Sejumlah ahli mengatakan tidur dengan bantal bisa berisiko bahaya pada kesehatan bayi hingga yang terparah mengalami kematian. Tentu Parents tidak mau hal ini terjadi pada buah hati, kan? Berikut ini penjelasan mengenai bahaya bantal bagi bayi yang perlu Bunda ketahui dan waspadai.
Kenapa Bantal untuk Bayi Berbahaya?
The U.S Consumer Product Safety Commision merekomendasikan agar bayi dibiarkan tidur tanpa bantal hingga ia berusia 12 bulan (1 tahun). Dan American Academy of Pediatrics juga merekomendasikan agar bayi tidur telentang, dengan posisi di atas permukaan yang keras (tidak terlalu lembut atau lembek) dan kosong.
‘Kosong’ dengan kata lain, di atas permukaan tempat tidur bayi tidak boleh ada benda lunak, mainan, atau benda lainnya, tidak terkecuali bantal. Apa alasannya? Itu karena ada beberapa risiko bahaya bantal pada bayi.
Menurut Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) yang ditulis di laman Food and Drug Administration, setiap tahunnya ada sekitar 4.000 bayi meninggal secara tak terduga di waktu tidurnya. Mayoritas kematian mereka diakibatkan mati lemas, tersedak, SIDS (suddent infant deadth syndrome), dan juga penyebab lain yang tidak diketahui.
Setelah dievaluasi, penyebab utama dari kematian ini adalah sleep positioner (posisi tidur) dan benda-benda lain yang ada di sekitar bayi saat ia tidur. Saat ditemukan meninggal, bayi-bayi ini dalam posisi miring atau berguling ke sisi perut, atau wajah atau hidungnya tertutup bantal atau sleep positioner di kasurnya.
Kapan Sebaiknya Bayi Diberi Bantal Saat Tidur?
Sumber: Pexels
Ingin tahu usia berapa bayi Anda bisa tidur dengan bantal? Cek penjelasannya di bawah ini.
Melansir laman WebMD, ditegaskan bawa bantal tidak aman untuk bayi! Bantal dianggap berbahaya bagi bayi dan perlu dihindari penggunaannya hingga usianya lebih dari dua tahun. Itu karena pada usia 2 tahun, balita tidak lagi tidur di buaian, dan otot lehernya sudah sepenuhnya kuat bergerak dan mampu membalikkan tubuhnya tanpa bantuan.
Sementara itu, melansir laman What to Expect, disarankan bayi tidur dengan bantal saat usianya sudah balita, atau setidaknya menunggu usia 1 tahun. Sebelum itu, satu-satunya yang dibutuhkan bayi adalah tidur dalam kondisi tempat tidur yang kosong.
Jadi ingat selalu, sebelum usia bayi 1-2 tahun untuk selalu:
- Mengosongkan area tempat tidur bayi
- Menidurkan bayi dalam posisi telentang
Artikel terkait: Waspadai kematian mendadak pada bayi (SIDS)
5 Bahaya Bantal bagi Bayi
Sumber: Pexels
Berikut adalah 5 bahaya bantal bagi bayi yang harus orang tua waspadai:
1. Sindrom Kepala Datar
Sindrom kepala datar (plagiocephaly) sering kali disebabkan oleh kebiasaan bayi tidur dalam posisi yang sama (konstan, dalam waktu lama), dan seiring waktu menyebabkan kepalanya di satu sisi rata –dikenal juga dengan istilah kepala peyang.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk mencegah dan mengobati sindrom kepala datar pada bayi Anda:
- Sering mengubah posisi kepala bayi saat ia tidur, ke kiri atau ke kanan.
- Minimalkan tekanan pada kepalanya dengan sering-sering menggendongnya.
- Ketika meletakkan bayi di tempat tidurnya, pastikan Bunda memosisikan kepalanya dengan cara yang benar sehingga mudah baginya mendorong atau memutar kepalanya miring atau ke sisi yang berlawanan.
- Luangkan waktu untuk tummy time. Sesekali tidurkan bayi dalam posisi tengkurap. Untuk membuatnya tetap tenang saat tummy time, ajak ia mengobrol, nyanyikan sebuah lagu, atau letakkan sebuah mainan untuk menarik perhatiannya dan mendorongnya untuk menggerakan kepala. Bonusnya, otot leher anak akan menjadi lebih kuat.
2. Bahaya Bantal bagi Bayi Bisa Sebabkan Sesak Napas
Bantal, selimut, atau benda apa pun yang ada di tempat tidur bayi bisa menyebabkan bayi sesak napas. Kok, bisa? Saat tertidur, ada kemungkinan bayi bergerak dan mengubah posisi bantal atau selimut hingga menutupi wajah atau hidungnya (seperti dibekap).
Atau misalnya, saat bayi berguling ke samping dan bantalnya terlalu empuk, wajahnya terbenam di bantal dan menghambat aliran udara di hidungnya. Sementara saat itu leher bayi juga belum kuat untuk mengangkat wajahnya.
Dalam keadaan seperti inilah bayi bisa mati lemas karena kehabisan napas.
Bila memang terpaksa harus menggunakan selimut, usahakan bayi selalu tertidur dalam posisi telentang, dan selipkan selimut di dada atau di bawah lengannya. Serta, jauhkan ranjang bayi dari bemper, bantal, dan mainan lunak lainnya.
3. SIDS
Ketika bayi dalam keadaan sesak dan lemas, besar kemungkinan bayi mengalami SIDS atau kematian mendadak pada bayi. Biasanya terjadi pada bayi berusia di bawah 1 tahun.
Hal lain yang bisa menyebabkan SIDS adalah bayi kepanasan karena ‘terlilit’ selimut, kejatuhan mainan gantung yang digantungkan di atas crib-nya, tersedak mainan kecil di atas tempat tidurnya, tertindih bumper yang dipasang di sisi kasur, dan masih banyak lagi.
4. Risiko Alergi
Kulit dan saluran pernapasan bayi masih sangat rentan dan sensitif. Bantal dan sarung bantal yang jarang diganti bisa menjadi tempat berkumpulnya debu, sarang tungau atau kutu kasur, dan menyebabkan bayi mengalami alergi.
Rutinlah mengganti sarung bantal dan menjemur bantal bayi, agar selalu dalam kondisi bersih.
5. Risiko Bayi Tersedak
Bila tanpa Bunda sadari bantal robek dan menyebabkan isinya keluar, partikelnya bisa saja tertelan atau terhirup bayi dan membuatnya tersedak. Jadi seringlah mengecek kondisi bantal agar hal semacam ini tidak terjadi.
Artikel terkait: Jadwal atau Jam Tidur Bayi 3 Bulan, Pola, Sleep Training, hingga Masalah Tidur
Fakta tentang Klaim Bantal Aman untuk Bayi
Sumber: Pexels
FDA mengatakan agar para orang tua waspada terhadap klaim medis dari para produsen produk sleep positioner yang mengatakan produknya dapat mencegah SIDS, gastroesophageal reflux (GERD), atau sindrom kepala datar yang dituliskan dalam kemasan atau iklannya. Karena faktanya adalah tidak demikian.
Faktanya, klaim tersebut tidak terbukti. Sejauh ini produk sleep positioner (yang dijual di pasar Amerika) tidak memenuhi standar perangkat medis yang diatur FDA. Bahkan hingga kini, masih banyak bayi yang meninggal disebabkan sleep positioner –bantal salah satu di antaranya.
Sampai sekarang FDA masih menganjurkan, agar orang tua tidak memberikan bantal atau jenis sleep positioner apa pun pada bayi hingga usia yang disarankan di atas.
Artikel terkait: Dua Hal Penting untuk Membantu Si Kecil Merasa Aman Tidur di Malam Hari
Hal yang Harus Bunda Perhatikan agar Bayi Tidur dengan Aman dan Nyaman
Sumber: Pexels
Tidur yang aman berarti menidurkan bayi dengan cara yang dapat membantu melindunginya dari bahaya, seperti tersedak, mati lemas (tidak dapat bernapas), dan SIDS.
Untuk mencegah bahaya bantal pada bayi, ini yang bisa Anda lakukan:
- Tidurkan bayi pada posisi telentang
- Tidurkan bayi di permukaan yang datar dan kokoh (tidak terlalu empuk), baik tidur siang atau tidur di malam hari
- Lalu, tidurkan bayi buaian atau tempat tidurnya sendiri
- Jangan gunakan sleep positioner seperti net, bantal antiguling, bumper atau lainnya karena bisa berisiko bayi berhenti bernapas
- Jauhkan semua bantal atau selimut dari tubuh bayi
Bila terpaksa menggunakan bantal:
- Pastikan bayi dalam pengawasan Parents selama ia tertidur –terutama di malam hari.
- Pilih bantal yang memiliki risiko alergi paling rendah untuk bayi.
- Jangan memakai bantal dengan hiasan rumbai, manik-manik, kancing atau hiasan lain yang berisiko terlepas dan tertelan oleh bayi.
- Periksa bantal secara berkala, bila ada bagian yang robek segera ganti bantal tersebut.
- Gunakan bahan dari kain katun yang lembut dan tidak membuat bayi teriritasi.
- Jemur bantal dan cuci sarung bantalnya dengan rutin. Agar tidak menjadi sarang kuman, debu, keringat dan sisa susu bayi.
Itulah penjelasan soal penggunaan bantal bagi bayi termasuk tentang bahayanya. Semoga bayi Anda selalu tidur dalam keadaan aman dan nyaman, ya, Bunda.
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Baca juga:
5 Cara agar Bayi Tidur Nyenyak dan Tidak Rewel, Coba Malam Ini!
Pola Tidur Bayi 1 Bulan Berbeda dari Bayi 2 atau 3 Bulan, Ini yang Perlu Diperhatikan
Berikut tips menidurkan bayi untuk Parents ketahui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.