Mungkinkah Terinfeksi COVID-19 Setelah Divaksin? 4 Penyebab Ini Perlu Dipahami

Meski telah divaksin, Anda tetap harus memakai masker dan menjaga jarak, lho!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Vaksin Covid-19 mulai digunakan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Ini merupakan kabar yang sangat ditunggu-tunggu. Namun, ada satu pertanyaan besar, mungkinkan seseorang terinfeksi COVID-19 lagi setelah vaksin lalu menularkan penyakit atau menjadi sakit?

Artikel terkait: 5 Cara Registrasi Vaksin COVID-19 dari Pemerintah, Bisa Lewat WhatsApp!

Beberapa Penyebab Terinfeksi COVID-19 Setelah Vaksin 

Dari hasil uji klinis berbagai vaksin COVID-19 yang sudah mulai beredar, tidak ada yang efikasinya mencapai 100 persen. Artinya, sekalipun sudah divaksin, peluang terinfeksi virus penyebab COVID-19 tetap ada.

Mengapa demikian? Ada beberapa penjelasan untuk hal ini:

1. Tidak Ada Vaksin yang Memberi Perlindungan 100 Persen

Di dunia ini, tidak ada vaksin yang 100 persen efektif mencegah penyakit. Untuk vaksin COVID-19 pun masih dievaluasi manfaatnya. Apakah hanya bisa mencegah penyakit menjadi berat, atau juga dapat mencegah penularan penyakit. 

Sejauh ini, vaksin buatan Moderna dan Pfizer-BioNTech diklaim sangat efektif untuk mencegah penyakit COVID-19 yang bergejala. Artinya, seseorang masih bisa terinfeksi meski tidak menunjukkan gejala. Kasus infeksi COVID-19 yang tidak bergejala ini tetap berpotensi menularkan penyakit.

Begitupun dengan vaksin CoronaVac yang dipakai di Indonesia. Dengan angka efikasi sebesar 65,3% pada kelompok yang divaksin, artinya 34,7% sisanya masih berpeluang terinfeksi meski sudah menerima dua dosis. Namun setidaknya, mereka tidak akan mengalami sakit berat. Risiko kematian pun jauh berkurang.

2. Butuh Waktu untuk Membentuk Kekebalan Tubuh Setelah Divaksin

Tubuh tidak langsung membentuk kekebalan (antibodi) setelah divaksin. Vaksin COVID-19 yang sudah beredar rata-rata memerlukan dua dosis atau dua kali suntikan, dengan jarak 2-4 minggu untuk bisa memicu respon kekebalan tubuh yang diinginkan. Setelah dosis yang terakhir pun, tubuh masih perlu waktu sekitar satu bulan untuk mencapai kekebalan yang optimal.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jadi, ada jeda sekitar 2 bulan dari waktu mendapat suntikan yang pertama hingga tubuh memiliki kekebalan terhadap virus penyebab COVID-19. Di rentang waktu ini, seseorang tetap berpeluang terinfeksi virus, menularkan virus, atau mengalami sakit ringan hingga berat. 

Artikel terkait: Efek Samping Vaksin COVID-19 yang Wajib Parents Ketahui

3. Kekebalan Tubuh Dapat Berkurang Seiring Waktu

Hingga kini, belum ada yang tahu berapa lama vaksin COVID-19 yang tersedia dapat memberikan perlindungan dari penyakit. Vaksin-vaksin ini belum satu tahun dikembangkan dan fase terakhir pengujian vaksin masih berlangsung. 

Yang pasti, belajar dari pengalaman sebelumnya, perlindungan vaksin dapat menghilang seiring dengan waktu. Ketika kekebalan tubuh menurun, tentu peluang terinfeksi virus bisa meningkat kembali.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Inilah sebabnya, beberapa vaksin membutuhkan suntikan ulang (booster) beberapa tahun kemudian. Sebutlah vaksin tetanus, yang dianjurkan untuk diulang setiap 10 tahun, atau vaksin influenza yang perlu diulang setiap tahun.

Dosis tambahan vaksin kadang juga diperlukan untuk memberikan perlindungan ekstra ketika ada wabah penyakit.

4. Virus Penyebab COVID-19 bisa Bermutasi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Virus influenza dapat bermutasi secara konstan dan itulah sebabnya vaksin influenza perlu diulang setiap tahun. Hal yang sama juga bisa terjadi pada virus penyebab Covid-19. Vaksin Covid-19 yang sudah ada bisa menjadi kurang efektif ketika virus bermutasi.

Artikel terkait: 11 Syarat dan Kondisi Tubuh yang Perlu Diperhatikan Sebelum Vaksinasi COVID-19

Protokol Kesehatan Tetap Perlu Dijalani

Mendapatkan vaksinasi Covid-19 bukan berarti bisa bebas melepas masker atau tidak menjaga jarak. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tubuh membutuhkan waktu untuk membentuk kekebalan terhadap virus penyebab Covid-19 setelah divaksin. Di samping itu, vaksin pun tidak memberikan kekebalan 100 persen. Ini berarti, individu yang telah divaksin tetap bisa terinfeksi dan menularkan ke orang lain, meski ia sendiri tidak sakit. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kelompok ini, yang Anda kenal dengan sebutan Orang Tanpa Gejala (OTG), memiliki virus di dalam hidung dan saluran napasnya sehingga dapat menularkan ke orang lain saat berbicara, bernapas, bersin, atau bernyanyi.

Kemungikan tetap terinfeksi COVID-19 setelah vaksin tetap ada. Untuk itulah, semua orang yang sudah divaksin sekalipun, masih harus disiplin memakai masker dan menjaga jarak setidaknya 2 meter dari orang lain. Pandemi Covid-19 di dunia ini dapat benar-benar berakhir hanya jika semua orang memiliki kesadaran yang sama untuk melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit yang sudah terbukti secara ilmiah.

***

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga: 

id.theasianparent.com/pengalaman-dokter-mendapatkan-vaksin-covid-19

id.theasianparent.com/daftar-orang-yang-tidak-boleh-divaksin

id.theasianparent.com/setelah-disuntik-vaksin-covid-19