Bronkitis adalah peradangan dinding saluran napas yang berfungsi membawa udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Penyakit ini membuat penderitanya mengalami batuk produktif yang amat mengganggu dengan dahak kental, berwarna bening, putih, kuning, atau kehijauan.
Bronkitis: Tipe, Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Saluran napas manusia terdiri dari beberapa bagian. Secara berurutan, udara yang masuk ke dalam saluran ini akan melalui rongga hidung, laring (panggal tenggorok tempat menempelnya pita suara), trakea (batang tenggorok), bronkus (cabang batang tenggorok), bronkiolus (anak cabang tenggorok), dan berakhir di alveolus (kantong udara tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida). Paru-paru itu sendiri mencakup sebagian bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
Pada bronkitis, gangguan utamanya terjadi di trakea dan bronkus, yang dapat meluas hingga ke bronkiolus. Pada kasus ini, infeksi dan peradangan menyebabkan produksi berlebihan (hipersekresi) dari lendir saluran napas yang dikenal sebagai sputum atau dahak. Secara alami, tubuh merespon melalui proses batuk untuk membantu membersihkan dahak di saluran napas ini.
Tipe Bronkitis
Dalam dunia medis, dikenal dua macam bronkitis, yakni bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perbedaan utama kedua tipe bronkitis ini adalah pada sifat, penyebab, dan durasi penyakitnya.
Bronkitis akut kerap terjadi sebagai lanjutan dari infeksi virus yang menyebabkan common cold (flu biasa) atau influenza. Dalam hal ini, bronkitis disebut juga sebagai flu dada (chest cold). Kondisi penyakit bersifat ringan dan infeksi akan berlalu dengan sendirinya dalam waktu 2-3 minggu. Meski demikian, batuk masih bisa terjadi selama berminggu-minggu kemudian meski infeksi sudah menghilang.
Pada bronkitis kronis, batuk berlangsung paling sedikit selama 3 bulan dengan kekambuhan berulang setidaknya selama 2 tahun berturut-turut. Ini terjadi akibat iritasi atau peradangan konstan pada dinding saluran napas. Kondisi penyakit bersifat lebih serius dan biasanya ditemukan pada perokok berat yang mengalami penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Baik akut maupun kronis, gejala penyakit ini dapat berupa:
- Batuk yang terus-menerus dan mengganggu
- Batuk bersifat produktif, menghasilkan dahak yang dapat berwarna bening, putih, abu kekuningan atau kehijauan, atau diserta bercak darah
- Rasa lelah
- Sesak napas
- Demam ringan (meriang) dan menggigil
- Rasa tidak nyaman di dada
Bronkitis akut biasanya diawali oleh gejala-gejala flu, seperti nyeri kepala ringan atau pegal linu. Gejala-gejala ini umumnya membaik dalam waktu satu minggu, tetapi batuk yang mengganggu dapat bertahan hingga beberapa minggu kemudian.
Pada bronkitis kronis, akan ada periode di mana batuk atau gejala lainnya memburuk. Pada periode ini, bisa jadi ada infeksi akut lain yang menyertai bronkitis.
Untuk mendiagnosis bronkitis akut, umumnya tidak diperlukan pemeriksaan lanjut seperti rontgen dada, pemeriksaan atau kultur darah. Namun, pemeriksaan-pemeriksaan ini dapat diperlukan bila dicurigai adanya bronkitis kronis atau penyakit paru lain yang menyertai seperti asma atau pneumonia.
Faktor Penyebab
Sebagian besar kasus bronkitis akut disebabkan oleh virus serupa, yang menyebabkan infeksi saluran napas atas, seperti common cold atau influenza. Penyebab lain yang lebih jarang yakni bakteri Bordetella pertussis, yang penyakitnya disebut pertusis atau batuk rejan.
Pada bronkitis kronis, penyebab tersering adalah paparan asap rokok. Penyebab lain adalah paparan polusi udara, debu, serta partikel atau gas beracun dari lingkungan atau tempat kerja.
Di samping itu, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami bronkitis, yakni:
- Termasuk kelompok berusia lanjut, bayi atau anak di bawah 5 tahun
- Kerap mengalami serangan refluks asam lambung, yang dapat mengiritasi tenggorokan sehingga meningkatkan kerentanan terhadap bronkitis
Cara Mengobati
Hingga kini, tidak ada pengobatan spesifik untuk bronkitis akut. Untuk meredakan gejala, anjuran umumnya sebagai berikut:
- Banyak minum air. Air akan membantu mengencerkan dahak di saluran nafas sehingga lebih mudah dikeluarkan.
- Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen atau paracetamol untuk meredakan nyeri tenggorokan atau nyeri kepala.
- Menggunakan pelembab dan penghangat udara untuk mengurangi hidung tersumbat atau pilek.
- Menggunakan inhaler—seperti pada penderita asma—bila perlu. Obat ini hanya bermanfaat pada individu dengan gejala mengi (napas berbunyi ‘ngik’) atau sumbatan saluran nafas. Obat ini tidak dijual bebas sehingga memerlukan resep dokter untuk mendapatkannya.
Perlu dketahui bahwa obat untuk menekan refleks batuk umumnya tidak membantu. Sebab pada kasus bronkitis, batuk sebagai respon alami diperlukan untuk membantu membersihkan dahak di saluran napas.
Bagaimana dengan Penggunaan Antibiotik?
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, bronkitis akut biasanya disebabkan oleh virus yang juga menyebabkan common cold atau influenza. Antibiotik merupakan obat yang ditujukan untuk membunuh bakteri. Obat ini tidak akan membunuh virus, sehingga tidak bermanfaat pada sebagian besar kasus bronkitis.
Sebaliknya, penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru dapat membahayakan dan menyebabkan resistensi antibiotik di kemudian hari. Sederhananya, ketika antibiotik ini betul-betul diperlukan, sudah tidak lagi efektif untuk mematikan bakteri sasaran.
Untuk bronkitis kronis, penanganan kurang lebih sama. Namun perlu betul-betul menghindari pencetus seperti paparan asap, polusi udara dan iritan paru lainnya. Pada kasus yang lebih berat, kadang-kadang diperlukan oksigen tambahan kala bernapas atau bahkan tindakan operasi untuk menghilangkan bagian paru yang rusak.
Kapan Harus ke Dokter?
Agar dapat ditangani sejak dini, segera hubungi fasilitas kesehatan atau dokter Anda bila batuk yang dialami:
- Tidak membaik setelah 10 hari atau berlangsung lebih dari 20 hari
- Disertai demam di atas 38 derajat celcius dan produksi dahak baru (bisa jadi tanda muncul pneumonia)
- Mengganggu tidur
- Disertai produksi darah atau dahak yang berwarna kekuningan atau kehijauan
- Disertai nyeri dada, mengi, atau sesak napas
- Batuk menggonggong sehingga sulit bicara
- Disertai dengan penurunan berat badan yang tidak disengaja
Perlu diketahui bahwa individu yang berusia 75 tahun ke atas tidak selalu mengalami demam atau gejala lain yang menandakan infeksi serius bronkitis. Pada kelompok usia ini, segera hubungi dokter bila batuk dialami terus-menerus dan tak kunjung sembuh.
***
Baca juga:
Sering Mengalami Gusi Bengkak? Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya, Parents!
Digunakan untuk Atasi Diare, Kenali Dulu Manfaat dan Efek Samping Obat Oralit Ini
Virus Corona Bermutasi, Perlukah Anak Mendapatkan Vaksin COVID-19?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.