Parents, pernahkah mendengar sosiopat? Atau jangan-jangan Anda mengenal seseorang, bahkan Anda salah satunya? Sosiopat kerap disamakan dengan psikopat. Nyatanya, keduanya adalah 2 hal yang berbeda.
Definisi
Merujuk laman Healthline, sosiopat merupakan istilah mengacu pada kondisi seseorang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial atau dikenal juga dengan Antisocial personality disorder. Sayangnya, belum diketahui secara pasti apa penyebab seseorang bisa mengalami hal ini.
Diduga, perilaku ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah pengalaman traumatis masa pada kanak-kanak. Bicara mengenai ASPD, jangan kaget bila orang dengan gangguan ini tidak mampu mengerti perasaan orang lain.
Antisosial yang dimaksud bukanlah dia yang hobi menyendiri, tetapi lebih pada melanggar aturan atau membuat keputusan impulsif tanpa merasa bersalah atas kerugian yang mereka timbulkan. Mereka juga dapat menggunakan permainan pikiran untuk mengontrol teman, anggota keluarga, rekan kerja, bahkan orang asing.
Bagi seseorang yang tidak mengenal gangguan kepribadian satu ini, orang lain kerap menganggap orang ini sebagai pribadi penuh karisma dan menawan. Hal ini disebabkan pelanggaran yang diterabas oleh si ASPD ini hanyalah hal kecil, tidak mengakibatkan bahaya serius layaknya psikopat.
Kerap disamakan, psikopat dan sosiopat adalah dua hal yang berbeda konteksnya. Psikopat merupakan orang yang sering melakukan kekerasan secara fisik dan menempatkan orang lain dalam bahaya.
Umumnya psikopat juga antisosial, tetapi belum tentu orang yang antisosial sudah pasti psikopat. Berbeda dengan sosiopat yang pemilih dalam berteman, psikopat mampu berbaur dan menempatkan diri dalam lingkungan sosial dengan baik.
Hal ini membuat orang di sekitarnya memandangnya sebagai orang yang normal. Bahkan, kecerdasannya dalam memikat dan memanipulasi kerap membuat banyak orang lengah.
Kebalikan dari sosiopat yang impulsif, seorang psikopat punya kontrol diri yang baik. Mereka melakukan kejahatan dengan darah dingin, naluri predator, dan menyerang secara proaktif.
Seorang psikopat bisa mengontrol emosinya dan cenderung bersikap tenang, tetapi diam-diam merencanakan kejahatan dengan baik dan lebih detail. Untuk mencari tahu apakah seseorang dikategorikan psikopat atau sosiopat, diperlukan pemeriksaan psikologis dari psikolog atau psikiater.
Artikel terkait: Mengenal Gaming Disorder dan Risikonya bagi Kesehatan
Penyebab
Kendati belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor ditengarai menjadi pemicunya.
Pertama yaitu genetik, jika seseorang memiliki anggota keluarga yang menderita sosiopat atau gangguan kepribadian lainnya, maka besar kemungkinan untuk orang itu menderita gangguan kepribadian antisosial akan lebih besar.
Lingkungan pun turut berpengaruh menjadi salah satu faktor penyebab. Banyak ahli mengungkapkan bahwa munculnya perilaku sosiopat bisa disebabkan oleh faktor lingkungan.
Antara lain riwayat pola asuh dari keluarga yang tidak baik, atau kejadian traumatis selama masa kanak-kanak seperti pelecehan seksual, fisik, emosional, atau penelantaran. Selain itu, kehidupan keluarga yang tidak stabil, keras, atau kacau selama masa kanak-kanak juga bisa meningkatkan risiko seseorang menjadi sosiopat.
Artikel terkait: Mengenal Phubbing, Saat Seseorang Lebih Fokus kepada Ponsel daripada Orang Sekitar
Ciri Sosiopat
Dalam bukunya The Sociopath Next Door, psikolog Harvard Martha Stout memaparkan satu dari 25 orang di dunia adalah seorang sosiopat. Mereka adalah orang yang piawai mengendalikan pikiran orang lain, sehingga sangat sulit untuk menerka apakah seseorang tergolong sosiopat atau tidak.
Mengutip The HuffPost, berikut ciri yang bisa menggambarkan seorang sosiopat:
- Memiliki ego yang besar. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) mencatat bahwa seseorang dengan gangguan kepribadian ini memiliki rasa ego yang besar. Mereka adalah pribadi narsisme yang ekstrem dan cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri.
- Berbohong dan menunjukkan perilaku manipulatif.
- Kurang berempati. Mereka tidak benar-benar memiliki batin emosional seperti kebanyakan orang. Hal ini mungkin karena mereka tidak bisa membayangkan atau merasakan dunia emosional orang lain.
- Minim rasa penyesalan dan malu.
- Tenang dalam situasi berbahaya. Percobaan telah menunjukkan, saat orang normal menunjukkan rasa takut ketika mereka melihat gambar yang mengerikan atau merasa terancam, hal itu tidak berlaku untuk sosiopat.
- Tidak bertanggung jawab atas masalahnya terhadap orang lain.
- Hanya memiliki sedikit teman. Teman yang dimiliki hanya dalam hitungan jari, kecuali jika memang membutuhkan.
- Menarik demi kepentingan tertentu. Sosiopat bisa menjadi sangat karismatik dan ramah karena mereka tahu hal ini dapat membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sosiopat jago membaur, pandai menyamar, dan senantiasa menjaga dirinya dengan kepribadian luar biasa.
- Hidup dengan kesenangan. Mereka menjalani hidup di jalur cepat yang ekstrem, mencari stimulasi, kegembiraan, dan kesenangan dari mana pun yang mereka bisa dapatkan.
- Mengabaikan norma sosial. Mereka biasanya melanggar aturan dan hukum, karena mereka tidak percaya aturan masyarakat juga berlaku untuk dirinya, demikian menurut psikiater Dr. Dale Archer dalam blog Psychology Today.
- Memiliki kontak mata intens. Kontak mata tetap bertahan dalam waktu lama digunakan sosiopat untuk memenangkan kepentingannya.
Artikel terkait: Myasthenia Gravis, Jenis Autoimun Langka yang Sebabkan Otot Lemah
Bisakah Hidup Berdampingan dengan Sosiopat?
Menelaah perbedaan yang ada, seorang dengan gangguan kepribadian ini masih bisa hidup bersama orang lain kendati mereka akan mengalami kesulitan menjalin relasi yang sehat. Namun, sebagian sosiopat mungkin dapat menjalin hubungan dengan orang lain yang memiliki pemikiran mirip dengannya.
Sebagian besar ahli menuturkan bahwa psikopat sejatinya lebih berbahaya. Hal ini disebabkan psikopat tidak memiliki emosi atau hati nurani sama sekali saat melakukan tindakan, bahkan tindakan mengerikan sekalipun.
Sementara sosiopat masih memiliki sedikit hati nurani. Namun, keduanya tetap berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain. Bagi seseorang yang menderita sosiopat ringan, kondisi bisa ditangani dengan psikoterapi saja.
Akan tetapi, bila kasusnya berat, dokter akan memberi psikoterapi dan pengobatan untuk menghindari perilaku impulsif yang bisa membahayakan dirinya dan orang sekitar.
Parents, semoga informasi terkait sosiopat ini bisa membuka wawasan Anda.
Baca juga:
Mengenal Istilah Phubbing, Saat Seseorang Lebih Fokus pada Ponsel daripada Orang Sekitar
Mengenal Philophobia, Kondisi Ketika Seseorang Takut Jatuh Cinta
Apa itu Social Justice Warrior atau SJW? Begini Penjelasan Selengkapnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.