Tahukah Bunda, menjelang menstruasi ada kondisi bernama PMDD atau premenstrual dysphoric disorder? PMDD adalah gangguan mood drastis yang terjadi pada perempuan ketika siklus menstruasi datang.
Daftar isi
Apa Itu PMDD atau Premenstrual Dysphoric Disorder?
Menjelang menstruasi, Bunda mungkin akan mengalami beberapa perubahan mood, nyeri badan, sakit kepala, dan gejala lain yang disebut sebagai premenstrual syndrome (PMS). Namun, dalam beberapa kasus yang parah, perempuan juga bisa mengalami PMDD alih-alih PMS.
Perempuan yang mengalami PMDD mengalami gejala jauh lebih parah dari PMS. Ia biasanya akan merasa kesepian, sedih, cemas berlebihan, emosi tidak stabil, depresi hingga munculnya keinginan bunuh diri. Maka itu, PMDD juga kerap dikenal sebagai kondisi depresi saat haid.
Melansir Cleaveland Clinic, sebanyak 10% perempuan usia produktif mengalami PMDD. Kondisi ini pun perlu diwaspadai karena termasuk kondisi kronis serius yang perlu segera diatasi, Bun.
Apa Bedanya PMS dengan PMDD?
Gejala PMS dan PMDD cenderung mirip sehingga sulit dibedakan. Namun, yang perlu dicatat, gejala PMDD umumnya lebih ekstrem.
Perempuan dengan PMDD akan mengalami gangguan mood drastis dan depresi yang sering kali membuatnya kalut. Kondisi ini bisa mengganggu aktivitas harian sehingga diperlukan pertolongan medis.
Sementara saat PMS, perempuan mungkin akan mengalami masalah mood seperti menjadi emosional, mudah marah, atau kerap kali merasa cemas. Namun, kondisinya bisa dikontrol dan ia masih dapat beraktivitas seperti biasa.
Perempuan yang mengalami PMDD juga biasanya punya riwayat depresi sebelumnya. Pada beberapa kasus, penderita PMDD juga dapat memiliki pikiran bunuh diri.
Penyebab dan Faktor Risiko PMDD
Hingga saat ini, penyebab pasti dari PMDD belum diketahui secara pasti. Namun, ada kemungkinan kondisi PMDD disebabkan oleh perubahan hormon ekstrem yang berkaitan dengan siklus menstruasi.
Mengutip WebMD, studi menemukan adanya keterkaitan antara PMDD dan kadar hormon serotonin rendah.
Serotonin adalah zat Kimia di otak yang membantu mengirimkan sinyal saraf. Sel otak yang menggunakan hormon ini juga berperan dalam mengendalikan suasana hati, siklus tidur, dan rasa sakit. Nah, perubahan hormon dapat menyebabkan penurunan serotonin yang mungkin menyebabkan gejala PMDD. Meski begitu, penilitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan hal ini.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko PMDD pada perempuan, yakni:
- Mengalami PMS
- Memiliki riwayat depresi, gangguan panik, depresi pascamelahirkan (postpartum depression), dan gangguan kesehatan mental lainnya.
- Adanya anggota keluarga yang punya riwayat PMS, PMDD, atau gangguan mood lainnya
- Pernah mengalami trauma masa lalu seperti menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga atau pengalaman traumatis lainnya
- Gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok, kecanduan alkohol, jarang olahraga
Gejala & Ciri-ciri PMDD
Gejala awal PMDD biasanya mirip dengan PMS. Saat perempuan mengalami PMDD, kehidupan rumah tangga, pekerjaan, sekolah, dan hal sosial lain akan terpengaruh oleh perasaan kalut yang luar biasa.
Gejala PMDD dapat muncul 1-2 minggu sebelum hari pertama menstruasi. Biasanya, gejala dapat hilang 2-3 hari setelah menstruasi. Berikut ini sederet gejala dan ciri-ciri premenstrual dysphoric disorder yang perlu Bunda ketahui:
- Perasaan ketidakbahagiaan yang ekstrem
- Tidak dapat melihat masa depan yang positif
- Merasa tidak berharga dan tidak berguna dalam segala hal
- Sensitif terhadap penolakan atau kritik yang datang padanya
- Merasa sedih atau menangis tanpa alasan tertentu
- Mengalami rasa gelisah maupun perasaan mencekam
- Adanya rasa marah yang terjadi terus-menerus dan mudah merasa terganggu, sehingga terjadi peningkatan konflik dengan orang lain
- Sulit bertemu dengan orang lain, kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari seperti bekerja, sekolah, teman, atau hobi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Merasa lelah sepanjang waktu, atau memiliki energi lebih sedikit dari biasanya
- Adanya perubahan nafsu makan
- Perubahan pola tidur, menjadi sulit tidur atau malah kelebihan tidur
- Memiliki perasaan terbebani atau tak bisa mengendalikan diri
- Nyeri atau payudara bengkak
- Sakit kepala
- Nyeri sendi atau otot
- Memiliki sensasi ‘kembung‘ di perut
Diagnosis PMDD
Bunda sebaiknya tidak menduga-duga atau self diagnosis terkait kondisi ini. Apabila merasa mengalami gejala PMDD, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.
Biasanya, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda melalui beberapa tes. Dokter dapat mendiagnosis PMDD apabila:
- Pasien memiliki setidaknya 5 gejala PMDD yang sudah disebutkan
- Gejala yang dialami muncul 7-10 hari sebelum menstruasi
- Gejala hilang setelah menstruasi mulai atau sudah selesai
Jika gejala PMDD termasuk gangguan mood tidak menghilang ketika menstruasi dimulai, ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Komplikasi PMDD
Apakah PMDD berbahaya? Jawabannya, PMDD mungkin akan menjadi berbahaya apabila tidak segera ditangani dengan baik. PMDD yang dibiarkan bisa berkembang menjadi depresi, dan dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan penderitanya bunuh diri.
Selain itu, PMDD adalah salah satu penyakit kronis yang mungkin bisa memberikan efek negatif pada kehidupan sosial dan karier pasien.
Apabila Anda atau orang terdekat mengalami gejala PMDD disertai pikiran bunuh diri, segera hubungi pertolongan darurat.
Pengobatan dan Cara Mengatasi PMDD
Beberapa upaya bisa dilakukan untuk mengurangi gejala PMDD. Beberapa cara mengatasi PMDD adalah:
- Antidepresan. Pastikan hanya mengonsumsi obat ini dengan resep dokter
- Terapi hormon seperti pil KB
- Terapkan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rutin olahraga, dan cukup istirahat
- Kelola stres dengan baik dengan melakukan meditasi, yoga, atau melakukan kegiatan yang disukai
- Mengonsumsi suplemen vitamin seperti vitamin B6, kalsium, dan magnesium. Karena kondisi setiap orang berbeda, maka bisa dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum memutuskan mengonsumsi suplemen tertentu.
- Beberapa obat pereda nyeri yang dijual bebas di apotek juga dapat membantu meredakan gejala sakit kepala, nyeri payudara, atau kram yang kerap dialami
Artikel terkait: Kenali perbedaan depresi dan stres berikut ini.
Ada baiknya keluarga terdekat juga mengetahui jika seseorang memiliki PMDD. Orang yang memiliki depresi saat menstruasi harus didampingi ketika masa puncak PMDD muncul. Pasalnya, keinginan bunuh diri sangat kuat dan kesepian akut akan membuatnya makin sulit melalui hari-harinya.
Penting untuk mencatat siklus haid agar pendampingan pada pasien PMDD bisa dilakukan. Bahkan, jika siklus haid tak teratur.
PMDD adalah kondisi serius yang perlu diperhatikan. Dukungan dari orang-orang sekitar adalah kunci agar perempuan yang mengalami depresi saat menstruasi tidak melakukan hal berbahaya yang dapat mengancam nyawa.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
PMDD
www.webmd.com/women/pms/premenstrual-dysphoric-disorder
Premenstrual Dysphoric Disorder
my.clevelandclinic.org/health/articles/9132-premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd
***
Baca Juga:
Kapan Waktu yang Normal untuk Menstruasi Kembali Setelah Melahirkan?
id.theasianparent.com/remaja-perempuan-berenang-saat-menstruasi