Istilah disleksia pasti sudah tidak asing lagi di telinga Parents, bukan? Namun, bagaimana dengan disgrafia pada anak? Patut Parents ketahui, disgrafia adalah kondisi anak mengalami kesulitan belajar menulis kata-kata dan kalimat dengan jelas serta benar. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), atau yang sedang belajar menulis.
Apa Itu Disgrafia?
Disgrafia adalah suatu kelainan pada sistem saraf yang mengaruhi keterampilan motorik halus yang diperlukan individu untuk menulis.
Pada umumnya, anak-anak pasti mengalami kesulitan ketika belajar menulis. Namun, apabila tulisan anak secara konsisten kerap terdistorsi atau tidak jelas, hingga ia merasa cemas saat disuruh menulis, kondisi ini mungkin disebabkan oleh salah satu jenis gangguan belajar yang disebut disgrafia ini.
Jika gangguan ini muncul saat si kecil pertama kali menulis, hal ini bisa disebut sebagai disgrafia perkembangan atau developmental dysgraphia. Sementara itu, kondisi kesulitan menulis yang muncul tiba-tiba atau akibat trauma kepala atau otak, maka disebut sebagai acquired dysgraphia atau disgrafia yang didapat.
Melansir laman Cleaveland Clinic, disgrafia juga bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Meski begitu, kondisi ini memang sering terjadi pada anak, terutama lebih sering menyerang bayi laki-laki dibandingkan perempuan.
Selain itu, disgrafia juga lebih sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau ADHD.
Apa Perbedaan Disleksia, Disgrafia, dan Diskalkuila?
Ketiganya merupakan jenis kesulitan belajar yang bisa dialami anak. Disleksia adalah kesulitan anak dalam belajar membaca, disgrafia adalah kesulitan anak dalam belajar menulis, sementara itu diskalkulia adalah kesultan anak dalam belajar berhitung.
Penyebab Disgrafia pada Anak
Dilansir dari situs WebMD, para ilmuwan masih tidak yakin terkait penyebab disgrafia bisa terjadi pada anak-anak. Sementara itu, pada orang dewasa, terkadang kondisi ini berkaitan dengan cedera otak.
Walau demikian, jenis gangguan belajar ini biasanya terjadi bersamaan dengan ketidakmampuan belajar lainnya. Contohnya seperti anak yang mengalami ADHD dan disleksia.
Kemungkinan penyebab lainnya, menulis juga merupakan tugas yang cukup kompleks dan membutuhkan berbagai area otak sebagai prosesnya. Ini bisa juga terjadi karena pengaruh genetik atau ada anggota keluarga yang memang memiliki riwayat disgrafia.
Faktor Risiko Disgrafia
Selain itu, ada pula beberapa kondisi yang bisa menjadi faktor risiko terjadinya disgrafia pada anak, yakni:
- Anak dengan ADHD
- Punya masalah belajar lain seperti disleksia
- Anak mengalami keterlambatan bicara
- Anak hiperaktif
- Riwayat disgrafia dalam keluarga
Mengingat disgrafia adalah termasuk ke dalam kelainan saraf, tidak menutup kemungkinan disgrafia bisa terjadi karena cedera otak atau bisa terjadi sendirinya tanpa masalah atau faktor risiko lain.
Gejala Disgrafia pada Anak
Anak-anak dengan disgrafia akan memiliki tulisan tangan yang tidak jelas, tidak teratur, atau tidak konsisten. Seringkali dengan kemiringan, bentuk, huruf besar dan kecil yang berbeda, serta gaya kursif dan cetak.
Mereka juga cenderung menulis atau menyalin sesuatu dengan lambat. Orang tua dan guru mungkin bisa melihat gejala ini ketika anak pertama kali menulis tugas mereka, baik di sekolah maupun di rumah.
Selain itu, tanda-tanda atau gejala disgrafia yang harus Parents perhatikan adalah:
- Pegangan yang sempit saat menulis, sehingga dapat menyebabkan tangan sakit
- Kesulitan mengatur hal-hal di atas kertas
- Sering menghapus tulisannya
- Inkonsistensi atau ketidakserasian dalam spasi huruf dan kata
- Ejaan yang buruk, termasuk kata-kata yang belum selesai atau kata-kata dan huruf yang hilang
- Posisi pergelangan tangan, badan, atau kertas yang tidak biasa saat menulis
- Merasa sulit untuk menulis dan berpikir dalam waktu yang bersamaan, sehingga membuat ia kesulitan jika mendapat tugas menulis kreatif
Diagnosis Disgrafia pada Anak
Cara yang biasa dilakukan oleh spesialis yaitu dengan memberikan tes akademik dan tulisan untuk anak, dengan mengukur kemampuannya untuk memasukkan pemikiran ke dalam kata-kata dan keterampilan motorik halusnya.
Misalnya, anak mungkin diminta untuk mengetuk jari atau memutar pergelangan tangan dengan cara tertentu.
Lalu, anak juga mungkin diminta menulis kalimat atau menyalit kata dan surat. Nantinya spesialis akan melihat beberapa faktor, seperti:
- Hasil pekerjaan anak
- Posisi tangan dan tubuhnya
- Pegangan pensil
- Sikap saat menulis
- Proses penulisan
Kapan Perlu Tes ke Dokter?
Parents dapat langsung berkonsultasi ke dokter saat si kecil menunjukkan tanda atau gejala disgrafia. Biasanya, gejala timbul sejak anak berusia 5 tahun ke atas. Penanganan awal yang tepat akan sangat membantu anak dalam proses pengobatan disgrafia nantinya.
Cara Mengatasi dan Mendampingi Anak dengan Disgrafia
Kondisi disgrafia akan membuat si kecil kesulitan belajar. Maka itu, pendampingan Parents sebagai orang tua sangatlah dibutuhkan. Berikut ini latihan menulis sebagai cara mengatasi disgrafia yang bisa dilakukan:
- Mintalah anak menggunakan kertas ukuran lebar, kertas grafik, atau kertas dengan garis untuk membantu perataan huruf dan kata.
- Cobalah menggunakan pegangan pensil atau alat tulis lainnya untuk kenyamanan saat menulis.
- Alih-alih menulis, biarkan dia menggunakan komputer atau laptop untuk mengetik, serta mengajarkan keterampilan mengetik sejak dini.
- Jangan memberikan kritik pekerjaannya yang ceroboh. Parents harus puji kerja kerasnya dan berikan motivasi positif.
- Akui kondisinya dan bicarakan pada anak tentang hal itu.
- Ajari dia cara menghilangkan stres sebelum menulis. Misalnya, minta dia bersalaman atau menggosok kedua tangannya dengan cepat.
- Biarkan dia meremas suatu benda (misalnya sponge) untuk meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot tangan.
- Bicaralah dengan guru anak tentang kondisinya dan kebutuhannya di sekolah.
Selain latihan menulis, si kecil juga bisa melakukan terapi sebagai upaya pengobatan. Parents bisa membawa si kecil ke psikolog pendidikan atau fisioterapis untuk membantu anak yang kesulitan menulis.
Apakah Disgrafia pada Anak Bisa Disembuhkan?
Sebenarnya, tidak ada obat untuk anak yang mengalami disgrafia. Meski begitu, perawatan yang bervariasi bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini seperti terapi dan latihan menulis yang sudah dijelaskan sebelumnya. Cara penanganan disgrafia juga tergantung pada apakah anak memiliki ketidakmampuan belajar lain atau kondisi kesehatan tertentu.
Walau demikian, pada beberapa anak, obat yang digunakan untuk mengobati ADHD telah membantu disgrafia. Khususnya pada anak yang memiliki kedua kondisi tersebut.
Adakah Cara Mencegah Disgrafia?
Sayangnya, disgrafia tidak bisa dicegah. Namun, Anda bisa melakukan upaya pencegahan dengan melatih kemampuan motorik halus anak sejak dini seperti mengajarkannya menulis dan mengenalkan huruf.
Parents juga bisa mengajak si kecil membaca atau mendongeng bersama, mengenalkan huruf dan angka saat bermain, dan membiarkan anak belajar menulis dengan alat tulis seperti pensil dan kertas sejak usianya menginjak 1 tahun.
***
Parents, disgrafia adalah kondisi kesulitan belajar yang mungkin akan memengaruhi mental dan kepercayaan diri anak. Maka itu, peran orang tua sangat berpengaruh dalam membantu anak mengatasi kondisi ini. Dukungan dan perhatian Anda akan sangat berarti untuk meningkatkan semangat dan kepercayaan diri si kecil dalam mengatasi kesulitan belajar.
Itulah informasi terkait kondisi disgrafia pada anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Parents!
***
Baca juga:
Bayi Suka Mengisap Jarinya? Jangan Dilarang ya Bun, Ini Manfaatnya!
Jangan Tunda! Ini Momen Belajar Bahasa Asing Terbaik untuk Anak
Pemikirannya "Out of The Box"! Ini 7 Fakta Disleksia yang Jarang Orang Tahu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.