga jumlah atau dosis yang sesuai dengan usia dan berat badan anak.

Semoga informasi di atas dapat bermanfaat bagi Anda!

***

Congenital Hypothyroidism in Infants
www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/Glands-Growth-Disorders/Pages/Congenital–Hypothyroidism-Infants.aspx# 

Congenital Hypothyroidism
kidshealth.org/en/parents/congenital-hypothyroidism.html 

Hypothyroidism in the Newborn
www.msdmanuals.com/home/children-s-health-issues/hormonal-disorders-in-children/hypothyroidism-in-the-newborn

Pentingnya Skrining Hipotiroid pada Bayi
www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-skrining-hipotiroid-pada-bayi

Rastogi MV, LaFranchi SH. Congenital hypothyroidism. Orphanet J Rare Dis. 2010 Jun 10;5:17. doi: 10.1186/1750-1172-5-17. PMID: 20537182; PMCID: PMC2903524.

Kenali Skrining Hipotiroid Kongenital pada Bayi Baru Lahir
rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/kenali-skrining-hipotiroid-kongenital-pada-bayi-baru-lahir

Cegah Retardasi Mental dan Stunting, Kementerian Kesehatan Mewajibkan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) di Seluruh Fasyankes di Indonesia
ayosehat.kemkes.go.id/cegah-retardasi-mental-dan-stunting-kementerian-kesehatan-mewajibkan-skrining-hipotiroid-kongenital-shk-di-seluruh-fasyankes-di-indonesia

 

Baca Juga: 

Gangguan tiroid anak bisa sebabkan pertumbuhannya lambat, ini gejala yang jarang disadari!

Hipotiroidisme atau Tiroid Tidak Aktif: Gejala, Penyebab, Diagnosis, hingga Pengobatan

Feses Bayi Berwarna Hijau, Apa Saja Penyebabnya dan Berbahayakah? Simak Faktanya!