Sindrom Reye: Gejala, Diagnosis, Penyebab, dan Pencegahan

Sindrom Reye bisa lebih banyak dialami anak-anak dan remaja.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tidak seperti penyakit flu atau demam, nama Sindrom Reye mungkin asing di telinga Parents. Sindrom ini memang langka alias jarang sekali dialami, tetapi penyakit ini cukup rentan dialami oleh anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk mewaspadai Sindrom Reye dari gejala, penyebab dan cara mencegahnya berikut ini. 

Apa Itu Sindrom Reye?

Sindrom Reye adalah penyakit langka tetapi serius yang menyebabkan pembengkakan di hati dan otak. Penyakit ini dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia. Namun, paling sering dialami pada anak-anak dan remaja yang baru pulih dari infeksi virus seperti flu atau cacar air.

Studi telah menemukan bahwa faktor risiko utama sindrom Reye adalah mengonsumsi aspirin atau obat terkait lainnya, yang disebut salisilat. Sindrom ini menargetkan otak, darah, dan organ hati.

Gejalanya bisa mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, dokter menyarankan agar anak-anak dan remaja yang pulih dari infeksi virus harus menghindari penggunaan aspirin.

Gejala Sindrom Reye

Gejala sindrom ini meningkat sesuai dengan keparahannya dan berdasarkan bagaimana kondisi tersebut memengaruhi si kecil. Tanda pertama dari Sindrom Reye adalah infeksi virus, seperti pilek, infeksi saluran pernapasan atas, flu atau cacar air. Setelah mengalami gejala infeksi virus selama lima sampai tujuh hari, muncul gejala Sindrom Reye, antara lain:

  • Diare
  • Pernapasan yang cepat
  • Muntah terus-menerus
  • Kantuk yang tidak biasa, lelah, dan lesu
  • Sakit yang terus berulang
  • Menunjukkan kecemasan, kebingungan, mudah disorientasi atau mengalami halusinasi

Peningkatan tekanan di tengkorak (tekanan intrakranial) menyebabkan perubahan pada fungsi otak anak, dan juga memengaruhi fungsi hati. Saat gejala Sindrom Reye berlanjut, kondisinya bisa menjadi lebih parah, dan mungkin menunjukkan beberapa tanda berikut ini:

  • Perubahan kepribadian (lebih mudah tersinggung atau agresif)
  • Kebingungan atau halusinasi
  • Kelemahan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan lengan atau kaki
  • Kejang
  • Kelelahan yang luar biasa
  • Penurunan kesadaran
  • Koma
  • Sulit membekukan darah
  • Kelebihan amonia dalam darah mereka

Dari gejala di atas, sindrom ini dapat disalahartikan sebagai kondisi lain. Termasuk meningitis atau pembengkakan selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang, reaksi diabetes, atau keracunan.

Artikel terkait: Waspadai Gejala Sindrom Sheehan, Kerusakan Kelenjar Setelah Melahirkan

Penyebab Sindrom Reye

Sebenarnya para dokter belum sepenuhnya memahami penyebab Sindrom Reye. Kondisi ini paling sering terjadi setelah mengalami infeksi virus dan ketika anak-anak diberi aspirin (salisilat) untuk mengobati gejala. Penyakit virus yang dapat memicu Sindrom Reye meliputi:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Flu
  • Cacar air
  • Infeksi pernapasan
  • Flu biasa

Gejala Sindrom Reye muncul disebabkan dari peningkatan cairan atau tekanan jaringan otak (edema serebral) dan perubahan pada hati mereka.

Studi menunjukkan bahwa mitokondria yang rusak dapat mengaktifkan Sindrom Reye di organ hati. Mitokondria adalah bagian dari sel (organel) yang menyediakan energi (adenosin trifosfat) dan juga dikenal sebagai "pembangkit tenaga sel."

Mitokondria yang kurang aktif memengaruhi fungsi hati sehingga muncul gejala tersebut. Namun, penyebab kerusakan mitokondria ini tidak diketahui.

Seseorang memiliki peluang lebih besar untuk mengalami penyakit ini jika mereka:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Memiliki kelainan yang memengaruhi bagaimana tubuh mereka memecah asam lemak
  • Telah terpapar racun tertentu, termasuk pengencer cat dan produk untuk membunuh serangga dan gulma

Ketika sindrom ini menyerang, sel-sel di seluruh tubuh menjadi bengkak dan menumpuk lemak. Hingga pada akhirnya, kadar gula darah turun dan kadar amonia dan asam dalam darah meningkat. Perubahan ini dapat mengenai banyak organ, seperti otak dan hati, di mana pembengkakan parah dapat terjadi.

Apakah Aspirin Menyebabkan Sindrom Reye?

Studi menunjukkan aspirin (salisilat) dapat memicu sindrom ini dan meningkatkan keparahan gejala. Seperti yang disebutkan di atas, penyebab langsung Sindrom Reye tidak diketahui. 

Jadi, konsultasikan pada dokter sebelum memberikan aspirin kepada si kecil selama ia mengalami infeksi virus seperti flu. Selalu baca label pada semua obat sebelum memberikannya kepada anak, untuk memeriksa persyaratan dan instruksi usia. 

Seberapa Sering Sindrom Reye Terjadi?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Frekuensi Sindrom Reye menurun karena kesadaran yang meningkat akan kondisi tersebut. Jika si kecil sakit, sebaiknya hindari memberi mereka aspirin untuk mengobati gejalanya. Vaksinasi untuk flu dan cacar air (varicella) berhasil mencegah infeksi virus, yang juga berkontribusi pada rendahnya jumlah kasus setiap tahun.

Diagnosis 

Lantaran Reye Syndrome sangat jarang terjadi, sebelum mendiagnosis kondisi lain yang menyebabkan gejala serupa perlu disingkirkan, termasuk:

  • Meningitis – radang selaput pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang
  • Ensefalitis – radang otak
  • Gangguan metabolisme bawaan – kondisi, seperti defisiensi asil-CoA dehidrogenase rantai menengah (MCADD), yang memengaruhi reaksi kimia yang terjadi di tubuh 

Tes darah dan tes urine dapat membantu mendeteksi apakah ada penumpukan racun atau bakteri dalam darah, dan juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah hati berfungsi normal.

Pemeriksaan lainnya juga dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bahan kimia tertentu yang dapat mengindikasikan kelainan metabolisme bawaan.

Tes yang mungkin direkomendasikan meliputi:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • CT scan atau MRI untuk memeriksa pembengkakan otak.
  • Pungsi lumbal – di mana sampel cairan dikeluarkan dari tulang belakang menggunakan jarum untuk memeriksa bakteri atau virus.
  • Biopsi hati – di mana sampel kecil jaringan hati diambil dan diperiksa untuk mencari perubahan sel khusus yang terkait dengan Sindrom Reye.
  • Spinal taps – di mana jarum dimasukkan ke dalam ruang di bawah ujung sumsum tulang belakang untuk mengumpulkan cairan.
  • Biopsi kulit – dokter menggores sampel kulit kecil untuk diuji.

Artikel terkait: Mengenal Sindrom Antifosfolipid Saat Hamil, Golongan Orang Ini Berisiko

Perawatan/Pengobatan

Perawatan untuk penyakit ini berfokus pada melindungi otak anak dengan mengurangi pembengkakan, membalikkan kerusakan hati dan cedera metabolik (kekurangan oksigen dalam darah mereka) dan mencegah komplikasi paru-paru. Perawatan dapat mencakup:

  • Memasukkan selang ke tenggorokan mereka (intubasi endotrakeal) untuk meningkatkan laju pernapasan (hiperventilasi) atau menggunakan ventilator.
  • Menjaga kepala mereka tetap tinggi.
  • Minum obat untuk menurunkan kadar amonia dalam darahnya (detoksikan amonia).
  • Minum obat untuk menjaga kadar gula dalam darahnya (glukosa).
  • Mengonsumsi vitamin K atau menerima transfusi plasma untuk meningkatkan pembekuan darah.
  • Cairan Intravena (IV).
  • Diuretik untuk membantu tubuh membuang garam dan air (dan menghentikan pembengkakan).
  • Obat untuk mencegah pendarahan.
  • Pemberian vitamin K, plasma, dan trombosit (sel darah kecil yang membantu membentuk gumpalan) dalam kasus pendarahan hati.

Jika si kecil mendapat diagnosis Sindrom Reye, penyedia layanan kesehatan akan segera memasukkan mereka ke unit perawatan intensif untuk memantau kondisinya. Dokter dan perawat akan memantau suhu tubuh anak dan semua organ vital untuk memastikan pengobatannya efektif.

Apakah Ada Efek Samping dari Pengobatan?

Sebagian besar anak yang didiagnosis Sindrom Reye sembuh total. Jika anak Anda mengalami pembengkakan otak yang parah, mereka dapat menghadapi efek samping, termasuk:

  • Hilang ingatan.
  • Kesulitan belajar.
  • Kehilangan penglihatan dan pendengaran.
  • Masalah dengan bicara dan bahasa.
  • Kesulitan bergerak dan menyelesaikan tugas sehari-hari seperti berpakaian.

Perawatan khusus mungkin diperlukan untuk mendukung anak Anda dan memenuhi kebutuhan mereka seiring bertambahnya usia.

Artikel terkait: Waspada Herpes pada Bayi, Bisa Berisiko Kebutaan Hingga Meningitis

Pencegahan Sindrom Reye

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Berhati-hatilah saat memberikan aspirin kepada bayi, balita, dan remaja. Meskipun aspirin disetujui untuk digunakan pada anak-anak di atas usia 3 tahun, anak-anak dan remaja yang pulih dari cacar air atau gejala mirip flu tidak boleh mengonsumsi aspirin. Ini termasuk aspirin biasa dan obat-obatan yang mengandung aspirin.

Beberapa rumah sakit dan fasilitas medis akan melakukan pemeriksaan bayi baru lahir untuk kelainan oksidasi asam lemak. Tujuannya untuk melihat apakah si kecil berisiko lebih besar terkena Sindrom Reye. Anak-anak dengan gangguan oksidasi asam lemak tidak boleh mengonsumsi aspirin atau produk yang mengandung aspirin.

Selalu periksa label sebelum memberikan obat kepada anak, termasuk produk yang dijual bebas dan pengobatan alternatif atau herbal. Aspirin dapat muncul di beberapa obat yang tidak terduga, seperti Alka-Seltzer.

Terkadang aspirin juga memiliki nama lain, seperti:

  • Asam asetilsalisilat
  • Asetilsalisilat
  • Asam salisilat
  • Salisilat

Untuk pengobatan demam atau nyeri yang berhubungan dengan flu, cacar air, atau penyakit virus lainnya, pertimbangkan untuk memberikan obat demam dan nyeri yang dijual bebas pada bayi atau anak-anak seperti acetaminophen (Tylenol, lainnya) atau ibuprofen (Advil, Motrin, lain) sebagai alternatif yang lebih aman untuk aspirin.

Akan tetapi, ada satu peringatan untuk aturan aspirin. Anak-anak dan remaja yang memiliki penyakit kronis tertentu, seperti penyakit Kawasaki, mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang dengan obat-obatan yang mengandung aspirin.

Jika anak membutuhkan terapi aspirin, pastikan vaksinnya terbaru, yaitu dua dosis vaksin varicella (cacar air) dan vaksin flu tahunan. Menghindari kedua penyakit virus ini dapat membantu mencegah Sindrom Reye.

Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan Parents mengenai Sindrom Reye.

Baca juga:

id.theasianparent.com/sindrom-marfan

id.theasianparent.com/sindrom-tourette

id.theasianparent.com/pahami-tic-gerakan-berulang-pada-wajah-anak