Bedong bisa membantu bayi baru lahir merasa nyaman sehingga tidur lebih nyenyak. Namun, bayi tak selamanya menjadi makhluk kecil. Seiring waktu, proses tumbuh kembang membuat tubuhnya membesar, dan Anda pun bertanya-tanya ‘sampai umur berapa bayi pakai bedong?’
Berikut ini kita akan bahas secara mendalam tentang bedong bayi. Anda mungkin sudah mendapat informasi terkait itu dari beberapa orang terdekat atau perawat bayi. Nah, artikel ini bisa Anda jadikan sebagai penambah wawasan yang mungkin penjelasannya belum Anda dapatkan.
Artikel terkait: Hati-hati Ketika Membedong Bayi. Apakah Bedong Berdampak Negatif?
Mengapa Bayi Dibedong?
Membedong adalah membungkus seluruh tubuh bayi dengan cara melilitkan kain atau selimut dan hanya menyisakan kepala mereka. Di dalam kain bedong, lengan dan kaki bayi beristirahat dengan nyaman dan hangat.
Begitu bayi lahir, ia langsung dibedong. Teknik bedong ini biasa dilakukan untuk membantu menenangkan bayi, terutama saat mereka rewel dan sulit tidur.
Bedong memberikan sensasi hangat dan nyaman kepada bayi seperti saat mereka masih di dalam rahim. Namun demikian, tidak semua bayi menjadi lebih tenang dengan dibedong.
Dikutip dalam laman Healthline, Dr Kimberly Edwards, dokter anak di Austin Regional Clinic mengatakan, ia tidak merekomendasikan bedong untuk semua bayi. Akan tetapi, beberapa bayi memang bisa tidur nyenyak, dan menjadi lebih tenang dengan dibedong.
Kebiasaan membedong bayi rupanya berlaku turun-temurun, khususnya di Indonesia. Hampir semua orang tua zaman dulu membedong bayi mereka. Hingga era modern seperti sekarang, kebiasaan membedong bayi tak ditinggalkan.
Bahkan, kain bedong pun seolah berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Anda dapat menemukan berbagai jenis dan merek kain bedong bayi, mulai dari yang simpel, berwarna-warni, dan beraneka corak.
Umumnya, bayi dibedong sejak ia baru lahir hingga sekitar usia 3 bulan. Ada sejumlah orang yang percaya bahwa membedong bayi, selain membantunya merasa hangat dan nyaman, juga ditujukan untuk meluruskan kaki bayi.
Akibatnya, tak sedikit yang membuat bedongan terlalu kencang. Padahal, kepercayaan bedong bisa meluruskan kaki bayi itu hanya mitos ya, Parents, dan jika dilakukan berlebihan justru dapat membahayakan kondisi fisik bayi.
Agar aman membedong bayi, Parents dapat mengikuti tips dokter berikut ini:
1. Mulailah dengan membentangkan selimut persegi, kemudian lipat salah satu sudutnya ke bagian dalam.
2. Letakkan bayi di atas kain bedongan tersebut, dengan kepalanya di bagian yang Anda lipat.
3. Pegangi tubuh bayi, luruskan lengan kirinya dengan lembut, lalu bawa selimut sisi kiri ke atas tubuhnya. Selipkan di antara sisi kanan dan lengan kanannya. Kemudian luruskan lengan kanan bayi, bawa selimut sisi kanan ke atas tubuhnya. Selipkan bagian ujung di bawah sisi kiri tubuh bayi.
4. Sementara kain bagian bawah, Anda lipat dan selipkan di sisi yang tersisa. Pastikan Anda periksa ada cukup ruang untuk kaki bayi bergerak.
Artikel terkait: Bedong Bayi dan Risiko SIDS (Kematian Mendadak pada Bayi)
Risiko Bayi Dibedong Terlalu Lama
Meski bedong memberikan rasa nyaman dan hangat kepada bayi, namun jika dilakukan secara berlebihan tentu ada risikonya. Termasuk apabila posisi atau lipatan kain bedong tidak tepat, ini bisa membahayakan bayi.
Beberapa dokter bahkan menyarankan agar tidak lagi membedong bayi mulai usia dua bulan. Namun, tentu saja keputusan ada di tangan Anda, karena Anda yang tahu apakah sekiranya bayi masih butuh dibedong atau tidak.
Yang perlu Parents ketahui adalah beberapa risiko jika membedong bayi terlalu lama, di antaranya berikut ini.
1. Sindrom Kematian Bayi Mendadak
Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketika bayi sehat di bawah 12 bulan meninggal tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.
Mengutip dari Healthline, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada sekitar 3.600 kematian bayi mendadak yang tidak terduga di Amerika Serikat setiap tahun, dan 38 persen di antaranya diklasifikasikan sebagai SIDS.
SIDS sering terjadi saat bayi tidur. Bayi yang dibedong dapat mati lemas saat tidur ketika ia berguling menjadi telungkup.
Kain bedong yang dipasang terlalu longgar juga bisa menyebabkan lengan bayi keluar, atau selimut bedong menutupi mulut dan hidungnya. Bayi tidak boleh ditidurkan dengan selimut longgar karena ini juga menempatkan mereka dalam bahaya SIDS.
2. Displasia Pinggul
Risiko displasia pinggul ini bisa muncul apabila posisi atau lipatan kain bedong tidak benar. Di dalam rahim, kaki bayi menekuk ke atas dan saling bersilangan.
Jika kaki diluruskan atau dibungkus terlalu rapat, persendian bisa terkilir dan tulang rawan rusak. Karenanya saat membedong, penting untuk membiarkan pinggul bayi leluasa untuk bergerak.
Seperti dijelaskan oleh dokter spesialis anak Arifianto, “Tidak membedong sampai bagian panggul atau kaki ke bawah. Sebab, bisa berisiko mengakibatkan kondisi yang disebut sebagai displasia panggul atau hip dysplasia,” ujar pria yang akrab disapa dokter Apin melalui akun Instagram-nya.
Menurut dokter Apin, teknik bedong yang tepat adalah hanya pada bagian atas, di bahu dan lengan. Dengan teknik yang tepat, maka bayi akan merasa lebih nyaman.
“Membedong dapat mengurangi refleks moro atau startle reflex pada bayi yang kita sering lihat seperti bayi itu kagetan. Itu merupakan refleks yang wajar pada bayi baru lahir,” jelasnya.
3. Bayi Kepanasan
Membedong juga dapat menyebabkan bayi kepanasan. Jika Anda membedong, pastikan bayi Anda tidak gerah di malam hari. Anda dapat mengetahui bayi kepanasan jika menunjukkan tanda-tanda ini:
- Berkeringat
- Rambut basah
- Ruam panas atau pipi merah
- Napas cepat atau seperti terengah-engah.
Artikel terkait: Bunda, Simak 6 Cara Membedong yang Tepat dan Manfaatnya untuk Bayi
Sampai Umur Berapa Bayi Sebaiknya Berhenti Dibedong?
Anda dapat mulai melatih bayi untuk tidur tanpa selimut bedong jika ia sudah bisa menggerakkan badannya atau belajar berguling. Fase ini biasanya terjadi pada usia dua dan empat bulan.
Pada fase tersebut, bayi biasanya dapat berguling tengkurap saja, tetapi tidak dapat membalikkan tubuhnya kembali. Karenanya, hati-hati dengan risiko sindrom kematian mendadak pada bayi.
Bayi Anda mungkin akan memerlukan masa transisi dari tidur dengan bedong menjadi lepas bedong. Apabila bayi terbiasa nyaman tidur dengan bedong, dan Anda mulai melepasnya, ia mungkin akan kesal dan rewel menjelang waktu tidur.
Maka itu, Anda bisa membantu bayi menyesuaikan diri dengan metode tidur baru mereka. Kondisikan masa transisi untuk bayi. Caranya, Anda dapat membedong bayi ketika ia akan tidur, namun sewaktu bayi menunjukkan tanda-tanda akan berguling tengkurap, Anda perlu melepaskan kain bedongnya.
Anda juga masih bisa membungkus bayi dengan menggunakan kantung tidur. Dalam kantung tidur, bayi bisa bergerak sedikit lebih leluasa.
Kantung tidur berbeda dengan kain bedong. Kantung tidur atau sleeping bag bayi didesain lebih longgar dibanding pemasangan selimut bedong.
Namun demikian, Anda tetap perlu mengawasi bayi. Jika ia berguling di malam hari, bantu ia kembali ke posisinya semula.
Selain itu, sebagian besar dokter anak juga merekomendasikan agar orang tua berhenti membedong bayi pada usia 2 bulan. Alasannya sama, karena bayi mulai berguling dan tengkurap.
Anda tak perlu khawatir bayi akan merasa kurang nyaman lantaran lepas bedong, karena pada usia 2 bulan ke atas, bayi mulai bisa menenangkan dirinya sendiri. Refleks kagetnya sudah berkurang, sehingga bisa tidur lebih nyenyak.
Artikel terkait: Menyedihkan! Bayi 4 Bulan Ini Meninggal Tercekik Bedongnya Sendiri
Cara Menenangkan Bayi Selain Pakai Bedong
Jika bayi belajar lepas bedong dan menjadi terbangun di malam hari, Parents tak perlu panik karena itu normal. American Academy of Pediatrics mengatakan bayi tidak memiliki siklus tidur yang teratur sampai usia 6 bulan. Namun, pada usia tersebut, bangun larut malam masih dianggap normal.
Berikut adalah beberapa cara untuk menenangkan bayi agar tidur lebih tenang, setelah lepas bedong:
- Penggunaan dot (jika Anda memutuskan ini baik untuknya).
- Ciptakan suasana santai dan tenang sebelum tidur.
- Pertahankan jadwal tidur yang teratur.
- Mainkan audio white noise untuk meredam suara apa pun yang mungkin mengejutkan bayi saat bangun.
- Pertahankan suhu ruangan yang tepat (tidak terlalu dingin dan tidak terlalu hangat).
Pertanyaan Populer Terkait Sampai Umur Berapa Bayi Pakai Bedong
Berapa lama bayi harus dibedong dalam sehari?
American Academy of Pediatrics merekomendasikan Parents untuk membedong bayi maksimal 12 jam per hari selama beberapa minggu pertama setelah lahir untuk menenangkan bayi. Namun, beberapa ahli menyarankan untuk membedong bayi hanya saat dia tidur. Setelah bayi bangun atau menyusui, Anda bisa melepaskan bedongnya agar bayi bisa lebih bebas mengeksplor. Jadi, pada dasarnya tidak ada ketentuan khusus, selama bayi Anda masih merasa nyaman, dan tidak membahayakannya.
Apa efek jika bayi tidak di bedong?
Sebenarnya, tidak ada dampak yang berbahaya jika bayi tidak dibedong. Namun, bayi yang tidak dibedong saat tidur ada kemungkinan perubahan posisi saat ia tidur. Posisinya yang seharusnya tetap lurus, bisa menjadi miring atau telungkup. Perubahan posisi telungkup tersebut dapat meningkatkan risiko SIDS atau sindrom kematian mendadak pada bayi. Itu sebabnya, Anda perlu tetap mengawasi bayi Anda tidur, saat ia tertidur tanpa bedong, maupun dengan bedong. Selain itu, biarkan ia dibedong dalam keadaan bedong yang longgar.
Bolehkah bayi tidur tanpa bedong?
Sebenarnya, tidak ada aturan khusus apakah bayi harus tidur dengan bedong atau tanpa bedong. Hanya saja, bayi yang dibedong akan lebih nyaman dan hangat saat tidur, sehingga membuat tidurnya lebih nyenyak.
Itulah penjelasan tentang sampai umur berapa bayi pakai bedong. Selalu ingat untuk menghindari risiko-risiko yang bisa membahayakan bayi Anda, ya, Parents.
***
Baca juga:
Sebelum Bunda membedong bayi, perhatikan dulu kata dokter berikut ini!
Banyak pro kontra soal membedong bayi, Tya Ariestya tetap melakukannya
Suster ini ingatkan para orangtua akan bahaya membedong bayi dengan kencang
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.