Wajib tahu! Ini tes darah yang perlu dilakukan bumil di tiap trimester

Jangan sepelekan, ini beberapa tes darah yang perlu dilakukan selama kehamilan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menjaga kesehatan tubuh selama kehamilan tentu saja perlu dilakukan. Termasuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti tes darah ibu hamil.

Hal ini ditegaskan oleh dr. Putri Deva Karimah, Sp. OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RS Pondok Indah – Pondok Indah.

Ia mengingatkan, tes darah ibu hamil ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ibu secara umum dan menyeluruh.

Dengan demikian tanda-tanda kekurangan gizi pada ibu hamil, potensi penyakit, atau infeksi dapat dideteksi dan dikenali sejak dini.

"Sehingga pencegahan dan penanganan kondisi yang dapat membahayakan ibu selama kehamilan hingga proses persalinan serta komplikasi yang dapat berefek pada janin dapat segera diantisipasi," tegasnya.

Kepada theAsianparent Indonesia, dr. Putri Deva Karimah, Sp. OG menjelaskan tes darah apa saja yang perlu dilakukan oleh ibu hamil.

"Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, artinya setiap trimester akan ada beberapa pemeriksaan rutin yang direkomendasikan untuk ibu hamil lakukan."

Tes darah ibu hamil di tiap trimester

Tes darah ibu hamil pada trimester I :

"Berdasarkan WHO, pemeriksaan darah lengkap penting untuk dilakukan. Beberapa komponen penting di antaranya adalah untuk mengetahui apakah jumlah sel darah merah (Hemoglobin/Hb) cukup normal atau terlalu sedikit. Sel darah merah yang rendah dapat menjadi gejala awal anemia.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apabila ditemukan hasil abnormal, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti (feritin) untuk mengetahui apakah kekurangan zat besi salah satu penyebabnya. Selanjutnya, menilai tanda infeksi pada ibu dengan melihat kadar darah putih ibu (leukosit)," papar dr. Putri Deva Karimah, Sp. OG.

Selain itu, cek profil lipid (kolesterol, LDL, HDL, trigliserida) juga penting dilakukan. Pemeriksaan ini sendiri berfungsi untuk menilai risiko gangguan endotel dan lemak yang dapat memengaruhi sirkulasi darah ibu terhadap janin. Sementara, SGOT/SGPT untuk menilai fungsi liver/hati dan Ur/Cr untuk menilai fungsi ginjal.

Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), untuk menilai apakah ibu memiliki masalah gula darah atau tidak, yang dikenal dengan diabetes melitus.

"Golongan darah dan skrining untuk antibodi Rh. Terdapat empat jenis golongan darah yang akan dites, yaitu A, B, AB atau O, dan rhesus darah (resus negatif atau positif). Apabila golongan darah dan rhesus sudah diketahui, akan memudahkan apabila sewaktu-waktu ibu membutuhkan transfusi ketika mengalami perdarahan selama kehamilan atau kelahiran."

Dokter Putri Deva Karimah, Sp. OG juga mengingatkan di awal kehamilan, pemeriksaan atau skrining TORCH (Toksoplasmosis, Other infection, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus) jangan sampai dilewatkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Empat jenis pemeriksaan untuk melihat tanda infeksi pada ibu yang dapat memberikan dampak pada janin, di antaranya adalah:

  • Toksoplasmosis, yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii dapat menginfeksi mata dan sistem saraf pusat. Pada ibu hamil, kondisi ini dapat menularkan dan menyebabkan kelainan pada janin hingga keguguran. Berdasarkan beberapa penelitian, pemeriksaan ini lebih disarankan untuk ibu yang mempunyai risiko tinggi, seperti memiliki hewan peliharaan dan sering mengonsumsi makanan mentah.
  • Rubella atau dikenal dengan campak Jerman, yang disebabkan oleh virus rubella yang dapat menyebabkan kelainan jantung, tuli, gangguan penglihatan, infeksi paru, dan keterlambatan pertumbuhan.
  • Cytomegalovirus, yang menderita virus ini dapat menularkan ke janinnya dan menyebabkan kelainan seperti kehilangan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan atau penumonia, kejang dan gangguan saraf otak.
  • Herpes simplex virus, yang virusnya dapat mengenai daerah oral atau mulut dan genital pada orang dewasa. Virus ini dapat menularkan ke bayi selama proses melahirkan, terutama ibu yang memiliki herpes genital. Bayi dapat terkena herpes neonatal, di mana sistem saraf pusat bayi dapat terganggu dan menyebabkan kematian pada bayi.

Sementara, tes Syphilis atau dikenal dengan penyakit raja singa, merupakan salah satu penyakit seks menular, yang berasal dari treponema pallidum. Infeksi ini dapat menular ke janin melalui plasenta, sehingga janin terkena sifilis kongenital. Pemeriksaan ini direkomendasikan bagi ibu yang memiliki faktor risiko.

"WHO menyarankan juga untuk melakukan pemeriksaan tuberkulosis, khususnya bagi negara yang mempunyai paparan tinggi terhadap kasus tuberkulosis. Tes HIV, HIV adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. Ibu yang memiliki HIV dapat menularkan kepada janinnya.

Penularan bisa terjadi saat kehamilan, melahirkan atau selama menyusui. Untuk itu, penting untuk melakukan pemeriksaan HIV sedini mungkin. Jika ternyata HIV ditemukan, penangan medis akan dilakukan untuk sebisa mungkin mengurangi risiko penularan virus dari ibu kepada janin," jelas dr. Putri  lagi.

Ia menambahkan, Hepatitis B dan C, tidak berbeda dengan HIV, virus Hepatitis B dan C juga dapat ditularkan ibu pada janin selama masa kehamilan. Virus ini merupakan penyebab dari penyakit hati atau liver yang serius.

"Bayi yang tertular virus ini memiliki risiko yang sangat tinggi mengalami infeksi jangka panjang maupun penyakit liver. Saat seorang ibu diketahui terinfeksi virus ini, biasanya kehamilan akan dipantau oleh dokter spesialis atau dokter di bidangnya. Bayi yang lahir pun akan menerima tindakan medis yang sama untuk memastikan ia baik-baik saja dan berkembang dengan baik," tegasnya

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga : Mengapa tes laboratorium penting bagi Bumil? Ini alasannya!

Tes darah di Trimester II :

Selanjutnya, pada trimester ke-2, dr. Putri menegaskan ada beberapa pemeriksaan tes darah yang jangan sampai dilakukan.

Menurutnya, pemeriksaan darah lengkap dan gula darah sewaktu (GDS) akan diulang kembali pada kehamilan 24 sampai 28 minggu namun, ditambah dengan pemeriksaan TTGO 75g glukosa atau gula darah puasa, untuk mendeteksi diabetes yang stimulus karena kehamilan, pemeriksaan ini disarankan oleh Diabetes Care Journal 2016 dan WHO.

Pemeriksaan ini juga berguna untuk antisipasi risiko terjadinya preklampsia atau tekanan darah tinggi pada kehamilan dan atau eklampsia yang merupakan kejang pada kehamilan, karena diabetes merupakan salah satu faktor risikonya.

Tes darah lengkap berguna untuk menilai kemungkinan adanya anemia, karena pada trimester kedua kebutuhan darah pada ibu hamil sangat tinggi.

Tes darah di Trimester III:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat kehamilan semakin membesar, dan HPL (hari perkiraan lahir) sudah di depan mata, bukan berarti membuat Bunda jadi lengah. Pemeriksaan kesehatan, termasuk tes darah pun tidak dilakukan lagi.

Pasalnya, saat memasuki trimester ke-3 ini, beragam risiko pun bisa terjadi. Salah satunya adalah risiko terjadinya stillbirth.

Biar bagaimana pun, dengan melakukan cek kehamilan dan tes kesehatan secara menyeluruh tentu saja bisa berfungsi untuk memantau perkembangan dan posisi janin. Anda, sebagai calon orangtua juga bisa mengetahui pergerakan yang janin lakukan sehat atau tidak.

Dengan mengetahui pegerakan janin, tentu saja bisa membantu mendeteksi apakah ada masalah kesehatan pada janin. Dengan demikian, pencegahan pun bisa dilakukan lebih lebih cepat.

Ditambahkan dr. Putri di trimester ke-3 ini, pemeriksaan darah lengkap dan GDS akan diulang kembali, untuk mempersiapkan kondisi ibu menjelang persalinan, terutama pada perencanaan operasi dan pada ibu hamil dengan riwayat anemia dan komplikasi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Tentunya ini merupakan pemeriksaan darah rutin yang penting untuk para ibu ketahui. selain pemeriksaan-pemeriksaan ini, masih banyak tes-tes yang lebih spesifik yang akan diberikan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan berdasarkan kondisi pada setiap ibu hamil.

Biasanya memang akan dinilai dari faktor risiko, tanda dan gejala serta apabila ditemukan hasil yang tidak normal pada tes darah rutin. Maka sangatlah perlu untuk rutin memeriksakan diri dan konsultasi langsung ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan pada tiap trimester," pungkas dr. Putri kepada theAsianparent Indonesia.

Baca juga  :

id.theasianparent.com/stillbirth-adalah