9 Jenis Gangguan Pencernaan pada Bayi dan Anak-Anak yang Sering Terjadi

Lantaran saluran cerna yang belum tumbuh sempurna, waspadai gangguan pencernaan ini rentan dialami anak!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gangguan pencernaan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk bayi. Namun, sudah tahukah Parents ada beberapa jenis gangguan pencernaan pada bayi dan anak termasuk gejala dan penyebabnya?

Gangguan pencernaan pada anak sering kali disebabkan oleh saluran pencernaan si Kecil yang masih belum berkembang dengan sempurna.

Sel-sel usus pada anak lebih renggang dibandingkan dengan orang dewasa. Sehingga, kuman penyakit bisa masuk dengan lebih mudah.

Selain itu, lapisan mukus atau lendir yang ada di usus juga masih tipis. Ini menyebabkan adanya beberapa bagian di usus yang tak terlindungi.

Sistem imun tubuh pada anak juga masih belum terbentuk dengan sempurna seperti orang dewasa. Akibatnya, si Kecil rentan terkena penyakit dan juga zat alergen yang dapat memicu reaksi alergi.

Berikut adalah beberapa jenis gangguan pencernaan yang sering terjadi pada anak. Yuk, perhatikan gejala, penyebab, hingga cara pengobatannya!

Artikel Terkait: Cegah Masalah Pencernaan Pada Bayi Dengan Jenis Makanan Ini!

9 Jenis Gangguan Pencernaan pada Bayi dan Anak-Anak

1. Kembung

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak hanya pada orang dewasa, perut yang kembung pun bisa menyebabkan rasa tak nyaman pada anak-anak.

Kebanyakan anak akan menjadi rewel karena menahan rasa tidak nyaman saat kembung.

Ini karena anak masih belum bisa berkomunikasi dengan baik dan mengungkapkan apa yang ia rasakan.

Cara paling mudah untuk mengetahui apakah anak kembung atau tidak adalah dengan menepuk perutnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Sembelit, Salah Satu Gangguan Pencernaan pada Bayi dan Anak

Anak dapat dikatakan menderita sembelit jika buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu.

Feses anak yang sembelit terlihat keras, kering, dan si Kecil harus mengejan saat mengeluarkannya.

Akan tetapi, perlu diingat jika bayi mengejan saat buang air besar tidak selalu merupakan tanda sembelit. Pasalnya, bayi memiliki otot perut yang lemah.

Frekuensi buang air besar bervariasi tergantung pada usia bayi dan apa yang bayi makan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bukan hal yang aneh jika bayi yang diberi ASI eksklusif tidak buang air besar selama beberapa hari. Asalkan, konsistensi fesesnya masih normal.

Sembelit bayi sering dimulai ketika ia mulai makan makanan padat. Jika si Kecil tampak sembelit, pertimbangkan perubahan sederhana pada makanannya.

3. Diare, Gangguan Pencernaan yang Sering Dialami si Kecil

Salah satu gangguan pencernaan yang paling umum dialami oleh anak adalah diare.

Apabila anak buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dan bentuk fesesnya cair, anak bisa dikatakan menderita diare.

Hanya saja pada bayi, tidak selalu mudah untuk membedakan antara feses normal dengan diare.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nah, agar tidak terkecoh, bayi yang diare biasanya memiliki feses yang encer, lebih hijau atau lebih gelap dari biasanya, berbau busuk, serta mengandung darah atau lendir.

Diare bisa mengakibatkan dehidrasi. Anak yang dehidrasi akan terlihat lemas, kehausan, mulutnya kering, dan matanya cekung.

Kondisi ini berbahaya bagi kesehatan sehingga penting untuk memberikan anak asupan cairan lebih ketika ia sedang menderita diare.

4. GERD

Sebenarnya, cukup umum bagi bayi untuk muntah setelah makan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun, sering muntah yang berhubungan dengan ketidaknyamanan, kesulitan makan, atau penurunan berat badan dapat disebabkan oleh sesuatu yang lebih serius yang dikenal sebagai Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Ya, faktanya, GERD tak hanya dialami oleh orang dewasa. Bayi rentan mengalami GERD lantaran otot pada ujung kerongkongannya masih belum cukup kuat.

Banyak bayi dengan GERD dinyatakan sehat. Namun beberapa di antaranya dapat memiliki masalah yang memengaruhi saraf, otak, atau otot.

Pada anak yang lebih besar, penyebab GERD sering kali sama dengan yang terlihat pada orang dewasa.

Selain itu, anak yang lebih besar berisiko lebih tinggi terkena GERD jika mereka mengalaminya saat masih bayi.

5. Intoleransi Makanan

Pada saluran cerna anak yang belum tumbuh dengan sempurna, terkadang tubuh salah mengenali kandungan makanan sebagai zat yang berbahaya.

Sehingga, bisa timbul reaksi muntah atau diare akibat intoleransi makanan.

Intoleransi makanan dan alergi makanan disebabkan oleh proses biologis yang berbeda. Sehingga, pengobatannya juga berbeda.

Masalah intoleransi makanan terletak pada sistem pencernaan, bukan pada sistem kekebalan tubuh seperti halnya pada alergi makanan.

Meskipun, gejala kedua jenis reaksi makanan tersebut bisa jadi serupa.

Parents harus memperhatikan apa saja yang dikonsumsi oleh anak dan mengamati bahan apa saja yang bisa menjadi pemicu terjadinya intoleransi makanan.

6. Kolik

Kondisi kolik sangat sering terjadi pada bayi, khususnya pada bayi baru lahir hingga ia berusia 4 bulan.

Bayi yang mengalami kolik akan menangis berjam-jam pada waktu tertentu setiap harinya.

Meski cukup mengkhawatirkan, kolik sebenarnya tak berbahaya dan akan hilang sendiri seiring bertambahnya usia bayi.

Namun bagaimanapun, kolik dapat menambah tekanan bagi orang tua saat merawat bayi yang baru lahir.

Bayi yang lahir dari ibu yang merokok selama kehamilan atau setelah melahirkan memiliki peningkatan risiko kolik.

7. Irritable Bowel Syndrome

Sakit atau kram perut dapat terjadi akibat irritable bowel syndrome (IBS), yaitu iritasi pada saluran pencernaan.

Irritable bowel syndrome menyebabkan kontraksi pada otot saluran cerna yang mendorong makanan.

Beberapa anak mungkin mengalami diare sebagai gejala dominan, sementara yang lain mungkin mengalami sembelit sebagai gejala dominan.

Tak jarang, anak memiliki gejala yang bergantian antara diare dan sembelit.

seorang anak dengan IBS memiliki gejala-gejala ini tanpa adanya tanda-tanda kerusakan atau penyakit yang terlihat pada saluran pencernaan.

8. Gastritis

Gastritis atau radang lambung bisa terjadi pada anak.

Penyakit yang menimbulkan rasa sakit dan perih di perut ini terjadi ketika lapisan dinding lambung meradang atau membengkak.

Makanan pedas dan berbumbu bisa memicu timbulnya iritasi pada lambung.

Untuk mencegah terjadinya gastritis pada anak, usahakan ia makan secara teratur dan jangan biarkan perut kosong terlalu lama.

9. Radang Usus Buntu, Termasuk Gangguan Pencernaan pada Anak

Anak juga rentan mengalami radang usus buntu atau apendisitis. Kondisi ini terjadi akibat infeksi dan peradangan yang terjadi pada usus buntu. 

Jika tidak segera ditangani, usus buntu bisa pecah dan kotoran di dalamnya bisa masuk ke rongga perut.

Maka dari itu, jika anak menunjukkan gejala seperti nyeri perut yang hebat, bawalah segera ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Artikel Terkait: 6 Cara Mudah Menjaga Pencernaan Anak Tetap Sehat, Parents Wajib Tahu!

Gejala

Setiap gangguan pencernaan yang dialami si Kecil tentunya punya gejala berbeda.

Agar semakin waspada dan bisa ditangani segera, ketahui lebih jauh masing-masing gejalanya.

1. Gejala Perut Kembung

  • Perut terasa agak keras ketika dipegang
  • Terdengar gemuruh di perut si Kecil
  • Anak menggeliat dan melengkungkan punggungnya ke belakang
  • Rasa tidak nyaman yang menyebabkan sulit tidur

2. Gejala Sembelit

  • Konsistensi feses seperti tanah liat
  • Mengejan lebih lama atau menangis saat mencoba buang air besar
  • Garis-garis darah di tinja
  • Perut yang keras

3. Gejala Diare

  • Feses tampak encer dan berair
  • Lebih hijau atau lebih gelap dari biasanya
  • Berbau busuk
  • Mengandung darah atau lendir

4. Gejala GERD

  • Sering bersendawa atau cegukan
  • Tidak nafsu makan
  • Menjadi rewel saat waktu makan
  • Sering muntah atau tersedak
  • Sering batuk, terutama pada malam hari
  • Sakit tenggorokan di pagi hari
  • Sering masuk angin
  • Bau mulut
  • Nyeri di dada atau bagian atas perut
  • Rasa sakit saat menelan

5. Gejala Intoleransi Makanan

  • Sakit perut, kembung, masuk angin
  • Diare atau sembelit
  • Mual, muntah
  • Ruam kulit dan gatal-gatal

Gejala ini biasanya terjadi beberapa jam setelah makan.

6. Gejala Kolik

  • Bayi menangis berjam-jam pada waktu tertentu setiap harinya
  • Tangan mengepal, lutut ditarik ke perut, punggung melengkung saat menangis
  • Wajah tampak merah

7. Gejala Irritable Bowel Syndrome

  • Kembung dan nyeri perut
  • Diare/sembelit, bisa jadi bergantian
  • Adanya lendir di feses
  • Mual dan muntah
  • Penurunan berat badan pada beberapa anak

8. Gejala Gastritis

  • Nyeri atau rasa terbakar di perut
  • Perut terasa penuh
  • Mual atau muntah
  • Bau mulut
  • Lelah, lesu, atau kurang tenaga

9. Gejala Radang Usus Buntu

  • Nyeri perut sebelah kanan bawah, rasa sakit sering dimulai dari pusar
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan selera makan
  • Demam ringan
  • Diare dengan lendir
  • Perut bengkak

Penyebab

Gangguan pencernaan pada bayi dan anak dapat dipicu oleh berbagai faktor.

Mulai dari pengaruh makanan atau pola makan, gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga efek samping obat-obatan.

1. Perut Kembung

Perut kembung bisa terjadi karena beberapa kondisi, misalnya kadar kalium dalam perut berkurang karena diare dan angin atau gas yang terperangkap di dalam perut.

Mengunyah makanan terlalu cepat dan mengonsumsi minuman bersoda pun bisa menjadi penyebabnya.

2. Sembelit

Penyebab sembelit pada anak antara lain adalah kurang serat, kurang minum air putih, stres, serta efek samping obat-obatan tertentu.

Terkadang anak dengan intoleransi laktosa atau alergi susu sapi juga bisa menderita sembelit.

3. Diare

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan diare pada anak, di antaranya infeksi virus, bakteri, dan parasit.

Kondisi seperti keracunan makanan, alergi, dan gangguan kekebalan tubuh juga bisa menjadi penyebabnya.

4. GERD

Umumnya, GERD pada bayi disebabkan oleh saluran pencernaan yang tidak terkoordinasi dengan baik lantaran sistem pencernaanya belum matang.

Adapun pada anak-anak GERD bisa dipicu tekanan dari bawah kerongkongan, intoleransi makanan, kelainan anatomi lambung, obesitas, pola makan yang tidak sehat seperti sering mengonsumsi makanan pedas, maupun pengaruh obat-obatan.

5. Kolik

Para ahli belum bisa memastikan penyebab kolik pada bayi.

Kemungkinan karena saluran cerna dan usus si Kecil yang sensitif terhadap jenis protein tertentu. Atau mungkin karena bayi baru mencoba membiasakan diri dengan dunia yang baru.

6. Intoleransi Makanan

Laktosa pada susu sapi, putih telur, dan kacang-kacangan adalah penyebab intoleransi makanan yang paling umum.

Berbeda dengan alergi makanan, konsumsi makanan dalam jumlah sedikit saja tak akan menyebabkan intoleransi makanan.

7. Irritable Bowel Syndrome

Penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui secara pasti.

Namun faktor stres, konsumsi makanan tertentu, dan perubahan hormon dapat memicu terjadinya irritable bowel syndrome.

8. Gastritis

Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang hidup di bawah selaput lendir lambung bernama Helicobacter pylori.

Stres akibat cedera, konsumsi makanan pedas, alkohol, respon autoimun, dan obat-obatan juga bisa jadi pemicunya.

9. Radang Usus Buntu

Penyakit ini terjadi karena adanya sumbatan pada usus buntu dan menyebabkan bakteri tumbuh.

Radang usus buntu sering terjadi pada anak berusia 5 hingga 16 tahun.

Artikel terkait: 7 Ciri pencernaan tidak sehat, salah satunya perubahan mood!

Cara Mengobati Gangguan Pencernaan pada Bayi dan Anak-anak

Berbagai masalah pencernaan pada bayi dan anak-anak dapat diatasi dengan sejumlah cara.

Dalam beberapa kasus, dibutuhkan obat tertentu maupun tindakan operasi.

Namun umumnya, pengaturan pola makan menjadi kunci utama agar si Kecil terbebas dari gangguan di saluran cerna.

1. Kembung

Jika si Kecil mengalami perut kembung, berikanlah kompres air hangat untuk membantu meredakannya.

Sebaiknya, hindari juga konsumsi terlalu banyak makanan yang dapat memicu produksi gas pada saluran pencernaan seperti kubis, lobak, brokoli, dan bawang.

2. Sembelit

Asupan cairan yang tepat dan konsumsi serat dapat membantu melembutkan tinja sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Aktif bergerak selama 30 hingga 60 menit setiap harinya juga bisa menjaga pergerakan usus dan melancarkan saluran cerna.

Obat pencahar dapat diberikan jika si Kecil tampak kesakitan saat buang air besar.

Namun, jangan memberi si Kecil obat pencahar tanpa persetujuan dokter dan petunjuk dosis yang tepat.

3. Diare

Perawatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum si Kecil. Ini juga akan tergantung pada seberapa parah kondisinya.

Hal terpenting yang dapat Parents lakukan untuk mengobati diare pada bayi adalah terus memberi makan si Kecil.

Menyusui lebih sering saat bayi diare bertujuan agar ia tidak dehidrasi.

Antibiotik dapat diresepkan ketika infeksi bakteri adalah penyebabnya.

Pada anak, berikan larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang. Selain itu, hindari jus dan soda.

4. GERD

Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat membantu meringankan GERD.

Untuk bayi, coba posisikan tegak selama 30 menit setelah menyusui.

Sendawakan bayi beberapa kali selama pemberian susu, ia mungkin mengalami refluks lebih sering saat bersendawa dengan perut penuh.

Pada anak-anak, batasi makanan yang digoreng dan berlemak, peppermint, cokelat, minuman dengan kafein seperti soda dan teh, buah jeruk dan jus, dan produk tomat.

Tawarkan anak porsi yang lebih kecil pada waktu makan.

Tambahkan camilan kecil di antara waktu makan jika ia lapar dan jangan biarkan ia makan berlebihan.

Selain itu, untuk meredakan gejalanya yang dapat membuat anak merasa tidak nyaman, coba posisikan kepala anak lebih tinggi ketika berbaring dan jangan biarkan ia langsung tidur setelah makan.

5. Intoleransi Makanan

Cara utama untuk mengatasi intoleransi makanan adalah dengan menghilangkan makanan pemicunya.

Kebanyakan, anak-anak memiliki intoleransi terhadap produk susu, kacang-kacangan, dan gluten.

Jika Parents mencurigai si Kecil memiliki intoleransi makanan, tanyakan kepada dokter atau ahli gizi sebelum menghilangkan makanan tertentu, karena diet terbatas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka.

6. Kolik

Tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi kolik. Namun demikian, ada beberapa tips yang bisa Parents lakukan saat bayi mengalami kolik. 

Pertama-tama, pastikan bayi tidak lapar dan suasana terasa nyaman. Kemudian, cobalah untuk menyendawakan bayi lebih sering selama menyusui.

Jika bayi terus menangis, gendong sambil usap punggungnya atau putarkan musik yang menenangkan.

7. Irritable Bowel Syndrome

Dokter dapat mengobati irritable bowel syndrome pada anak-anak dengan merekomendasikan perubahan pola makan. Biasanya dianjurkan diet FODMAP.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa anak dengan gangguan ini kondisinya membaik setelah dilakukan pengurangan jumlah asupan jenis karbohidrat yang sulit dicerna.

Terapi kesehatan mental, probiotik, dan obat-obatan mungkin juga diberikan.

Si Kecil mungkin harus mencoba beberapa bentuk terapi untuk melihat mana yang paling berhasil.

8. Gastritis

Gejala gastritis umumnya akan mereda dengan perubahan gaya hidup.

Misalnya membatasi makanan yang meningkatkan asam lambung, seperti makanan pedas, asam, dan minum berkafein. Serta menghindari paparan asap rokok.

Jika gastritis tidak membaik atau terus kambuh, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengurangi asam lambung dan meredakan ketidaknyamanan.

Selain itu, penderita gastritis mungkin diminta menghindari beberapa obat yang menjadi pemicu.

Misalnya, obat golongan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) yang biasanya digunakan sebagai pereda nyeri.

9. Radang Usus Buntu

Terkadang radang usus buntu pada anak-anak dapat diobati dengan antibiotik saja. Namun paling sering, kondisi ini diobati dengan apendiktomi, yaitu operasi bedah untuk mengangkat usus buntu.

Operasi akan memakan waktu sekitar satu jam untuk dilakukan. Sebelum operasi, si Kecil akan menerima antibiotik. 

Bagaimana cara untuk mencegah agar anak tak mudah terkena gangguan pencernaan?

Parents perlu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Berikanlah asupan makanan yang bergizi seimbang dan mudah diserap pada saluran cerna anak.

Pastikan kebutuhan serat anak sesuai dengan usianya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.28 tahun 2019, anak berusia 1-3 tahun dianjurkan mengonsumsi sekitar 19gr serat setiap harinya, sementara anak usia 4-6 tahun membutuhkan 20gr serat per hari.

Berikanlah makanan kaya serat seperti buah-buahan, sayuran, dan sereal yang terbuat dari biji-bijian.

Jangan lupa juga untuk memperhatikan asupan cairan anak untuk mencegah konstipasi.

70% sel imunitas tubuh berada pada saluran pencernaan. Sehingga, penting bagi anak untuk memiliki saluran cerna yang sehat.

Penyerapan nutrisi juga bisa berlangsung secara lebih optimal dan hal tersebut dapat menunjang tumbuh kembangnya.

Sebagai orang tua, Parents harus cepat tanggap akan gejala gangguan pencernaan pada bayi dan anak-anak.

****

Baca Juga:

9 Jenis Gangguan Pencernaan Dilihat dari Penyebab dan Gejala

7 Tindakan Orangtua yang Bisa Menyebabkan Anak Alami Gangguan Bipolar

Jangan Abaikan Sakit Perut pada Si Kecil, Ini Alasannya!