Anemia pada Anak: Ketahui Penyebab, Gejala, hingga Faktor Risiko
Anemia pada anak bisa menganggu proses tumbuh kembangnya, waspadai gejalanya dan cegah anemia sedini mungkin untuk menghindari bahayanya.
Dalam laporan Konvensi Anemia 2017, keumuman terjadinya kasus anemia di wilayah Asia Tenggara dan Afrika mencapai 85%. Dalam angka ini, kasus terbanyak adalah perempuan dan anak-anak. Anemia pada anak usia prasekolah telah menimpa hampir 600 juta anak, setengah kasus anemia pada anak ini disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Dalam laporan Konvensi Anemia 2017, keumuman terjadinya kasus anemia di wilayah Asia Tenggara dan Afrika mencapai 85%. Dalam angka ini, kasus terbanyak adalah wanita dan anak-anak. Anemia pada anak usia prasekolah telah menimpa hampir 600 juta anak, setengah kasus ini disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Kekurangan zat besi pada anak dapat memengaruhi perkembangan dan menyebabkan anemia. Yuk Parents, kita cari tahu berapa banyak zat besi yang dibutuhkan anak Anda, sumber zat besi terbaik dan cara mencegah anemia.
Artikel Terkait : Pakar: Konsumsi susu bisa mencegah anemia pada anak-anak dan orang dewasa
Daftar isi
Penyebab Anemia pada Anak
Kondisi ini bisa muncul karena tiga penyebab utama, yaitu kehilangan darah, kurangnya produksi sel darah merah, dan tingkat penghancuran sel darah merah yang tinggi.
Zat besi diperlukan oleh tubuh untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru- paru ke jaringan tubuh. Zat besi membantu memindahkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membantu otot menyimpan dan menggunakan oksigen.
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin adalah protein kaya zat besi yang memberikan warna merah pada darah.
Kekurangan zat besi pada anak dapat terjadi pada banyak tingkatan, dari tingkat kekurangan yang ringan hingga Anemia Defisiensi Besi (ADB). Anemia Defisiensi Besi adalah suatu kondisi di mana darah tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat. Kekurangan zat besi yang tidak diobati dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, dilansir dari laman Mayo Clinic.
Dr. Murti Andriastuti SP.A(K) menjelaskan, “Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak. Komplikasi jangka panjang ADB dapat meliputi gangguan sistem kardiovaskular, sistem imun, gangguan perkembangan, psikomotor serta kognitif. “
Gejala Anemia pada Anak
Orangtua harus memantau dengan cermat kondisi kesehatan anak, apabila dia menunjukkan gejala seperti di bawah ini, saatnya membawa buah hati Anda ke dokter:
- Kulit anak terlihat pucat atau keabu-abuan, terutama di bagian kelopak mata dan di bawah kuku.
- Anak menjadi sangat rewel
- Anak tampak lemas dan lesu
- Si kecil mudah merasa lelah
- Mudah kena infeksi karena sistem imunnya menurun
- Prestasi belajar menurun drastis
- Kulit di sekitar mata terlihat kekuningan
Apabila anak mengalami anemia yang parah, gejalanya akan lebih serius. Seperti napas pendek, tangan dan kaki menjadi bengkak, kebiasaan makan yang berubah, dan detak jantung menjadi sangat cepat. Segeralah menemui dokter jika Parents melihat anak mengalami tanda-tanda anemia akibat kekurangan zat besi di atas.
Artikel terkait: Infografis: 10 Tanda Anak Kekurangan Zat Besi
Faktor Risiko
Sebagian besar anak dengan anemia ringan tidak memiliki tanda atau gejala. Beberapa kasus anemia mungkin akan disertai dengan iritabilitas atau pica (pada defisiensi besi), penyakit kuning (pada hemolisis), sesak napas, atau palpitasi.
Pemeriksaan fisik pada penderita anemia punya risiko menunjukkan diagnosis ikterus, takipnea, takikardia, dan gagal jantung, terutama pada anak dengan anemia berat atau akut, dilansir dari laman web American Family Physician.
Sementara itu dilansir dari laman web Cedars Sinai, faktor risiko anemia meliputi:
- Berat badan lahir prematur atau rendah
- Hidup dalam kemiskinan atau bermigrasi dari negara berkembang
- Penggunaan awal susu sapi
- Diet rendah zat besi, atau beberapa vitamin atau mineral
- Pembedahan atau kecelakaan dengan kehilangan darah
- Penyakit jangka panjang, seperti infeksi, atau penyakit ginjal atau hati
- Riwayat keluarga dengan jenis anemia yang diturunkan, seperti Sickle cell disease (anemia sel sabit)
American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar semua bayi diuji untuk anemia defisiensi besi mulai usia 9 bulan dan 12 bulan dan, bagi mereka yang memiliki faktor risiko defisiensi besi, dilakukan lagi di usia selanjutnya.
Diagnosis
Anemia pada anak sering terjadi, sehingga dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan rutin. Kekurangan zat besi dan anemia defisiensi besi biasanya didiagnosis melalui tes darah.
Dilansir dari laman web Cedars Sinai, sebagian besar anemia pada anak bisa didiagnosis dengan tes darah di bawah ini:
- Hemoglobin and hematocrit. Merupakan tes skrining pertama untuk anemia pada anak-anak. Tes hemoglobin dan hematocrit ini akan mengukur jumlah hemoglobin dan sel darah merah dalam darah.
- Complete blood count (CBC). Hitung darah lengkap dilakukan dengan memeriksa sel darah merah dan putih, sel pembekuan darah (trombosit), dan kadang-kadang, sel darah merah muda (retikulosit). Ini termasuk hemoglobin dan hematokrit dengan rincian lebih lengkap mengenai sel darah merah.
- Peripheral smear. Sampel kecil darah akan diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat apakah bentuknya terlihat normal.
Tergantung pada hasil skrining, dokter anak Anda mungkin merekomendasikan suplemen zat besi oral atau multivitamin harian serta pengujian lebih lanjut, demikian dilansir dari laman web Mayo Clinic.
Penanganan
Pemeriksaan ke dokter biasanya akan diawali dengan diagnosis berdasarkan gejala yang tampak pada anak. lalu penanganannya akan disesuaikan dengan tingkat anemia yang dialami anak.
- Menjaga asupan makanan anak, dengan mengurangi konsumsi susu sapi, dan memperbanyak makanan yang mengandung zat besi seperti daging merah.
- Pemberian suplemen zat besi dan vitamin B12.
- Pengobatan infeksi yang memicu anemia
- Anak diberikan obat untuk meningkatkan produksi sel darah merah.
- Transfusi darah di rumah sakit, bila anak menderita anemia hemolitik.
- Pada kasus anak yang mengalami kerusakan limfa, maka limfa tersebut harus diangkat untuk mencegah sel darah hancur terlalu cepat.
- Pada kasus anemia akut, dibutuhkan transplantasi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah yang baru.
5 Cara Mencegah Anemia pada Anak
Anemia tidak hanya berdampak pada kesehatan anak, tapi juga tumbuh kembangnya dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan tindak pencegahan sedini mungkin.
“Anemia sendiri dapat disembuhkan, namun komplikasi yang timbul dapat bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki. Untuk itu pemberian suplementasi zat besi sebaiknya dilakukan sejak dini, sebelum defisiensi besi pada anak menjadi Anemia Defisiensi Besi,” papar Dr. Murti.
Berikut adalah tindak pencegahan yang bisa Parents lakukan agar anak terhindar dari anemia:
- Memberi asupan makanan yang kaya kandungan zat besi dan mudah diserap oleh anak, seperti ikan, hati, dan daging merah. Sertakan sayuran dan buah yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi lebih baik.
- Pemberian ASI Eksklusif pada anak hingga usia 2 tahun atau lebih, lalu diberikan makanan tambahan yang mengandung zat besi sesuai tahapan usia anak.
- Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, untuk menghindarkan anak dan infeksi bakteri yang menyebabkan kekurangan zat besi terjadi.
- Jangan memberi susu sapi pada anak di bawah usia 1 tahun. Karena susu sapi belum bisa diserap dengan baik oleh anak yang usianya belum genap 1 tahun.
- Memberikan suplemen zat besi pada anak jika diperlukan.
Kekurangan zat besi pada anak dapat dicegah. Untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak Anda, Parents bisa menawarkan makanan kaya zat besi. Parents bisa membicarakan kondisi si kecil dengan dokter anak tentang perlunya pemeriksaan dan suplemen zat besi.
Artikel Terkait : Kekurangan zat besi selama kehamilan, berbahayakah bagi janin?
Itulah beberapa informasi terkait anemia pada anak yang bisa Parents ketahui. Semoga bermanfaat.
***
Artikel telah diupdate oleh: Kalamula Sachi
Anemia in Children
Evaluation of Anemia in Children
https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2010/0615/p1462.html
Iron deficiency in children: Prevention tips for parents
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/iron-deficiency/art-20045634
Baca juga:
Kesalahan pola makan ini bisa sebabkan anak kekurangan zat besi
Anemia defisiensi besi bisa ganggu kecerdasan anak, kenali gejalanya!
Perhatikan gejala anemia sel sabit pada bayi, salah satunya bisa membahayakan jiwa!