Di laman Kemkes.go.id, Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia DR. dr. Irsan Hasan. Sp.PD-KGEH.FINASIM, mengatakan, “Sembilan dari 10 pengidap tidak menyadari dirinya memiliki hepatitis B bahkan C. Dan 1 dari 4 pengidap akan meninggal karena kanker atau gagal hati, sehingga kita katakan hepatitis ini silent killer.”
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga mengatakan hal yang sama. Bahwa virus hepatitis C bisa masuk ke tubuh seseorang tanpa adanya tanda dan gejala, bahkan hingga beberapa dekade kemudian.
Mari kenali penyakit ini melalui artikel di bawah!
Hepatitis C, si Silent Killer yang Bisa Menular Melalui Darah
Apa Itu Hepatitis?
Image: Freepik
Hepatitis berarti peradangan hati atau liver. Penyebabnya bisa dari alkohol (dosis berat), efek samping dari obat, kondisi medis tertentu, dan mayoritas karena virus Hepatitis C (HCV) itu sendiri. Virus hepatitis bisa diam di dalam tubuh penderitanya dan menginfeksi setelah 6 bulan kemudian.
Ketika hati meradang atau rusak, fungsinya ternyata bisa tidak terpengaruh. Itulah mengapa, banyak penderita hepatitis yang tidak menyadari tubuhnya –lever dalam hal ini- sedang sakit.
Berikut ini perjalanan penderita hepatitis C:
Hati sehat terinfeksi HCV –> Hepatitis akut –> Hepatitis kronik –> Sirosis (1/3 penderita) –> kanker (10-15% penderita sirosis) dan gagal hati (23% penderita sirosis lainnya dalam kurun waktu 5 tahun) hingga berujung kematian.
Artikel terkait: Faktor Risiko Hepatitis A: Seseorang Lebih Mudah Terkena Hepatitis A Jika Memiliki Kondisi Ini
Gejala Awal yang Dirasakan Penderita
Image: Freepik
Banyak orang yang baru terinfeksi virus hepatitis tidak merasakan gejala apa pun, tidak terlihat atau merasa sakit, dan karena itu mereka juga tidak tahu bahwa mereka terinfeksi.
Gejala paling cepat dirasakan 2-12 minggu setelah terpapar virus HCV. Beberapa tandanya, kulit atau matanya kuning, tidak nafsu makan, sakit perut, muntah, demam, urine berwarna gelap, tinja berwarna terang, nyeri sendi, dan merasa sangat lelah.
Akan tetapi, jarang ada penderita hepatitis jenis C yang mengalami gejala di awal terpapar virus. Sering kali mereka mengetahuinya saat penyakitnya berkembang ke level “kronis”. Level kronis ini pun biasanya terjadi perlahan, tanpa tanda atau gejala apa pun, selama beberapa dekade.
Masalah ini yang juga menyebabkan penderita menyebarkan virus ke orang lain tanpa sepengetahuannya.
Beda Hepatitis A, Hepatitis B, dan Hepatitis C
Image: Freepik
Berikut ini beberapa perbedaan mengenai hepatitis A, B, dan C:
- Ketiga penyakit hepatitis ini disebabkan oleh tiga virus yang berbeda: HAV, HBV, dan HCV.
- Beberapa gejala yang ditimbulkan sama, tapi virusnya menyebar dengan cara berbeda, dan dapat memengaruhi lever secara berbeda juga.
- Infeksi HAV biasanya terjadi dalam jangka pendek. Hepatitis B dan C juga bisa diawali dengan infeksi jangka pendek, tetapi pada beberapa orang, virus masih berada di dalam tubuh dan menyebabkan infeksi kronis (jangka panjang).
- Penyakit hepatitis A dan hepatitis B bisa dicegah dengan vaksin. Sedangkan vaksin untuk hepatitis C belum ada.
Artikel terkait: Waspada! Puluhan Ibu Hamil Terinfeksi Hepatitis B, Apa Saja Bahayanya?
Bagaimana Hepatitis C Menyebar?
Virus hepatitis C menyebar dan menular ketika seseorang bersentuhan dengan darah dari penderita yang terinfeksi. Hal tersebut bisa terjadi melalui:
- Berbagi peralatan injeksi obat, Seperti penggunaan jarum suntik pada pengguna narkoba.
- Kelahiran. Sekitar 6% bayi baru lahir terinfeksi virus ini dari ibu yang mengidap jenis hepatitis ini.
- Paparan perawatan kesehatan. Meski jarang terjadi, orang dapat terinfeksi ketika tenaga medis tidak mengikuti standar perawatan sehingga memungkinkan penyebaran infeksi melalui darah.
- Seks. Hepatitis C dapat menyebar saat berhubungan seks tapi, menurut banyak laporan, lebih sering terjadi pada hubungan intim pada homoseksual.
- Tato atau tindik badan yang tidak sesuai prosedur.
- Berbagi barang pribadi, seperti monitor glukosa, pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi, atau lainnya.
- Transfusi darah atau transplantasi organ. Sebelum ada skrining suplai darah di tahun 1992, penyakit ini sering menyebar melalui transfusi darah dan transplantasi organ.
Hepatitis C tidak menular melalui: Berbagi peralatan makan, menyusui, berpelukan, berciuman, berpegangan tangan, batuk, atau bersin. Juga tidak menyebar melalui makanan atau air.
Orang yang Paling Berisiko Terinfeksi
Image: Pexels
Orang-orang berikut ini berada pada risiko tinggi terinfeksi hepatitis C:
- Pengguna narkoba.
- Orang dengan infeksi HIV.
- Orang dengan kondisi medis tertentu, termasuk mereka yang pernah menerima pemeliharaan hemodialisis atau dengan tingkat alanine aminotransferase (ALT) yang terus-menerus abnormal (enzim yang ditemukan di dalam sel hati).
- Penerima transfusi darah atau transplantasi organ.
- Petugas kesehatan, tenaga medis darurat, dan keselamatan publik yang terpapar darah dari penderita hepatitis C (melalui jarum suntik, benda tajam, atau paparan mukosa).
- Anak-anak yang lahir dari ibu penderita hepatitis C.
Artikel terkait: Bisa Sebabkan Kanker Hati, Ini Gejala Penyakit Hepatitis yang Perlu Diwaspadai
Pengobatan yang Tepat
Image: Pexels
Jika Anda sudah diketahui mengidap penyakit ini, segeralah melakukan pengobatan. Ini tidak terkecuali pada ibu hamil, anak-anak berusia kurang dari 3 tahun, dan remaja.
Prof. Irsan mengatakan, perawatan yang diberikan biasanya Direct Acting Antivirus (DAA) dengan target sampai sembuh. Pengobatan ini dinilai sangat ideal karena memiliki tingkat kesembuhan tinggi, obat kombinasi oral, efek samping rendah, durasi pengobatan juga singkat, harga lebih murah.
Setelah sembuh, penderita hepatitis C (kronis ataupun yang mengidap sirosis) harus tetap rutin mengontrol kondisi kesehatannya ke dokter. Itu karena mereka masih memiliki risiko komplikasi lanjutan, sepert kanker hati.
Selain itu, mereka juga harus melakukan ini:
- Menerima vaksin hepatitis A dan hepatitis B.
- Menjalankan budaya hidup sehat.
- Menghindari faktor risiko seperti alkohol –pemicu terbesar kerusakan lever.
- Berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat, obat herbal, suplemen, atau obat bebas lainnya karena khawatir berpotensi merusak hati.
- Tes HIV.
Demikian penjelasan soal penyakit hepatitis C. Diharapkan Parents jadi lebih aware dengan penyakti ini.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Hepatitis A dan Hepatitis B, mana yang lebih berbahaya?
Prediabetes pada Anak, Bisakah Dicegah dan Disembuhkan?
12 Makanan Ini Dianjurkan untuk Penderita Diabetes, Catat Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.