Buang air besar (BAB) mengeluarkan aroma tidak sedap adalah hal yang wajar. Namun, jika BAB bayi bau telur busuk mungkin Anda perlu curiga. Apakah ini termasuk wajar ataukah Anda harus menemui dokter?
Bayi yang hanya mengonsumsi ASI biasanya memiliki kotoran yang bertekstur lebih lembek dan tidak berbau menyengat. Tekstur ini akan konsisten selama 6 bulan pertama. Sedangkan, warna kotorannya berkisar dari kuning mustard hingga hijau lumut.
Di sisi lain, bayi yang diberi susu formula memiliki kotoran yang lebih padat dibandingkan bayi yang menyusu langsung pada ibunya. BAB mereka juga lebih berbau yang diakibatkan oleh partikel dalam susu formula yang lebih besar dari ASI, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk diproses dan membuatnya lebih berbau. Selanjutnya untuk bayi yang mulai makan makanan padat, kotorannya tentu akan lebih bau dibanding sebelumnya. Munculnya bau ini sangat bergantung dari jenis makanan padat yang dikonsumsi.
Penting bagi Anda sebagai orang tua untuk memerhatikan dan mengetahui manakah tanda-tanda BAB yang normal dan mana yang tidak? Mengambil tindakan segera dapat menghindarkan bayi Anda dari penyakit lainnya.
Artikel terkait: Bayi Susah BAB? Bagaimana Mengatasinya?
Penyebab BAB Bayi Bau Telur Busuk
BAB pada umumnya memang menimbulkan bau, tetapi apabila bau BAB bayi Anda terlalu menyengat dan dirasa tidak normal bisa jadi beberapa hal di bawah ini adalah penyebabnya dikutip dari easybabylife:
Makanan Bayi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bayi yang makan makanan padat akan memiliki kotoran yang lebih berbau. Apapun yang mereka makan akan berkontribusi pada bau dan konsistensi kotorannya.
Sebuah studi menemukan bahwa poop bayi yang diberi susu formula mengandung lebih banyak gas belerang penyebab bau daripada kotoran ASI. Saat bayi mulai makan makanan padat, fesesnya akan berubah, menjadi lebih berbau. Makanan seperti jahe, bawang merah, bawang putih, sayuran, daging, dan buah-buahan berkontribusi terhadap bau kotoran yang lebih menyengat.
Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa atau lactose intolerance adalah gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa. Ini juga dapat menyebabkan BAB bayi bau telur busuk. Penting untuk dicatat bahwa intoleransi laktosa disebabkan oleh kekurangan enzim laktase, yang memecah laktosa menjadi bentuk gula yang lebih sederhana agar dapat diserap dengan baik di usus.
Intoleransi laktosa berbeda dengan alergi susu. Alergi susu adalah alergi terhadap susu sapi. Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh sistem kekebalan yang bereaksi ketika ada asupan susu sapi. Sumber susu lain juga dapat menyebabkan reaksi alergi seperti yang berasal dari domba atau kambing.
Penderita intoleransi laktosa dapat merasakan kembung, gas, sakit perut, hingga diare saat mengonsumsi laktosa. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter Anda akan menanyakan kebiasaan makan bayi Anda, serta riwayat medis anak dan keluarga terkait lainnya. Serangkaian tes untuk intoleransi laktosa juga akan dilakukan untuk memastikan diagnosis.
Jika bayi Anda didiagnosis intoleransi laktosa, Anda dapat mencoba alternatif susu lainnya seperti susu formula rendah laktosa, atau susu formula bebas laktosa. Sedangkan untuk alergi susu, ASI masih merupakan alternatif terbaik. Alternatif lain adalah susu hypoallergenic (yaitu, kasein atau whey) atau susu formula berbasis kedelai.
Artikel terkait: Tutupi bau menyengat BAB bayi Anda dengan 5 cara ampuh ini
Infeksi
Infeksi pada usus dapat menyebabkan BAB bayi bau telur busuk. Bau ini bisa jadi muncul karena infeksi bakteri, virus, dan atau parasit sebagai berikut:
Giardiasis
Giardiasis disebabkan oleh parasit yang dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi melalui jalur fecal-oral (apa saja yang bersentuhan dengan tangan dan dimasukkan ke dalam mulut). Sanitasi dan lingkungan yang kotor dapat menjadi tempat berkembang biak parasit giardiasis.
Salah satu gejala anak Anda telah terinfeksi parasit ini adalah buang air besar yang berbau busuk. Gejala lainnya yakni diare, kotoran yang berminyak dan mengapung di air.
Kolera
Kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Cara bakteri ini berpindah biasanya ketika seseorang menelan air atau makanan yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi diare berair, dehidrasi parah, dan kotoran berbau busuk atau bau amis.
Salmonella
Salmonella adalah penyakit diare lain yang berasal dari makanan yang terkontaminasi kotoran hewan yang terinfeksi. Makanan yang tidak dimasak dengan benar adalah penyebab umum anak dapat terinfeksi bakteri ini.
Makanan seperti telur, ayam (unggas), daging sapi, buah-buahan dan sayuran yang tidak dibersihkan dan diolah dengan baik bisa saja mengandung salmonella di dalamnya. Infeksi Salmonella dapat menyebabkan kotoran berbau busuk.
Bakteri E. Coli
Infeksi bakteri E.Coli (Escherichia Coli) dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, bakteremia atau sepsis pada bayi. Gejalanya meliputi demam, muntah, diare, tidak nafsu makan dan masih banyak lagi.
Gejala umumnya adalah diare dengan konsistensi BAB yang berair atau bahkan juga berlumuran darah. Tidak ada bau kotoran khusus untuk infeksi E. coli.
Rotavirus
Infeksi rotavirus menyebabkan bau kotoran yang sangat menyengat. Gejala lain yang meliputi adalah demam, mual, dan kram perut. Hal ini sering terjadi pada bayi dan terkadang dapat menyebabkan penyakit yang parah.
Ini dapat ditemukan di area permukaan umum yang terkontaminasi seperti mainan, meja ganti, gagang pintu, dan lain-lain. Menelan makanan dan air yang terkontaminasi juga merupakan sumber umum rotavirus.
Namun, ada cara untuk menghindarkan bayi Anda dari virus ini melalui vaksinasi. Vaksin rotavirus 2 dosis bisa diberikan kepada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Kelebihan Laktosa
Kelebihan laktosa terjadi pada bayi yang sehat. Ini biasa terjadi akibat suplai ASI yang berlebihan. Kondisi ini menyebabkan kotoran bayi kehijauan dan disertai oleh bau yang kuat.
Tanda lainnya yakni bayi sering kembung atau lebih sering mengeluarkan gas. Ini terjadi karena kekurangan enzim laktase, yang memecah laktosa menjadi partikel yang lebih mudah diserap.
Hal ini dapat menyebabkan iritasi pada daerah anus karena seringnya diare berair, sehingga membuat bayi Anda mudah iritasi. Cara mengatasinya adalah dengan menyesuaikan pola makan bayi Anda.
Bayi Tumbuh Gigi
Meskipun tidak terjadi pada semua bayi, namun beberapa bayi yang sedang tumbuh gigi cenderung memiliki BAB yang cair dan berbau. Belum ada studi yang menjelaskan kaitan antara proses tumbuh gigi dengan BAB berbau. Meski demikian, banyak orang tua setuju bahwa kotoran bayi mereka tiba-tiba berbau asam seperti cuka sebelum salah satu gigi bayi mereka tumbuh.
Artikel terkait: Warna BAB bayi abu-abu pucat, normal atau bahaya? Ini penjelasannya!
Kapan Harus Khawatir dan Membawa Bayi ke Dokter?
Kotoran bayi akan mengalami banyak perubahan pada kotorannya mulai dari konsistensi, warna, sampai dengan baunya. Ini adalah akibat dari perubahan konsumsi makanan saat ia tumbuh. Anda mungkin perlu mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter jika bayi Anda menunjukkan tanda-tanda berikut:
Perubahan BAB Disertai Demam
Perubahan bau tiba-tiba, perubahan konsistensi (padat menjadi cair), dan frekuensi (frekuensi buang air besar lebih dari biasanya) bisa jadi tanda ada yang tidak beres pada tubuh bayi Anda. Ditambah lagi, jika gejala tersebut juga disertai demam, lekas marah, perubahan pola makan, dan tingkat kesadaran bisa jadi merupakan indikator penyakit.
Jika anak Anda mengalami tanda-tanda tersebut, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter Anda. Mengambil tindakan sesegera mungkin dapat menghindari anak Anda dari kondisi yang lebih parah.
Kotoran Bayi Berwarna Putih atau Hitam
Jika kondisi ini terjadi pada bayi Anda, ini merupakan tanda bahwa bayi Anda tidak memproduksi cukup empedu. Dan apabila kotoran bayi Anda berubah menjadi berwarna hitam, ini menandakan darah dicerna dari perut atau usus kecil anak.
Anda juga perlu khawatir apabila kotoran anak Anda mengandung garis-garis merah. Ini berarti darah dari usus besar atau rektum yang keluar melalui kotoran.
Kesakitan saat BAB
Anda perlu menghubungi dokter segera jika anak Anda menunjukkan kesakitan saat mengejan. Apalagi jika anak Anda berteriak kesakitan hingga mengeluarkan darah pada fesesnya bisa jadi menunjukkan ada kejanggalan pada saluran pencernaannya.
Lendir pada Kotoran
Jika Anda melihat lendir di kotoran bayi, ini bisa menjadi tanda infeksi atau intoleransi. Anda perlu segera berkonsultasi pada dokter apabila ini terjadi pada anak.
Kotoran Berubah Drastis
Bila kotoran anak Anda berubah secara dramatis setelah Anda memperkenalkan makanan baru, ini mungkin menandakan alergi makanan. Coba perhatikan asupan makanannya dan segera konsultasikan ke dokter.
Kotoran Cair
Kotoran anak Anda masih sangat cair pada usia 1 juga bisa menjadi masalah. Jika anak Anda mengalami diare dengan kotoran yang berair lebih dari lima kali sehari, Anda perlu mengkonsultasikannya ke dokter.
Itulah yang perlu Anda ketahui jika BAB bayi Anda bau telur busuk. Terus jaga kebersihan Anda dan anak dengan selalu mencuci tangan dan membersihkan area permukaan umum di rumah yang mungkin sering bersentuhan dengan bayi Anda. Selain itu tetaplah berhati-hati dalam memperkenalkan makanan baru dan teknik pemberian makan pada anak Anda. Semoga anak Bunda sehat selalu, ya.
***
Baca Juga:
12 Jenis BAB Bayi dan Pengaruhnya pada Kesehatan, Parents Wajib Tahu!
BAB Bayi Baru Lahir, Kenali Tanda yang Normal dan Tidak Normal
BAB Cair pada Bayi Tak Selalu Gejala Diare, Kenali Perbedaannya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.