Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya bagi Janin?

Ditinjau secara medis oleh

dr. Widya Ayu Sari, Sp.OG

dr. Widya Ayu Sari, Sp.OG adalah Dokter Spesialis Kandungan yang aktif melayani pasien di RS Sari Asih. dr. Widya Ayu Sari, Sp.OG tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Ia aktif memberikan layanan konsultasi medis terkait kandungan dan kebidanan.

Sebuah tim profesional bersertifikat dan diakui di bidang kesehatan yang meninjau semua informasi yang berkaitan dengan kesehatan kehamilan dan kesehatan dan tumbuh kembang anak di theAsianparent. Tim ini terdiri dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter anak, spesialis penyakit menular, doula, konsultan laktasi, redaktur profesional, dan kontributor dengan lisensi khusus.

Pelajari Lebih Lanjut...

undefined

Kondisi ini ditandai dengan adanya peningkatan gula darah yang tinggi. Cek selengkapnya di sini!

Bunda pernah mendengar istilah ‘diabetes gestasional’?

Jenis diabetes yang satu ini merupakan penyakit diabetes yang dapat dialami ibu hamil. Jika tidak ditangani dengan tidak tepat, kondisi ini bisa berdampak terhadap ibu dan janin.

Lantas, seperti apa sih gejala ibu yang terkena diabetes? Ibu seperti apa yang rentan mengidap penyakit ini?

Apakah diabetes gestasional bisa disembuhkan? Yuk, cari jawabannya bersama theAsianparent.

Artikel terkait: Ini Batas Asupan Gula Setiap Hari bagi Ibu Hamil untuk Cegah Diabetes

Apa Itu Diabetes Gestasional?

diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang hanya dialami oleh perempuan di masa kehamilan.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 6 sampai 9 persen ibu hamil mengalami kondisi ini.

Tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini bisa berbahaya bagi kesehatan ibu dan janin. Menurut WHO, terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun saat hamil atau bersalin, dan 28,1% di antaranya dikarenakan diabetes melitus. 

Pada kebanyakan kasus, diabetes terjadi pada ibu hamil saat trimester 2 kehamilan. Yaitu saat usia kehamilan memasuki 24 hingga 28 minggu.

Artikel Terkait : Gejala awal diabetes yang seringkali tidak disadari, waspada!

Apa Penyebab Diabetes Gestasional?

Pada orang normal, kadar gula darah diatur hormon insulin yang membuat glukosa di dalam aliran darah dapat masuk ke dalam sel.

Saat hamil, tubuh Bunda akan mengalami perubahan hormon yang dapat menyebabkan tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin. 

Insulin adalah hormon yang diproduksi di pankreas yang mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat tubuh. Ini juga membantu tubuh mengubah gula menjadi energi.

Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang ibu hamil, yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif. 

Dampak diabetes gestasional pada ibu hamil adalah risiko tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya preeklampsia/eklamsia (kejang keracunan kehamilan), komplikasi kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), hingga kematian ibu.

Besar kemungkinan, diabetes tahap awal akan berkembang menjadi diabetes tipe 2 pada masa mendatang. 

Kabar baiknya, sebagian kasus diabetes jenis ini dapat diatasi dengan perubahan pola makan dan olahraga. Hanya sedikit yang memerlukan terapi insulin untuk mengatasi kondisi ini.

Artikel terkait: 7 Manfaat Duku untuk Ibu Hamil, Bantu Mengontrol Diabetes

Gejala Awal Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional biasanya tidak memiliki gejala atau ciri ciri khusus.

Meskipun sebagian besar perempuan dengan diabetes gestasional tidak memiliki gejala, beberapa penderitanya mungkin mengalami beberapa tanda sebagai berikut:

  • Rasa haus yang berlebihan,
  • Sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak (berbeda dengan sering buang air kecil dengan jumlah sedikit pada awal kehamilan),
  • Kelelahan (yang mungkin sulit dibedakan dari kelelahan kehamilan normal),
  • Mulut kering,
  • Penglihatan buram.

Faktor Risiko Diabetes Gestasional

diabetes gestasional

Berikut beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko ibu hamil mengalami diabetes gestasional.

1. Kelebihan Berat Badan Sebelum Hamil

Perempuan dengan riwayat berat badan berlebih, baik sebelum maupun saat hamil, berisiko lebih besar mengalami kondisi ini.

Cara untuk mengetahui apakah berat badan Anda berlebih adalah dengan menghitung BMI atau body mass index.

Cara menghitungnya adalah Kg/M2, berat badan (dalam kilogram/Kg) dibagi tinggi badan (kuadrat, dalam meter), dengan range angka normal 18.5 – 24.9. 

Jika BMI Anda berada pada angka 25 atau lebih, ini sudah termasuk faktor risiko karena mulai terjadi peningkatan resistensi insulin.

Oleh karena itu, sebelum hamil, ibu perlu menjaga pola makan sebelum terjadi peningkatan berat badan berlebih saat kehamilan. 

2. Usia

Penyakit DMG dapat menyerang semua jenis usia, Bun, dan usia yang paling dominan adalah usia 35 tahun dan ke atas.

Kebanyakan ibu hamil pada usia periode ini cenderung lebih sedikit atau mengurangi aktivitas, serta terjadinya penurunan fungsi organ tubuh, terutama pankreas sebagai penghasil insulin.  

Dokter menyebutkan bahwa perempuan berusia 35 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi terpapar penyakit ini.

Risiko tersebut akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki riwayat diabetes melitus (DM), berisiko mendapatkan DM dari ibu >10-30% daripada ayah dengan DM.

Jika memiliki saudara kandungan dengan DM, maka risikonya adalah 10%, dan bila dari saudara kembar indentik risikonya bisa menjadi 90%. 

4. Diabetes pada Kehamilan Sebelumnya

Jika Bunda menderita diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya, penelitian menunjukkan Anda berisiko lebih besar untuk kembali mengalaminya pada kehamilan berikutnya.

5. Diagnosis Pra-Diabetes

Apabila sebelum hamil kadar gula Anda sudah sedikit tinggi Anda berisiko untuk mengalami diabetes gestasional saat kehamilan.

Misalnya saja karena  hemoglobin A1C Anda lebih besar atau sama dengan 5,7 persen, atau jika Anda memiliki kadar glukosa puasa yang terganggu.

6. Adanya Riwayat Inaktivitas Lama

Apabila Bunda pernah mengalami kondisi di mana harus mengalami bed rest total atau tirah baring lama disebabkan gangguan mobilitas, maka ini juga bisa menjadi risiko.

Kondisi ini seringkali menyebabkan penambahan berat badan saat kehamilan dan karenanya bisa membuat Anda berisiko lebih tinggi mengalami diabetes gestasional.

7. Memiliki Kondisi Medis yang Terkait dengan Diabetes

Jika Bunda memiliki kondisi medis yang terkait dengan perkembangan diabetes maka besar kemungkinan Anda akan mengalami diabetes gestasional saat kehamilan.

Kondisi medis tersebut bisa termasuk riwayat kerusakan/gangguan pada pankreas, misalnya pankreatitis, sindrom metabolik, sindrom ovarium polikistik, hipertensi atau penyakit kardiovaskular.

8. Hamil Kembar

Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko Bunda terpapar penyakit diabetes gestasional.

Karena itu, terus lakukan pemeriksaan kehamilan rutin dan jaga pola hidup sehat. 

Artikel Terkait: Apakah penderita diabetes mellitus dilarang hamil karena berisiko?

Bagaimana Diabetes Gestasional Didiagnosis?  

Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya bagi Janin?

Bunda mungkin penasaran bagaimana untuk bisa mengetahui apakah Bunda mengidap diabetes gestasional atau tidak dan bagaimana cara untuk mengetahuinya. B

iasanya penyakit ini akan didiagnosis oleh dokter kandungan melalui sampel urin atau darah saat kehamilan.

Karenanya, dokter Anda biasanya akan meminta sampel urine pada pemeriksaan kehamilan waktu-waktu tertentu.

Salah satu tujuannya adalah untuk memeriksa kadar gula dalam urin yang bisa jadi merupakan tanda diabetes gestasional.

Meski demikian, satu skrining positif saja tidak berarti Anda menderita diabetes gestasional.

Antara minggu ke 24 dan 28 kehamilan, dokter kandungan mungkin akan memberi Anda tes skrining glukosa, di mana Anda akan minum cairan manis dan darah  diambil satu jam kemudian.

Jika Anda memiliki faktor risiko diabetes gestasional, maka dapat  menjalani tes ini di awal kehamilan.

Apabila  pemeriksaan darah menunjukkan kadar gula yang tinggi, dokter akan meminta Anda untuk melakukan tes toleransi glukosa sebelum, saat satu jam, dua jam, dan tiga jam setelah minum minuman manis.

Ini dilakukan  untuk menentukan apakah Anda menderita diabetes gestasional.

Di samping tes toleransi glukosa oral, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lainnya yaitu:

  • Tes HbA1c untuk mengetahui rata-rata kadar gula darah dalam kurun waktu 3 bulan terakhir,
  • Tes urine untuk mengetahui kadar protein, keton, dan kreatinin dalam urine,
  • USG kandungan untuk mengukur perkiraan panjang dan berat badan janin,
  • Rekam jantung, untuk mendeteksi kelainan jantung yang dapat menandakan komplikasi hiperglikemia.

Apa Pengaruh Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil dan Bayi?

Dengan perawatan yang tepat dan pemantauan rutin oleh dokter, diabetes gestasional dapat dikelola dan tidak berbahaya bagi ibu hamil maupun bayi.

Tetapi jika kondisi ini tidak segera ditangani, dan gula berlebihan bersirkulasi terus dalam darah ibu dan bayi, potensi masalah bagi ibu dan bayi bisa semakin serius.

Dampak Bagi Ibu

Ibu hamil dengan diabetes gestasional yang tidak terkontrol berisiko memiliki bayi yang lebih besar dari usia kehamilan (kondisi ini disebut makrosomia).

Ini  membuat persalinan lebih sulit dan memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar. Selain itu, ibu juga berisiko mengalami preeklamsia dan keguguran.

Karena diabetes gestasional dianggap sebagai komplikasi kehamilan, ibu hamil yang mengalaminya memiliki kemungkinan lebih besar untuk diinduksi.

Ini dilakukan karena kebanyakan dokter tidak akan membiarkan kehamilan melewati tanggal hari perkiraan lahir.

Dampak Bagi Bayi

Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya bagi Janin?

Kondisi diabetes yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan masalah potensial bagi bayi setelah lahir, seperti penyakit kuning, kesulitan bernapas, dan kadar gula darah rendah (hipoglikemia).

Di kemudian hari, bayi juga mungkin berada pada peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2.

Bahkan, jika bayi tidak memiliki gejala apapun, tes darah sederhana tetap penting untuk dilakukan setelah proses persalinan.

Saat ia tumbuh nanti, penting untuk mempraktikkan kebiasaan makan dan olahraga yang baik. Ini dapat membantu melindungi kesehatannya di masa mendatang.

Komplikasi Diabetes Gestasional 

Gangguan dan komplikasi yang dirasakan ibu hamil karena diabetes ini bisa jadi beragam.

Ada ibu yang masih tetap melahirkan bayi yang sehat, namun ada juga yang memang memiliki beberapa masalah.

1. Berat Badan Bayi Berlebihan

Asupan gula dalam darah dan tubuh yang berlebih bisa menyebabkan berat bayi lahir lebih besar dari kondisi normal.

Kondisi ini disebut juga makrosomia.

Hal ini bisa menimbulkan masalah lain seperti kemungkinan terjepit di jalan lahir, mengalami cedera bahkan membutuhkan kelahiran caesar.

2. Mengalami Risiko Diabetes Tipe-2

Ibu yang mengalami diabetes gestasional bisa meningkatkan risiko mengalami diabetes tipe-2 di kemudian hari.

Jadi, melakukan cek kesehatan rutin khususnya gula darah sebaiknya tetap dilakukan setelah bayi lahir.

3. Risiko Persalinan Prematur

Kadar gula darah ibu yang tinggi bisa meningkatkan risiko persalinan dini dan melahirkan bayi prematur.

Tak jarang, bayi bisa dilahirkan melalui operasi caesar.

4. Mengalami Gangguan Pernapasan

Kondisi ini bisa meningkatkan risiko bayi mengalami gangguan pernapasan dan stres selama persalinan.

Bayi prematur bisa meningkatkan gangguan pernapasan sehingga paru-paru membutuhkan bantuan sampai menjadi matang atau lebih kuat.

Tak hanya bayi yang lahir prematur, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional pun bisa mengalaminya, Bun.

Saat terjadi komplikasi dan peningkatan beban kerja jantung dan paru ibu serta peningkatan volume, berat bayi yang berlebihan menimbulkan gangguan pernapasan pada Bunda. 

5. Hipoglikemia

Tak lama setelah lahir, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional bisa mengalami hipoglikemia atau kondisi gula darah rendah.

Kondisi ini pun bisa menyebabkan bayi mengalami kejang.

Hal ini terjadi karena asupan gula yang biasa tinggi didapatkan janin selama dalam kandungan mendadak turun drastis saat sudah dilahirkan, sehingga kekurangan asupan mendadak dan terjadi kejang. 

Artikel terkait: Perlu tahu! Ini 5 hal penting yang harus diperhatikan setelah keguguran

Cara Mengatasi Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya bagi Janin?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mencegah penyakit diabetes gestasional ini.

1. Memeriksakan Kehamilan Secara Rutin

Pemeriksaan kesehatan ibu dan kandungan secara teratur dan rutin selama kehamilan akan sangat membantu untuk memantau ukuran dan kondisi janin.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, biasanya dokter kandungan akan memberikan saran medis yang sesuai dengan kondisi ibu dan janin.

2. Memiliki Pola Makan yang Sehat

Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan saat menjalani diet di tengah kehamilan:

  • Mencukupi kebutuhan tubuh akan protein, karbohidrat, serat, dan lemak. 
  • Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (low glikemic index) yang membutuhkan proses tambahan dari tubuh sebelum diserap. Contohnya: nasi merah/cokelat, oatmeal, gandum, buah rendah glikemik indeks (tidak manis, rendah gula, tinggi serat)
  • Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula, seperti soft-drink, jus buah dan sebagainya.
  • Makan porsi kecil tapi sering, di mana porsi tersebut terpakai aktivitas dan tidak tertumpuk banyak dalam darah, dibandingkan makan jarang tapi langsung banyak di mana kelebihannya akan disimpan tubuh. 
  • Konsultasi dengan ahli gizi agar didapatkan pengaturan diet yang personal sesuai kebutuhan ibu dan janin dengan lebih tepat. 

3. Olahraga

Lakukanlah aktivitas dan olahraga ringan yang cocok untuk perempuan hamil dan baik bagi kandungan.

Bunda juga bisa konsultasikan dengan dokter jenis olahraga yang cocok.

Perlu dilakukan pertimbangan terkait usia, fitness level sebelum kehamilan, kesehatan secara keseluruhan dan komplikasi lain yang diidap, serta BMI awal sebelum hamil, dan perkembangan janin sesuai usia kehamilan. 

4. Obat-obatan

Terapi pengobatan termasuk dalam pemantauan kadar gula darah harian, diet sehat, olahraga dan pemantauan kondisi bayi.

Jika kadar gula terlalu tinggi, maka dapat diberikan obat-obatan tambahan.

Beberapa orang membutuhkan insulin untuk mengontrol kadar gula, tetapi kebanyakan dapat mengontrolnya dengan hanya perubahan pola diet dan olahraga. 

Ada baiknya pemberian obat harus berdasarkan rekomendasi dokter kandungan serta berkolaborasi dengan dokter penyakit dalam.

Tujuannya agar ada pengawasan dan perhatian yang serius demi kesehatan kehamilan dan janin di dalam kandungan.

Apakah Diabetes Gestasional Bisa Sembuh?

Penyakit ini berbeda dengan jenis diabetes lainnya, di mana penyakit ini dapat disembuhkan setelah kadar gula darah ibu kembali normal paskamelahirkan.

Ada lebih dari 50 persen kasus diabetes gestasional bisa disembuhkan dengan cara terapi.

Perawatan Setelah Melahirkan

Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya bagi Janin?

Setelah Anda melahirkan, bukan berarti risiko perkembangan diabetes ini berhenti begitu saja.

Studi menunjukkan bahwa wanita dengan diabetes gestasional memiliki kemungkinan 3 sampai 7 persen mengalami diabetes tipe 2 dalam 5 sampai 10 tahun. 

Oleh karena itu, mengubah pola hidup sehat adalah cara yang tepat untuk menjaga kesehatan Anda selama waktu yang panjang.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan Anda setelah melahirkan.

1. Kunjungi Dokter Secara Berkala

Tetap kunjungi dokter Anda untuk mengevaluasi kondisi Anda pascapersalinan.

Temui dokter setiap 6 minggu pascamelahirkan atau sesuai kebutuhan berdasarkan rekomendasi dokter. Ini perlu dilakukan untuk mengecek kadar glukosa dalam darah.

2. Konsultasi dengan Ahli Gizi

Melakukan konsultasi dengan ahli gizi dapat membantu Anda menentukan pola makan yang tepat.

Pemilihan jenis makanan sekaligus porsinya dapat menjaga kadar glukosa tetap dalam batas yang sehat.

3. Tetap Konsumsi Makanan Sehat

Meski sudah tidak mengandung lagi, Bunda tetap harus mengonsumsi makanan sehat  bergizi seimbang serta rendah indeks glikemik seperti sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, daging tanpa lemak, buah-buahan, susu atau yoghurt tanpa pemanis buatan.

4. Menyusui Lebih Lama

Jika memungkinkan, Bunda bisa menyusui bayi lebih lama, karena  dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 setelah diabetes gestasional.

Salah satu alasannya adalah karena ibu menyusui memiliki kadar glukosa lebih rendah yang beredar dalam darahnya.

5. Berolahraga

Meskipun mengasuh bayi yang baru lahir pasti akan menyita banyak waktu dan tenaga, tapi cobalah untuk tetap melakukan olahraga yang disetujui dokter.

Penting untuk meluangkan waktu untuk merawat diri sendiri selama periode postpartum.

Artikel terkait: 13 Olahraga untuk Ibu Menyusui yang Bisa Dilakukan Bersama Bayi

Makanan Terbaik untuk Penderita Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya bagi Janin?

Jika Bunda bingung, makanan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi oleh penderita diabetes gestasional, berikut beberapa daftar makanan yang bisa Bunda jadikan pilihan.

  • Putih telur rebus tanpa kuning telur (disarankan pada ibu yang memiliki kelebihan kolesterol, lemak, atau obesitas)
  • Greek Yoghurt plain dengan buah berry murni (bukan buah kaleng)
  • Kacang almond
  • Sayur-sayuran, misalnya brokoli, wortel dan lain sebagainya.
  • Alpukat
  • Apel
  • Buncis panggang
  • Roll-up kalkun
  • Keju cottage
  • Salad tuna
  • Popcorn plain tanpa tambahan gula
  • Chia seed
  • Edamame

Itulah hal penting yang perlu Bunda ketahui seputar diabetes gestasional. Semoga Bunda selalu dalam keadaan sehat, ya.

***

 

Baca Juga:

Ingin Hamil Tapi Diabetes? Ini Saran Dokter yang Wajib Diperhatikan

Penelitian: Ibu Hamil yang Kurang Tidur Berisiko Terkena Diabetes

4 Tips Program Hamil untuk Penderita Diabetes, Catat Bun!

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.