Selama kehamilan, seorang wanita akan lebih sensitif terhadap lingkungannya. Bisa saja ibu hamil sering merasa sedih dan menangis karena tingkat hormonal tubuh meningkat. Lalu, akan seperti apa reaksi janin saat ibu menangis?
Berikut penjelasannya, Parents.
Beberapa stres selama kehamilan adalah normal, sama seperti pada masa-masa kehidupan lainnya.
Namun jika stres menjadi konstan, efeknya pada Anda dan janin bisa berlangsung lama.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Association for Psychological Science menunjukkan bahwa emosi ibu juga dapat berdampak pada janin yang berusia enam bulan atau lebih.
Perasaan Anda selama kehamilan juga dapat memiliki peran penting dalam menentukan sikap dan pandangan hidup anak saat ia tumbuh dewasa.
Berikut informasi lengkap reaksi janin saat ibu menangis.
Artikel terkait: Awas, Marah dan Sedih saat Hamil Bisa Berdampak Buruk Bagi Janin
Apa Penyebab Ibu Hamil Sering Menangis?
Mengutip WebMD, perubahan suasana hati dan keinginan menangis lebih sering merupakan sesuatu yang normal jadi pada saat ibu sedang hamil.
Hal ini terutama menjadi intens selama trimester pertama, saat perubahan hormon terjadi signifikan.
Laman Healthline menerangkan bahwa produksi hormon estrogen dan progesteron yang meningkat di trimester pertama merupakan penyebab perubahan suasana hati (mood swing), yang ditandai dengan ibu hamil gampang tersinggung dan merasa sedih.
Selain itu, perubahan hidup dan kesadaran bahwa sebentar lagi akan menjadi orang tua, membuat emosi ibu hamil menjadi lebih turun-naik.
Dan perubahan suasana hati ini akan terus berlangsung di trimester kedua dan ketiga.
Di trimester kedua karena perubahan tubuh dan gejala kehamilan yang semakin bertambah. Lalu di trimester ketiga, biasanya karena kekhawatiran atau antisipasi menanti kelahiran si bayi.
Jadi, jika Anda sekarang mengalami ini, jangan khawatir ini adalah sesuatu hal yang normal.
Artikel terkait: Mengenal Postnatal Anxiety, Kondisi Kecemasan Berlebih pada Ibu Pasca Melahirkan
Kapan Sering Menangis Menjadi Tanda yang Lebih Serius?
Meski menjadi lebih sensitif dan sering menangis adalah sesuatu yang normal, tapi hal ini juga bisa menjadi tanda sesuatu yang lebih serius, seperti depresi atau stres.
Menurut National Childbirth Trust, sekitar satu dari 8 perempuan mengalami depresi atau kekhawatiran selama hamil. Dan satu dari 10 calon ayah mengalami depresi antenatal.
Membedakan mood swing normal dengan depresi bukanlah sesuatu yang mudah.
Saat stres, tubuh beralih ke mode “fight or flight“, lalu mengirimkan ledakan kortisol dan hormon stres lainnya. Ini adalah hormon yang sama, yang melonjak ketika Anda dalam bahaya.
Hormon ini mempersiapkan Anda untuk berlari dengan mengirimkan ledakan bahan bakar ke otot-otot Anda dan membuat jantung Anda memompa lebih cepat.
Jika Bunda bisa mengatasi stres dan melupakannya, respons stres Anda akan surut dan tubuh Anda akan kembali seimbang.
Namun “jenis stres yang benar-benar merusak adalah jenis yang tidak kunjung reda,” kata Susan Andrews, PhD, seorang neuropsikolog klinis dan penulis buku Stress Solutions for Pregnant Moms: How Breaking Free From Stress Can Boost Your Baby’s Potential.
Faktanya, stres yang terus-menerus dapat mengubah sistem manajemen stres tubuh Anda, menyebabkannya bereaksi berlebihan dan memicu respons peradangan.
Peradangan, sering dikaitkan dengan kesehatan kehamilan yang lebih buruk dan masalah perkembangan pada bayi.
“Ada beberapa data yang menunjukkan bahwa penyebab stres kronis yang lebih tinggi pada wanita dan ketidakmampuan untuk mengatasi stresor tersebut mungkin terkait dengan bayi berat lahir rendah dan melahirkan prematur,” kata Ann Borders, MD, MPH, MSc, seorang dokter kandungan di departemen Obstetrics and Gynecology, divisi Maternal-Fetal Medicine, di Rumah Sakit Evanston, NorthShore University HealthSystem.
Menurut Healthline, bila mengalami tanda-tanda ini sebaiknya segera konsultasikan ke dokter:
- Susah konsentrasi
- Kehilangan nafsu makan
- Tidak ingin melakukan sesuatu yang disuka
- Merasa tidak berharga
- Merasa bersalah
- Terlalu sering tidur
- Kesulitan tidur
- Punya pikiran untuk ingin melukai diri sendiri atau orang
Artikel terkait: Berat Badan Lahir Rendah: Penyebab, Tanda, dan Penanganan
Hubungan Stres Ibu dengan Otak Janin
Stres kronis juga dapat berkontribusi pada perkembangan otak yang mungkin menyebabkan masalah perilaku saat bayi tumbuh, tambahnya.
Penelitian di bidang ini masih dini, dan dokter masih perlu mencari tahu hubungan yang tepat antara stres dan kehamilan.
Meski begitu, penting bagi wanita hamil untuk bisa mengelola stres, terutama jika mereka berurusan dengan stres kronis – misalnya, dari masalah keuangan atau masalah hubungan.
“Kami tahu bahwa kami ingin memikirkan cara mengurangi stres yang tidak sehat dan menemukan cara untuk membantu wanita memiliki mekanisme bertahan yang lebih baik untuk mengatasi stres dalam hidup mereka,” kata Borders. “Anda seharusnya tidak merasa bersalah tentang stres”, tambahnya, “tetapi Anda harus berusaha mengendalikannya sebaik yang Anda bisa.”
Depresi selama kehamilan dapat memengaruhi sistem neuroendokrin bayi. Ini mengontrol suasana hati, emosi, dan respons stres seseorang.
Selain itu, meningkatkan kemungkinan anak terserang penyakit mental saat dilahirkan.
Artikel terkait: 3 Doa untuk Menghilangkan Stres saat Hamil, Yuk Baca Bun
Reaksi dan Risiko yang Terjadi pada Janin Saat Ibu Menangis
Selain memengaruhi perkembangan otak janin, 3 hal berikut ini juga bisa terjadi ketika ibu hamil sering menangis:
1. Kelahiran Prematur atau Keguguran
Menangis karena gelisah mengurangi aliran darah, yang berfungsi untuk mengangkut nutrisi yang diperlukan untuk bayi.
Ini dapat menyebabkan masalah pernapasan, berat badan di bawah jumlah yang disarankan, dan dalam kasus terburuk, kelahiran prematur atau keguguran.
2. Memengaruhi Kepribadian Anak
Ketika seorang ibu menangis akibat stres, kadar kortisolnya sangat meningkat dan fungsi plasenta terpengaruh.
Jika ini terjadi, bisa berbahaya bagi bayi karena salah satu fungsi plasenta adalah untuk melindungi janin dari kortisol.
Kondisi ini dapat memiliki pengaruh negatif, meningkatkan risiko anak mengembangkan masalah perilaku seperti hiperaktif, Attention Deficit Disorder (ADD) atau penyakit mental lainnya.
3. Perkembangan Janin Lambat
Jika ibu mengalami stres atau sedih yang berkepanjangan disertai dengan tangisan, hal tersebut dapat menyebabkan bayi berkembang lebih lambat dari biasanya.
Ini karena bayi, bahkan ketika mereka berada dalam kandungan, dapat merasakan suasana hati ibu mereka.
Cara Mengatasi Emosi yang Naik Turun saat Hamil
Coba lakukan beberapa hal berikut untuk mengatasi saat-saat ingin menangis ketika hamil:
- Tidur yang cukup
- Lakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti olahraga ringan, yoga. Pastikan dengan seizin dokter ya, Parents.
- Bercerita dengan ibu lain yang sedang hamil
- Minta bantuan orang lain untuk mempersiapkan kelahiran sehingga Anda tidak kewalahan mengurus segala sesuatunya sendiri
***
Itulah informasi tentang reaksi janin saat ibu menangis dan efeknya bagi kandungan.
Yuk, mulai mengelola emosi dan stres, agar Bunda bahagia selalu.
Emotions during pregnancy
www.nct.org.uk/pregnancy/how-you-might-be-feeling/emotions-during-pregnancy
Crying Spells
www.webmd.com/baby/crying-spells
Does Pregnancy Have You Crying Like a Baby? Here’s Why and What You Can Do
www.healthline.com/health/pregnancy/crying-during-pregnancy#causes
Crying During Pregnancy: Causes And Effects On Unborn Baby
www.momjunction.com/articles/pregnancy-crying-causes-tips-to-cope_00793012/
Baca juga:
Bisa untuk ASI Booster! Ini 4 Manfaat Daun Bangun-bangun bagi Ibu Menyusui
8 Jenis Perawatan Tubuh Ibu Hamil di Trimester Pertama yang Aman Dilakukan