Detak jantung janin lemah atau fetal bradikardia merupakan kondisi ketika bayi dalam kandungan memiliki detak jantung di bawah normal. Dikatakan lemah adalah ketika detak jantung janin berada di bawah 100 detak per menitnya.
Lantas, apa saja penyebab detak jantung bayi dalam kandungan bisa lemah? Seperti apa risiko, cara mengatasi, dan adakah upaya pencegahannya? Melansir berbagai sumber, berikut kami rangkum ulasan selengkapnya.
Penyebab dan Risiko Detak Jantung Janin Lemah
Normalnya, rata-rata detak jantung janin adalah 100-120 detak per menit di rentang trimester pertama atau usia kehamilan 6 – 7 minggu.
Nah, detak jantung ini kemudian akan semakin meningkat saat Bunda menginjak usia kehamilan 9 minggu. Di usia tersebut, detak jantung calon bayi yang normal biasanya mencapai 180 detak per menit.
Sementara itu, seperti yang telah disebutkan, detak jantung calon bayi dikatakan lemah apabila di bawah 100 detak per menit.
Ketika detak jantung janin berada pada rentang tersebut selama awal kehamilan, maka risiko kandungan keguguran akan meningkat.
Namun, Bunda tidak perlu khawatir berlebihan dulu ketika detak jantung si kecil terbilang lambat pada trimester pertama. Pasalnya, detak jantung janin lambat di masa tersebut biasanya terjadi hanya sementara.
Dalam istilah medis, kondisi ini umumnya disebut sebagai transient bradycardia.
Mengutip laman Good Doctor, kondisi itu dapat terjadi saat USG transvaginal menciptakan tekanan berlebihan di rahim dan bisa memperlambat detak jantung untuk sementara waktu.
Meski begitu, pemeriksaan rutin atau secara berkala pun tetap perlu dilakukan untuk memantau detak jantung dan kondisi janin secara keseluruhan.
Penyebab Detak Jantung Janin Lemah
Mengutip laman Radiopedia, fetal bradikardia biasanya disebabkan oleh beberapa kondisi tertentu seperti:
- Adanya penyakit atau kelainan yang mendasari kondisi tersebut
- Peningkatan stimulasi vagal yang biasa terjadi selama trimester kedua, ketika sistem saraf simpatis belum matang.
- Terjadinya oklusi atau kompresi tali pusat
- Hipoksia yang disebabkan oleh depresi miokard.
Sementara itu, mengutip laman American Pregnancy Association, ada beberapa hal yang membuat detak jantung janin tidak terdeteksi. Beberapa faktor penyebab tersebut di antaranya adalah:
- Suara detak jantung janin terlalu lemah
- Usia kehamilan yang tidak tepat dengan perhitungan masa menstruasi terakhir
- Kondisi perut ibu hamil yang terlalu besar.
Biasanya, detak jantung janin akan terdeteksi sempurna ketika kondisinya sudah berkembang, yakni pada rentang usia kehamilan 12 minggu.
Namun, jika detak jantungnya masih belum terdeteksi di atas usia 12 minggu, maka besar kemungkinan ada gangguan pada janin.
Beberapa gangguan tersebut seperti; adanya masalah pada plasenta, kebutuhan nutrisi Bumil tidak tercukupi, janin lemah, dan adanya kelainan genetik.
Tingkat Risiko yang Perlu Diwaspadai
Mengutip laman Women Texas Childern, fetal bradikardia ada yang ringan hingga serius. Hal ini tergantung pada usia kehamilan, penyebab yang mendasari, kondisi unik setiap bayi, serta adanya komplikasi terkait.
Dalam kasus ringan, ketika tak ada kondisi penyerta lain, detak jantung janin lambat dapat hilang dengan sendirinya. Seperti kondisi transient bradycardia.
Namun, dalam kasus parah dan terjadi berkelanjutan, fetal bradikardia dapat berisiko fatal dan meningkatkan risiko gagal jantung pada janin.
Sementara itu, sebuah penelitian dari Journal of Ultrasound in Medicine juga menyebutkan detak jantung lemah bisa memicu kondisi kematian janin dalam kandungan.
Janin yang detak jantungnya kurang dari 100 detak per menit pada minggu ke-6 kehamilan, berisiko mengalami kondisi fatal tersebut.
Namun, kondisi kematian janin dalam kandungan di minggu pertama kehamilan itu biasanya disebabkan juga oleh adanya kelainan genetik pada calon bayi sehingga ia tidak bisa bertahan.
Diagnosis dan Penanganan
Mengutip laman Good Doctor, kondisi fetal bradikardia bisa didiagnosis menggunakan fetal echocardiogram.
Jika terdiagnosis mengalami kondisi detak jantung lemah, maka ada beberapa pilihan perawatan yang diberikan seperti terapi khusus dan obat-obatan.
Dalam kondisi tertentu, janin yang mengalami detak jantung lemah akibat gawat janin atau hipoksia juga biasanya memerlukan tindakan persalinan segera.
Upaya Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Tentunya, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Kesehatan jantung bayi dalam kandungan juga bisa Bunda jaga dengan menerapkan pola hidup sehat selama kehamilan seperti:
- Lebih banyak mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang dan sehat seperti sayur dan buah-buahan
- Belajar mengelola stres
- Lakukan olahraga ringan sesuai dengan kondisi dan kemampuan Bumil
- Tidak merokok atau pun mengonsumsi minuman beralkohol. Kurangi juga mengonsumsi kafein dan makanan tinggi garam juga gula
- Hindari juga asap rokok. Menjadi perokok pasif juga berbahaya untuk kesehatan janin dan Anda sendiri
- Senantiasa menjaga kadar gula darah. Penyakit diabetes gestasional kerap dikaitkan dengan gangguan atau komplikasi kehamilan seperti cacat jantung pada bayi
Parents, demikianlah ulasan terkait penyebab, risiko, dan cara mengatasi detak jantung janin lemah.
Ingat, selalu lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai anjuran dokter terkait, ya. Hal ini dilakukan agar kondisi dan perkembangan janin bisa dipantau.
Sehingga, apabila ada masalah dalam perkembangan janin, maka hal ini bisa langsung dideteksi serta ditangani secara tepat dan cepat.
Semoga informasi ini bermanfaat!
***
Baca juga:
Fetal Fibronectin Test Penting untuk Cegah Kelahiran Prematur
7 Perubahan Saat Kehamilan Trimester Kedua, Bunda Mengalaminya?
7 Keluhan Ibu Hamil Saat Kandungan 4 Bulan dan Tips Mengatasinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.