Secara umum, pasangan suami istri dianggap tidak subur atau mengalami infertilitas setelah sekitar satu tahun mereka melakukan hubungan seksual yang intens, tanpa alat kontrasepsi apa pun, namun belum juga terjadi kehamilan. Kondisi tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor, masalah kesuburan pada pada perempuan, maupun laki-laki. Salah satunya adalah Azoospermia.
Mengenal Azoospermia, ‘Sperma Kosong’ pada Pria
Menurut dr. Batara Sirait, SpOG, (K)FER., dari Morula IVF Jakarta, masalah infertilitas bisa terjadi karena berbagai faktor.
“Dari sisi perempuan bisa gangguan haid, endometriosis, bisa ada miom, kista, gangguan haid, PCOS, atau gangguan berat badan, dan lain-lain. Kalau dari sisi pria, biasanya karena adanya gangguan sperma. Bisa dari gangguan ereksi, atau bisa juga kondisi sperma yang tidak normal,” jelas dr. Batara saat wawancara eksklusif dengan tim theAsianparent.
Dijelaskan dr. Batara Sirait, kesehatan sperma sendiri bisa dilihat dari beberapa aspek, seperti jumlah atau konsentrasinya, yaitu 15 juta sel sperma per milimeter, pergerakan sperma untuk berenang, bentuk sperma yang normal, serta jumlah sel sperma yang cukup.
Nah, salah satu penyebab terjadinya gangguan jumlah sperma merujuk pada kondisi Azoospermia.
Azoospermia adalah istilah medis yang menunjukkan kondisi di mana tidak ditemukannya sperma pada air mani, saat seorang pria ejakulasi. Akibatnya, proses kehamilan pun tidak bisa terjadi. Kondisi ini tentunya menjadi salah satu penyebab infertilitas bagi pasangan yang merencanakan kehamilan.
Dalam laman WebMD disebutkan, kondisi Azoospermia ini setidaknya terjadi pada sekitar 1% dari 15% kasus infertilitas pada pria.
Kondisi yang Menyebabkan Azoospermia
Sperma sendiri diproduksi dalam testis, kemudian masuk ke saluran reproduksi pria untuk menyatu dengan air mani. Pada kondisi Azoospermia, sperma tidak ditemukan pada air mani. Hal ini bisa disebabkan karena berbagai hal.
Penyebabnya sendiri bisa dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Penyebab Azoospermia ini terjadi karena adanya gangguan atau penyumbatan pada saluran sperma atau sistem reproduksi pria. Jadi, testis sebenarnya mampu memproduksi sperma, tetapi terhalang sehingga tidak bisa keluar bercampur dengan air mani.
-
Azoospermia Nonobstruktif
Tipe ini disebabkan karena tubuh tidak bisa memproduksi sperma dengan semestinya. Hal ini bisa karena beberapa faktor, seperti gangguan hormon dan fungsi testis pria yang terganggu.
Artikel terkait: Kelainan Kongenital Sebagai Salah Satu Penyebab Kemandulan
Faktor Eksternal Lainnya
Selain itu dr. Batara juga menambahkan, beberapa faktor eksternal seperti sering berada di suhu yang tinggi juga bisa memengaruhi kondisi gangguan sperma ini.
“Testis pria didesain untuk tidak berada dalam suhu yang tinggi (panas). Karena itu, testis diciptakan Tuhan berada di luar tubuh. Duduk dalam waktu lama di atas mesin, hobi sauna atau berendam di air panas juga kurang baik untuk kesehatan sperma,” jelasnya.
Sementara itu, alkohol, kafein, faktor stres, kurang tidur, dan radikal bebas yang sifatnya merusak juga disebut bisa menjadi salah satu faktor pemicunya.
Jenis-Jenis Azoospermia Berdasarkan Penyebabnya
Dikutip dari laman WebMD, berdasarkan penyebabnya, Azoospermia terbagi antara 3 tipe, yaitu:
1. Azoospermia Pretesticuler
Jenis ini disebabkan karena gangguan hormon yang membuat pria tidak bisa menghasilkan sperma.
Gangguan hormon ini bisa terjadi akibat beberapa kondisi, seperti hipogonadisme dan hiperprolaktinemia, gangguan hipotalamus atau kelenjar pituitari di otak akibat pengaruh obat-obatan, alkohol, dan juga merokok.
2. Azoospermia Testiculer
Kondisi ini juga bisa terjadi karena masalah pada testis seperti kelainan pada fungsi atau struktur testis (Azoospermia Nonobstruktif). Kondisi ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti:
- Infeksi pada saluran reproduksi pria
- Penyakit masa kanak-kanak, seperti gondongan, orkitis, yaitu virus yang menyebabkan pembengkakkan pada salah satu atau kedua buah zakar.
- Cedera
- Tumor, kanker atau perawatannya
- Dampak radiasi
- Kondisi genetik
- Efek samping obat-obatan
- Kriptorkismus, kondisi ini terjadi ketika testis bayi laki-laki pada trimester ketiga tidak turun ke dalam skrotum saat lahir.
- Riwayat penyakit tertentu seperti diabetes atau gagal ginjal.
3. Post-Testicular Azoospermia
Tipe ini disebabkan oleh gangguan pada saluran organ reproduksi pria, sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan dari penis saat ejakulasi (obstruktif). Umumnya, kondisi ini paling banyak terjadi dalam kasus Azoospermia.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti cedera atau terbentuknya jaringan parut di saluran sperma, serta prosedur vasektomi.
Selain itu, ejakulasi retrograde, di mana air mani masuk ke kandung kemih selama orgasme juga bisa memengaruhi kondisi ini.
Artikel terkait: Hati-hati! 5 Aktivitas ini bisa memicu masalah kesuburan
Diagnosis Azoospermia
Perlu diketahui, kondisi ini tidak memiliki gejala yang khas, yang bisa dirasakan secara langsung oleh penderitanya. Jadi, dokter tidak bisa memberikan diagnosis secara langsung. Karena itu, diagnosis hanya bisa diketahui dengan melakukan tes sperma di laboratorium khusus.
Hal pertama yang dilakukan adalah pengambilan sampel air mani hasil ejakulasi. Setelahnya, sampel akan diuji di laboratorium. Jika memang tidak ditemukan sperma pada sampel, maka Anda akan didiagnosis Azoospermia.
Penanganan Azoospermia
Setelah didiagnosis Azoospermia, langkah selanjutnya adalah mencari penyebab dari kondisi ‘sperma kosong’ ini untuk mendapat penanganan yang tepat. “Kita akan melihat masalahnya di mana. Apakah masalahnya ada di ‘pabriknya’ yang memproduksi sperma, atau ada tidaknya sumbatan. Setelah itu, baru bisa kita tentukan penanganannya,” tambah dr. Batara.
Ada beberapa jenis penanganan yang dilakukan pada kondisi Azoospermia, yaitu:
Penanganan Azoospermia Obstruktif
Kondisi ini biasanya akan dilakukan pembedahan atau operasi untuk memperbaiki saluran reproduksi yang tersumbat. Jika saat operasi dilakukan berhasil ditemukan sperma, peluang kehamilan bisa terjadi dengan membekukan sel sperma untuk dilakukan program perencanaan kehamilan selanjutnya, seperti prosedur IVF.
Penanganan Azoospermia Nonobstruktif
Hal yang pertama dilakukan sebagai cara mengobati azoospermia nonobstruktif adalah menganalisis air mani serta bagaimana hormon melalui aliran darah. Jika ditemukan kelainan hormon, pasien perlu melakukan terapi terlebih dahulu untuk memperbaiki gangguan hormon yang ada.
Artikel terkait: 9 Cara menyeimbangkan hormon yang bisa Anda dilakukan, sudah coba?
Bagaimana Tingkat Keberhasilan Kehamilannya?
Meskipun masih bisa diusahakan, namun tingkat keberhasilan kehamilan dengan pria Azoospermia memang terbilang cukup rendah, yaitu hanya di bawah sekitar 20%.
“Untuk hamil alami kita membutuhkan sperma yang jumlahnya cukup banyak, yaitu sekitar di atas 15 juta sel. Bila sudah di tahap azoospermia, kita cek dulu di ‘pabriknya’. Jika ternyata ada sumbatan, bisa jadi sperma ada, tetapi tidak bisa keluar. Namun, jika sudah tidak ada sperma akan sulit sekali,” jelas dr. Batara dari Morula IVF Jakarta.
Selain penanganan yang tepat, memperbaiki pola hidup juga sangat disarankan untuk memperbaiki masalah infertilitas. Mulai dari makanan bernutrisi seimbang, istirahat cukup, olahraga teratur, hingga menghindari stres bisa membantu meningkatkan peluang kesuburan.
Segera konsultasikan ke dokter mengenai masalah reproduksi Anda agar bisa dilakukan penanganan yang tepat. Terutama, jika belum ada kehamilan setelah setahun berhubungan intim secara intens tanpa pengaman. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Parents.
Baca juga:
Waspada, 9 Kelainan Sperma Ini Bisa Bikin Susah Punya Momongan
Apa Itu Unexplained Infertility? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Infertilitas Adalah Gangguan Kesuburan pada Pria Maupun Wanita, Ketahui Cara Mengatasinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.