Bunda dinyatakan hamil, dan sejauh ini tidak ada kabar yang lebih membahagiakan dari pada itu. Tiba-tiba Bunda berpikir ingin mengabadikan momen ini dengan membuat tato saat hamil.
Akan tetapi, kalau aktivitas seni di kulit ini masih dianggap tidak aman bagi orang normal, pastinya jadi lebih berisiko bila dilakukan pada ibu hamil. Penelitian mengenai hal ini memang masih kurang, tetapi setidaknya mari kita simak pembahasan mengenai tato saat hamil.
Amankah Membuat Tato Saat Hamil?
Sejauh ini, tidak banyak penelitian tentang keamanan menato tubuh selama kehamilan. Pun kalau ada, penelitian itu lebih berkaitan pada dampak tinta tato dengan masalah metabolisme atau kelenjar getah bening. Penelitian lainnya mengulas tentang produk tinta tato tertentu yang dapat tertransfer melalui plasenta.
Ada juga kasus (jarang terjadi) mengenai tinta tato yang tercemar bakteri atau allergen –produksi pewarna tinta tato tidak diatur dengan baik oleh FDA karena dianggap bukan produk kosmetik. Tinta tato yang tercemar itu menyebabkan infeksi ketika diinjeksikan dengan jarum ke kulit, di mana dalam hal ini meningkatkan kekhawatiran penyebaran Hepatitis B, Hepatitis C, atau HIV.
Meski risikonya kecil, tetapi tidak ada yang menjamin Bunda tidak tertular, bukan? Dan kalau sampai tertular, virus itu juga akan menulari bayi di dalam kandungan Anda.
Belum lagi kandungan pada tinta tato. Ada penelitian –memang hanya sedikit penelitian yang mengulas ini- yang mengatakan pewarna kulit yang digunakan untuk tato mengandung bahan kimia yang dapat memengaruhi perkembangan bayi di usia kandungan 12 minggu pertama (risiko lanjutannya tidak diketahui).
Jadi sebaiknya:
- Menunggu sampai bayi lahir baru membuat tato.
- Bunda sudah menerima vaksin Hepatitis dan tes kesehatan.
Studio-studio tato di kota besar banyak yang sudah berlisensi dan sangat memperhatikan standar keamanan dan kebersihan prosedur tato. Namun, bagaimana dengan studio tato lainnya yang belum memiliki lisensi?
Artikel terkait: Viral Bayi Ditato Sekujur Tubuhnya, Bagaimana Komentar Warganet?
6 Bahaya Tato Saat Hamil
Ada beberapa risiko yang dapat menyebabkan komplikasi besar pada ibu hamil yang ditato. Bunda harus mewaspadai risiko ini sebelum memutuskan untuk membuat tato saat hamil.
1. Infeksi Bakteri
Menurut sebuah ulasan tahun 2016 melansir Medical News Today, sekitar 0,5–6,0% orang mengalami infeksi yang diakibatkan tato. Meski angka ini relatif rendah, infeksi apa pun yang terjadi selama kehamilan dapat berpotensi memengaruhi janin, lo, Bunda.
Mungkin si seniman tato sudah menerapka pedoman keselamatan dan kebersihan prosedur tato. Namun, itu tidak menutup kemungkinan timbulnya kasus infeksi yang disebabkan kontaminan mikro dalam tinta.
Belum lagi tingkat respons tiap orang terhadap tinta atau jarum berbeda-beda –kemungkinan saat itu sistem kekebalannya sedang lemah.
Infeksi agresif dapat menyebabkan tubuh kedinginan atau berkeringat, gemetar, dan demam. Dalam kondisi ini Bunda perlu segera mendapatkan perawatan medis untuk menghindari masalah yang lebih serius. Sedangkan pada level yang rendah, kulit Bunda bisa mengalami peningkatan pembengkakan dan kemerahan, kulit kuning, drainase nanah, atau rasa sakit yang memburuk.
Infeksi bakteri dari tato bisa memburuk dan berkembang menjadi selulitis. Infeksi juga dapat memasuki aliran darah, berkembang menjadi bakteremia dan kemungkinan sepsis, yang dapat mengancam jiwa. Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi dari tato dapat berkembang menjadi necrotizing fasciitis yang parah dan mengakibatkan kematian jaringan lunak.
2. Infeksi Virus
Salah satu risiko utama dari ditato adalah kemungkinan infeksi virus. Bila saja seniman tato menggunakan jarum yang terkontaminasi atau kotor, Bunda berisiko terkena infeksi melalui darah dan kemungkinan tertular penyakit Hepatitis B.
Virus ini dapat dengan mudah ditularkan kepada bayinya saat lahir. Bayi dengan hepatitis B memiliki peluang 90% untuk terkena infeksi seumur hidup, dan 1 dari 4 di antaranya akan meninggal karena komplikasi kesehatan akibat infeksi tersebut jika tidak diobati.
Infeksi melalui darah lainnya ada Hepatitis C dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dapat ditularkan dari jarum tato yang tidak steril. Ada kemungkinan 6% ibu dengan Hepatitis C menularkan infeksi kepada anaknya. Bila tanpa pengobatan, kemungkinan ibu dengan HIV juga menularkan infeksi tersebut kepada anaknya 15% sampai 45%.
3. Masalah Kulit
Komponen pewarna dapat menyebabkan reaksi peradangan, terutama di area tato. Tiap pewarna memiliki kandungan yang berbeda, efek warna yang berbeda, dan reaksi pada kulit yang berbeda pula.
Selalu ada kemungkinan Bunda mengalami alergi yang diakibatkan pewarna tato (umumnya mengandung bahan kimia), dan ini dapat meningkatkan ketidaknyamanan. Lantaran tato bersifat permanen, reaksinya pun bisa bertahan lama.
Kortikosteroid dapat membantu meringankan gejala beberapa reaksi, tetapi obat-obatan ini mungkin tidak aman selama kehamilan atau saat menyusui.
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengecek efek samping atau reaksi kulit karena tato dengan tinta berbahan kimia. Hasilnya, beberapa dari mereka mengalami masalah kulit seperti pembengkakan, gatal, papula, jerawat, jaringan parut, dan berdarah.
Selain itu, area tato bisa sangat sensitif terhadap sinar matahari daripada bagian kulit lainnya. Paparan sinar matahari dapat menyebabkan rasa perih, gatal, nyeri, bengkak, dan kemerahan.
Risiko reaksi ini tampaknya bervariasi, sesuai dengan warna tinta, dan kemungkinan disebabkan oleh bahan pewarna. Tato berwarna tampaknya memang lebih cenderung memicu reaksi daripada tato hitam.
Artikel terkait: 7 Artis Hapus Tato di Sekujur Tubuh, Alasannya Bikin Haru
4. Racun dari Tinta Tato
Beberapa tinta tato dibuat dari kandungan logam berat seperti merkuri, arsenik, dan timbal. Bahan-bahan ini jelas dapat menimbulkan ancaman bagi pertumbuhan bayi di dalam rahim, terutama pada trimester pertama ketika organ-organ utamanya sedang berkembang.
Paparan logam berat dapat memengaruhi perkembangan otak bayi, serta meningkatkan peluang Bunda mengalami keguguran atau bayi lahir mati.
Contoh mineral dalam pewarna tato adalah:
- Merah: Merkuri sulfida
- Biru: Kobalt aluminat
- Hijau: Oksida krom atau timbal kromat
5. Perubahan Tekstur Kulit
Saat Bunda hamil, tubuh terus tumbuh dan kulit di beberapa area meregang untuk mengakomodasi bayi di dalam rahim. Bila Bunda melakukan tato di area kulit yang banyak berubah, kemungkinan besar tato tidak akan terlihat sama lagi pascapersalinan.
Melasma (penggelapan kulit sementara) dan peningkatan sensitivitas kulit juga kerap terjadi selama kehamilan dan dapat memengaruhi tampilan tato atau reaksi kulit Anda saat ditato.
6. Tidak Mampu Menerima Epidural
Ada isu yang mengatakan, perempuan dengan tato di punggung bagian bawah tidak bisa menerima epidural, dan juga berisiko komplikasi. Sejauh ini tidak ada penelitian yang secara meyakinkan menunjukkan adanya risiko, dan sebagian besar ahli anestesi tidak memiliki masalah dalam memberikan epidural kepada ibu hamil dengan tato punggungnya.
Akan tetapi, dalam beberapa kasus, tato di punggung bawah bisa menyebabkan masalah lain bila kulitnya berubah menjadi kemerahan, bersisik atau terinfeksi, mengeluarkan cairan, atau masih dalam proses penyembuhan. Kemungkinan besar dokter tidak akan memberikan epidural.
Mengenai hal ini, coba hubungi pihak rumah sakit menyoal kebijakan terkait tato dan epidural.
5 Cara Aman Membuat Tato Saat Hamil
Hal pertama dan utama yang perlu dicari tahu tentang studio tato yang Bunda pilih adalah standar keamanannya. Lakukan ini sebelum Bunda memutuskan siapa dan di mana akan ditato:
1. Riset Reputasi Seniman Sebelum Memutuskan untuk Tato Saat Hamil
- Lakukan riset mengenai studio dan seniman tato, apakah sang seniman dan studionya memiliki reputasi baik.
- Praktisi terdaftar.
- Menerima menato ibu hamil, karena banyak seniman tato yang menolak dengan alasan menghindari masalah kesehatan pada si ibu di kemudian hari.
- Cari testimoni online mengenai pengalaman para pelanggannya.
- Tatto Artist bersedia Anda hubungi 24 jam pertama untuk mengantisipasi bila terjadi masalah pada kulit Anda.
2. Kebersihan Studio
Untuk mengetahui tentang kebersihan studionya, tidak salah bila Bunda melakukan survei langsung ke sana.
- Memiliki autoclave (unit sterilisasi untuk mensterilkan peralatan).
- Lantai dan permukaan studio bersih atau tidak.
3. Prosedur Tato
- Apakah mengenakan sarung tangan selama prosedur.
- Jarum yang digunakan baru, sekali pakai, dan dibuat hanya untuk sekali pakai. Jarum baru dibuka saat akan digunakan di depan klien.
- Dressing steril, dikemas, dan belum dibuka.
- Pewarna atau tinta yang digunakan tidak mengandung logam berat.
- Tinta dikemas steril dan belum dibuka saat akan digunakan.
Artikel terkait: Habiskan Puluhan Juta, Artis Ini Pernah Hapus Tato di Tubuhnya
4. Alternatif Pengganti Tato
Selama ribuan tahun, perempuan-perempuan di Mesir, India, dan sebagian besar wilayah Timur Tengah menganggap ‘menghiasi’ perut buncit dengan henna di kehamilan trimester ketiga akan membawa keberuntungan. Selain kebahagiaan, henna juga dipercaya membawa keselamatan saat melahirkan dan menghasilkan bayi yang bahagia.
Ada banyak jenis henna, dan tato berbahan alami ini juga dibuat dari beberapa bahan. Umumnya henna yang berbahan alami dan aman diterapkan pada kulit akan menghasilkan warna oranye, merah, cokelat, kayu manis, bata, cokelat, atau kopi.
Henna ini dapat bertahan selama 1-4 minggu. Sementara henna yang tidak aman biasanya menghasilkan warna hitam di kulit –tidak dibuat dari bahan alami.
Henna hitam tidak aman untuk siapa pun, pada orang dengan kondisi hamil ataupun tidak. Henna hitam mengandung para-phenylenediamine (PPD) yang bisa menyebabkan luka bakar dan lecet pada kulit serta berbagai reaksi lainnya yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan dan sulit untuk didiagnosis dan diobati.
5. Pertimbangkan Ini Sebelum Membuat Tato Saat Hamil
Jika Bunda tetap memutuskan untuk membuat tato selama kehamilan, selain memperhatikan standar kebersihan dan keamanan studio dan juga senimannya, hal terpenting lainnya yang perlu Bunda pertimbangkan adalah:
- Mengelola rasa sakit. Tato dilakukan dengan jarum sehingga rasa sakitnya nyata, bahkan mungkin sangat hebat, terutama di area dengan kulit yang sangat tipis seperti leher, tangan, pergelangan kaki, dan kaki.
- Menghapusnya tidak mudah. Sama seperti menerapkannya, menghapus tato sangat menyakitkan –menggunakan laser yang tidak disarankan dilakukan ibu hamil atau menyusui.
- Desain tato berubah. Tato baru yang terlihat simetris saat hamil akan berubah menjadi miring atau terdistorsi pascapersalinan, terutama bila Bunda memasangnya di kulit yang cenderung merenggang.
- Stretch mark. Pilih dengan cermat area yang akan ditato. Ada potensi stretch mark pada beberapa area tubuh Anda yang diakibatkan kehamilan, seperti perut, bokong, payudara, dan paha. Ini juga dapat memengaruhi penampilan tato.
- Masalah kulit. Kulit yang baru ditato sangat sensitif, jadi hindari mandi di bawah shower yang keras, mengusap atau menggosoknya dengan keras, terpapar sinar matahari langsung, terkena air laut, kolam renang, atau air mandi yang terlalu panas, juga mengenakan pakaian yang terlalu ketat di area tersebut. Salah sedikit, kulit akan menjadi lebih terluka, terpapar bakteri dan menyebabkan infeksi.
Artikel Terkait: 10 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 1 Rekomendasi, Sudah Ceklis yang Mana?
Rawat tato Bunda dengan baik setelahnya, dan jaga kebersihannya untuk menghindari infeksi dan komplikasi. Hubungi dokter jika Bunda melihat tanda-tanda ruam atau infeksi.
Mendapatkan tato adalah keputusan penting, dan ketika Bunda ingin melakukannya saat hamil, keputusan ini tidak hanya memengaruhi Anda, tetapi juga buah hati. Jadi, sebelum membuat tato saat hamil, pikirkan semua potensi risiko dan cari tahu bagaimana Bunda bisa mendapatkannya dengan aman.
Baca juga:
10 Kebutuhan Ibu Hamil Trimester 1 di 2024, Sudah Ceklis yang Mana?
17 Artis Perempuan yang Punya Tato di Tubuhnya, Berani Tampil Beda!
Bukti Cinta, 11 Seleb Ini Punya Tato Nama hingga Wajah Anak di Tubuhnya
6 Tradisi Suku Dayak yang Unik, Berburu Kepala Musuh hingga Tato Tubuh
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.