Diare merupakan salah satu masalah umum dialami oleh masyarakat Indonesia. Tak hanya orang dewasa, diare pun bisa dirasakan oleh bayi. Selain itu, BAB cair pada bayi sering diidentikkan dengan diare.
Faktanya, BAB cair tidak selalu menjadi tanda diare biasa. Namun, sebagai salah satu alarm bahwa ada masalah pencernaan lainnya yang juga ditandai dengan BAB cair.
Diare umumnya memang ditandai dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang meningkat, serta feses yang cair. Feses bayi sendiri menjadi indikator utama dalam menakar kesehatan si kecil. Maka tak mengherankan jika pada dokter anak menyarankan agar para ibu untuk memerhatikan frekuensi BAB si kecil.
Kebanyakan orang tua akan merasa khawatir jika melihat perubahan warna dan tekstur pup bayi, salah satunya jika feses bayi encer. Lalu, normalkah bila BAB cair pada bayi?
Penyebab BAB Cair pada Bayi
Penting diketahui bahwa sistem pencernaan bayi baru lahir belum sepenuhnya sempurna, sehingga mereka belum mampu mencerna makanan dengan baik. Akibatnya, jika feses bayi menjadi berair dalam kurun waktu tertentu, kondisi ini merupakan hal normal.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menuliskan dalam situs resminya, bahwa bayi yang baru saja dilahirkan hingga usia dua bulan memiliki frekuensi BAB yang cukup sering. Bayi yang baru dilahirkan dan mengonsumsi ASI secara eksklusif dapat BAB hingga 10 kali dalam satu hari.
Kondisi ini disebabkan adanya refleks gastrokolika yang dialami oleh bayi yang baru dilahirkan. Refleks gastrokolika adalah refleks tubuh yang menyebabkan pergerakan pada usus besar setelah bayi makan dan minum. Kondisi ini menyebabkan bayi BAB setiap ia mengonsumsi ASI.
Selain frekuensi BAB lebih sering, bayi yang mengalami kondisi BAB cair, dan hal ini juga masih terbilang wajar. Sebab memang pada awalnya, tekstur BAB bayi cenderung cair, berbusa, bahkan aromanya sangat kuat dan asam.
BAB cair pada bayi disebabkan karena usus bayi yang belum berfungsi dengan sempurna. Sehingga, laktosa yang terkandung dalam ASI tidak dapat dicerna dengan baik. Laktosa yang tidak dicerna oleh usus halus akan masuk ke usus besar dan melewati proses fermentasi oleh bakteri dalam usus besar.
Normalnya, feses bayi bertekstur cair dan warnanya cokelat kekuningan menyerupai mustar. Terkadang pup bayi juga disertai partikel keputihan seperti biji-bijian.
Akan tetapi, bagaimanapun sebaiknya Parents juga tidak mengabaikan gejala tertentu yang mengarah diare pada bayi.
Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan BAB cair pada bayi:
- Efek produk susu yang dikonsumsi sang ibu
- Kegemaran ibu mengonsumsi makanan manis dan pedas
- Produksi air liur berlebihan saat bayi memasuki fase tumbuh gigi
- Adanya infeksi
Perlu digarisbawahi bahwa diare dan BAB cair tidaklah sama. Oleh karena itu, penting bagi Parents untuk bisa membedakan keduanya.
BAB Cair pada Bayi, Apa Bedanya dengan Diare?
Mendapati bayi Anda mengeluarkan feses dengan konsistensi encer, kebanyakan orang tua akan mengindikasikan bayi mengalami diare. Padahal tak selalu demikian.
Feses bayi cair adalah hal yang normal. Namun jika mengalami diare, feses bayi akan sangat cair dan frekuensi buang air besar pada bayi menjadi lebih sering dalam kurun waktu 24 jam.
Secara garis besar, berikut ini tanda yang mengindikasikan jika bayi diare:
- Feses menjadi sangat encer dan berair dibandingkan biasanya
- Bayi lebih sering BAB dari biasanya
- Feses menyembur keluar dan berbau busuk
- Kembung atau perut bayi terdengar bergemuruh
- Pada feses terdapat lendir atau darah
Artikel terkait: Wawasan Lengkap Soal Frekuensi dan Tekstur BAB Bayi untuk Orang Tua
Tanda BAB Cair pada Bayi
1. Encer, Berbusa, dan Aromanya Asam
Ketika bayi baru lahir, tekstur BAB akan tampak cair, berbusa, dengan aroma asam yang cukup kuat. Namun, Parents tidak perlu cemas sebab ini merupakan kondisi normal.
Kondisi BAB cair pada bayi baru lahir disebabkan oleh usus bayi yang belum berfungsi sempurna. Akibatnya, laktosa yang terkandung dalam ASI tidak dapat tercerna dengan baik.
2. Encer dan Berwarna Kuning
Parents pernah mendapati BAB bayi tampak encer berwarna kuning? Ini juga merupakan kondisi yang umum terjadi.
Penyebab utamanya adalah karena asupan yang mereka peroleh dari ASI maupun susu formula tidak dapat terserap semua. Bagaimanapun, sistem pencernaan bayi di bawah usia 6 bulan memang belum matang sempurna.
Selain itu, BAB bayi encer dan berwarna kuning bisa jadi karena faktor lain. Susu dan makanan yang dikonsumsi ibu juga dapat memengaruhi kualitas BAB si kecil.
Hanya saja, lagi-lagi perlu diingat, feses yang encer kemungkinan merupakan gejala diare jika frekuensi BAB meningkat drastis.
3. Sangat Cair, Berwarna Kuning, Cokelat, atau Hijau
Parents patut curiga si kecil mengalami diare jika konsistensi feses sangat berair, bahkan tampak lebih banyak terdiri dari air daripada makanan padat. Warna feses kuning, hijau, atau cokelat dan bisa merembes keluar dari popok.
Selain mengamati bentuk feses, yang tidak kalah penting adalah memperhatikan frekuensi dan volume BAB bayi. Diare pada bayi dapat ditandai dengan meningkatnya BAB cair yang lebih sering dari normalnya.
Dalam kasus diare yang cukup berat, terdapat lendir atau darah pada feses, atau disertai muntah, demam, dan gejala dehidrasi pada bayi.
BAB Cair pada Bayi, Kapan Harus Merasa Khawatir?
Diare bisa sangat serius pada bayi baru lahir. Jika bayi mengalami diare dan muntah, kemungkinan besar itu merupakan tanda infeksi.
Jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, kurang dari enam popok basah per hari, mata cekung, ubun-ubun cekung, atau kulit kering, itu bisa sangat berbahaya.
Artikel terkait: Penyakit Diare – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Cara Mengatasi
Ketika BAB bayi lebih cair karena diare, ini beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua:
- Jangan berhenti menyusui, teruslah memberikan ASI eksklusif sesuai anjuran dokter anak.
- Berikan rehidrasi oral atau elektrolit untuk mencegah dehidrasi pada bayi.
- Susui bayi lebih sering tetapi dalam jumlah sedikit jika bayi mengalami diare diikuti muntah. Diare yang diikuti muntah dapat menjadi tanda infeksi.
- Untuk bayi yang mendapat susu formula, carilah merek susu formula yang cocok dengan bayi.
- Rutinlah mengganti popok tanpa menunggu penuh, Bunda bisa menggunakan diaper cream antibakteri sesuai rekomendasi dokter anak.
Kapan Harus ke Dokter?
Pada kebanyakan kasus, bayi biasanya menunjukkan gejala diare dalam kurun waktu 5-14 hari. Segera hubungi dokter anak jika terdapat ciri berikut ini:
- Timbul gejala dehidrasi, yaitu pandangan mata bayi menjadi cekung, popok sangat basah dan lembap, mata kering saat menangis, mulut kering dan lesu
- Adanya lendir berbau busuk pada feses
- Ada darah pada feses bayi
- Diare yang parah bahkan setelah diberikan obat
- Bayi mengalami demam
Artikel terkait: Tutupi bau menyengat BAB bayi Anda dengan 5 cara ampuh ini
Cara Mencegah Diare yang Ditandai dengan BAB Cair pada Bayi
1. Berikan Bayi ASI Eksklusif
Sebuah penelitian terhadap 150 bayi mendapati temuan menarik. Hasilnya, bayi yang diberi ASI ekskusif mengalami diare lebih sedikit dibandingkan bayi yang diberi susu formula sebagian maupun secara penuh.
Faktanya, ASI adalah makanan terbaik yang mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi serta antibodi untuk melawan penyakit. Memberikan ASI saja sebelum bayi berusia 6 bulan adalah cara terbaik mencegah si kecil dari risiko diare dan infeksi lainnya.
2. Jaga Kebersihan Botol Susu dan Peralatan Makan Bayi
Pastikan untuk selalu menjaga kebersihan botol peralatan makan bayi untuk mencegah kontaminasi bakteri dan virus. Pasalnya, sisa-sisa susu maupun makanan yang tertinggal bisa menjadi sarang kuman.
Higienitas adalah kunci utama mencegah diare. Bahkan, tidak hanya pada bayi tetapi juga orang dewasa.
3. Ibu Menyusui Harus Perhatikan Pola Makan
Tahukah Parents, pola makan ibu menyusui bisa memengaruhi kandungan ASI. Dalam beberapa kasus, perubahan pola makan dapat memicu diare pada bayi.
Misalnya, jika ibu menyusui terlalu banyak mengonsumsi makanan pedas, hal itu bisa menyebabkan bayi yang disusui mengalami diare. Jadi, sebaiknya, jangan berlebihan menyantap makanan pedas agar tidak mendatangkan risiko bagi ibu maupun bayi.
4. Hindari Susu Sapi untuk Bayi yang Mengalami Alergi atau Intoleransi Laktosa
Alergi susu sapi dapat menyebabkan tinja yang encer dan berlendir pada bayi, bahkan mungkin berdarah. Gejala alergi susu sapi umumnya dimulai dalam 2 bulan pertama kehidupan, sehingga si kecil jangan diberi susu formula sapi.
Begitu pula jika bayi mengalami intoleransi laktosa. Secara genetik, sebagian bayi tidak dapat mencerna laktosa. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala berupa perut kembung, mual, muntah, hingga diare.
Parents, tidak selamanya BAB cair pada bayi merupakan gejala diare. Jadi, selain mengamati konsistensi feses, penting juga untuk memperhatikan frekuensi pup si kecil serta gejala lain yang menandakan diare.
Artikel diupdate oleh: Titin Hatma
Baca juga:
id.theasianparent.com/jenis-bab-bayi
Ini 4 gejala pada bayi baru lahir yang tak perlu bikin Anda panik
Feses Bayi Berwarna Hitam, Waspadai Gangguan Kesehatan Ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.