Kasus kematian bayi tentunya menjadi salah satu informasi yang sangat memprihatinkan bahkan benci untuk dibaca. Namun, agar kejadian semacam ini tak perlu terulang lagi, kami perlu menuliskan mengenai risiko bahaya bedong bayi.
Tragedi yang terjadi Rabu, 10 Januari 2018. Menimpa seorang bayi perempuan berusia empat bulan di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia kehabisan napas karena tercekik bedongnya sendiri.
Orangtua sang bayi menemukannya dalam keadaan pingsan pada pukul 07.30 waktu setempat dan segera membawa bayi tersebut ke rumah sakit terdekat. Selama 15 menit, tim medis berjuang keras untuk membuatnya tersadar, namun sayangnya usaha tersebut tidak berhasil.
Sang bayi rupanya tercekik karena bedongnya tanpa sengaja menutupi wajah sang bayi saat tidur malam.
Kami dari theAsianparent turut berduka dan mendoakan bayi perempuan yang malang ini. Semoga keluarga yang ditinggalkan menemukan kekuatan dalam melewati masa-masa yang sulit.
Potensi Bahaya bedong bayi
Penelitian yang diterbitkan di Pediatrics pentingnya mempertimbangkan usia bayi saat memutuskan akan membedongnya. Mereka menemukan risiko yang kecil tetapi signifikan yang menghubungkan antara SIDS dengan bahaya bedong bayi.
Meski demikian, peneliti masih menganggap bahwa bayi tidur dalam posisi telentang merupakan posisi tidur paling aman untuknya.
Bedong bayi adalah teknik membalut tubuh bayi, terutama bayi baru lahir, dengan menggunakan selimut atau kain bedong (lampin). Bagi sebagian masyarakat, teknik seperti ini dapat membuat bayi merasa nyaman, membantu agar bayi bisa tidur lebih nyenyak, hangat, dan terlindungi seperti saat berada di dalam rahim ibu atau sedang dipeluk erat.
Membedong adalah teknik yang diturunkan dari generasi ke generasi yaitu dengan membungkus bayi menggunakan selimut. Bayi baru lahir yang dibedong akan merasa hangat dan nyaman seperti berada di dalam rahim. Teknik membedong juga diketahui dapat membantu mengatasi kolik pada bayi.
Namun, Parents perlu memerhatikan bahwa bedong bayi tidak bisa dilakukan terus-menerus. Seiring pertumbuhannya, bayi akan belajar berguling dan bergerak.
Jika bayi terus dibedong, bahkan saat tidur malam, ini tentu saja akan meningkatkan risiko ia akan berguling-guling sementara tangan kakinya tidak bergerak bebas.
Dikutip dari laman Alodokter, ada beberapa risiko bedong bayi yang perlu Parents waspadai. Apa saja?
1. Kelainan bentuk panggul
Perlu diketahui, membedong agar kaki bayi tidak bengkok adalah cara yang keliru dan justru bayi berisiko mengalami masalah panggul. Jika bedong terlalu ketat dengan posisi kaki dirapatkan dan diluruskan, ada kemungkinan bayi berisiko lebih tinggi untuk mengalami displasia panggul.
2. Sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS)
Sudden infant death syndrome (SIDS) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi yang berusia di bawah satu tahun dan terlihat sehat, tiba-tiba meninggal dunia tanpa diketahui penyebabnya. SIDS sering terjadi saat bayi sedang tidur.
Bayi berisiko mengalami SIDS apabila saat dibedong dia mengubah posisi menjadi menyamping atau telungkup. SIDS juga bisa terjadi bila bedong bayi terlalu longgar, sehingga kain berisiko bergeser dan menutupi mulut dan hidung bayi. Hal ini bisa membuat bayi sulit bernapas. Selain itu, bedong bayi yang terlalu ketat dapat membuat Si Kecil kepanasan dan meningkatkan risiko SIDS.
Hal yang Penting Diingat sebelum Membedong Bayi!
Artikel terkait: Video Tutorial Cara Bedong Bayi yang Benar Untuk Menghindari Hip Dysplasia
- Kebanyakan bayi berhenti dibedong pada usia 3 – 4 bulan.
- Bayi memang terlahir dengan ‘refleks terkejut’ saat tidur yang hanya terjadi hingga ia berusia 4 – 5 bulan. Hati-hati untuk tidak membedongnya terlalu dini apalagi jika ia memiliki ‘refleks terkejut’ yang kuat.
- Jika Parents melihat bayi Anda selalu berusaha membebaskan dirinya dari bedong, itu berarti Anda perlu mengganti jenis selimut/kain yang digunakan saat membedong. Bahkan, stop membedongnya jika ia sudah menunjukkan tanda-tanda tidak nyaman.
- Jangan biarkan bayi dibedong terlalu lama karena akan mengganggu perkembangan motoriknya.
- JANGAN PERNAH meletakkan bayi dalam posisi tengkurap baik saat dibedong maupun tidak dibedong.
Setelah mengetahui bahaya bedong bayi dan panduan yang aman dalam membedong bayi, kami berharap dapat membantu Parents membuat keputusan apakah akan membedong bayi Anda atau tidak.
Parents punya pendapat lain tentang bedong bayi? Silakan bagikan kisah Anda di kolom komentar.
*Artikel ini disadur dari tulisan di theAsianparent Singapura.
Baca juga:
Suster ini ingatkan para orangtua akan bahaya membedong bayi dengan kencang
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.