Tidak mudah memahami dunia anak-anak yang begitu kompleks. Terkadang, orangtua mengalami kesulitan berkomunikasi bahkan dengan anak-anaknya sendiri. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan anak dalam mengekspresikan dirinya. Nah, salah satu cara untuk membantu anak memahami dirinya adalah dengan play therapy atau terapi bermain. Apa itu terapi bermain? Apa saja manfaatnya? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Apa Itu Play Therapy? Kenali Manfaatnya untuk Kendalikan Emosi Anak
Sumber: iStockphoto
Masa kanak-kanak adalah masanya untuk bermain. Wajar bila anak seperti tak kehabisan tenaga bermain seharian. Nah, tahukah Parents bila aktivitas bermain juga bisa menjadi medium untuk terapi? Aktivitas ini disebut play therapy atau terapi bermain.
Grace Melia, seorang Therapeutic Play Practitioner dan kreator @weplaytolearn menjelaskan bahwa terapi bermain adalah layanan terapis untuk membantu mengatasi anak yang memiliki masalah emosi dan perilaku.
“Play therapy adalah layanan psiko-terapis untuk membantu anak yang memiliki tantangan atau isu dalam emosi, perilaku, dan atau sosial,” kata Grace Melia saat acara live Instagram bersama theAsianparent Indonesia, Kamis (18/3/2021).
Terapi bermain memiliki banyak manfaat, di antaranya yaitu menumbuhkan rasa empati, mengasah keterampilan sosial, mengembangkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasar, hingga memperkuat hubungan antara anak dan orangtua.
Play Therapy Tidak Bisa Dilakukan Sendiri, Harus Didampingi oleh Ahlinya
Sumber: iStockphoto
Semakin hari semakin banyak orangtua yang berminat memberikan terapi bermain untuk anaknya. Namun, sering ada kesalahpahaman bahwa terapi bermain bisa dilakukan secara mandiri. Faktanya, terapi bermain hanya bisa dilakukan oleh terapis yang memang sudah ahli.
“Play therapy harus dengan ahlinya, kalau dengan orangtua namanya, ya, bermain,” ungkap Grace.
Gesi, panggilan akrab Grace Melia, mengungkapkan perbedaan antara play therapy dengan bermain. Keduanya tidaklah sama, tetapi selama ini sering kali disalahpahami. Terapi bermain menuntut kehadiran seorang ahli supaya bisa melakukan penilaian selama sesi terapis berlangsung.
Untuk lamanya waktu terapi, Gesi menjelaskan bahwa satu kali sesi terapi membutuhkan waktu 40 menit. Total ada 12 sesi yang minimal harus diikuti oleh anak di mana satu kali sesi diadakan setiap satu minggu. Oleh sebab itu, sebelum ikut terapi bermain, Gesi berpesan agar orangtua mau berkomitmen mendampingi anaknya.
“Seminggu sekali dan at least 12 sesi. Ortu perlu komitmen untuk mengantarkan anak,” jelasnya.
Kondisi Apa Saja yang Bisa Diatasi dengan Terapi Bermain?
Sumber: Pixabay
Di awal tulisan telah dijelaskan bahwa terapi bermain memiliki manfaat untuk anak dengan masalah emosi dan perilaku. Namun, ada pula kondisi-kondisi lainnya yang bisa diatasi dengan jenis terapi ini, di antaranya adalah:
- Anak yang mengalami gangguan tidur seperti mimpi buruk.
- Menghadapi situasi yang sulit seperti dikeluarkan dari sekolah, mengalami kekerasan, orangtua berpisah, atau kehilangan orangtua.
- Mengalami trauma.
- Anak adopsi atau anak angkat.
- Mengalami gangguan kecemasan, stres, atau memiliki fobia.
- Menarik diri dari lingkungan atau bersikap murung.
- Sulit berteman atau sering bertengkar dengan teman atau saudara.
- Mem-bully orang lain atau menjadi korban bullying.
- Emosi meledak-ledak atau menunjukkan perilaku negatif.
Nantinya, terapis akan memberikan penilaian agar orangtua juga bisa memantau apakah terapi bermain yang diikuti oleh anak berhasil. Indikator keberhasilan biasanya dilihat dari perkembangan perilaku. Apakah ada yang berubah sebelum dan sesudah mengikuti terapi.
Selain Play Therapy, Orangtua Bisa Lakukan Special Time untuk Lebih Dekat dengan Anak
Sumber: Pixabay
Play therapy tidaklah sama dengan bermain. Sebab, terapi bermain membutuhkan terapis. Namun, untuk membantu orangtua memahami anak, bisa juga dengan meluangkan waktu bermain menggunakan konsep special time.
Gesi mengatakan, special time hanya membutuhkan waktu 15 menit setiap harinya. Namun, selama waktu tersebut, orangtua benar-benar harus mengikuti kegiatan bermain anak dan tidak boleh memberikan instruksi.
“Bermain dan parenting itu tidak ada urusannya dengan kuantitas tapi kualitas. Lima belas menit kita bener-bener follow anak maunya ngapain. Kita tidak memberi instruksi. Pokoknya bener-bener kita yang ngikutin anak kecuali yang dilakukan anak membahayakan,” jelasnya.
Selain itu, orangtua juga tidak boleh menjadikan waktu bermain dengan anak sebagai alat transaksi. Misalnya, hanya bersedia main dengan anak jika mereka mau makan sayur.
“Membuat waktu bermain sama anak itu bener-bener dibikin waktunya. Make time bukan find time jadi kita punya dedikasi. Jangan jadikan waktu bermain dengan anak sebagai alat transaksi. Play time bukan alat transaksi sama anak,” tegas Gesi.
Gesi juga menegaskan bahwa kedekatan anak dengan orangtua merupakan investasi. Kedekatan perlu dibangun sejak masih anak-anak supaya ketika dewasa nanti, anak mau bersikap terbuka dengan orangtua. Nah, salah satu caranya adalah dengan menciptakan waktu untuk bermain bersama.
“Ketika anak sudah remaja, kita akan kesulitan masuk ke dunia anak. Untuk bisa deket dengan anak di masa remaja, harus dimulai di masa sekarang. Kedekatan anak dan orangtua itu investasi emas,” katanya.
Nah, Parents, sekarang sudah makin tahu, ya, tentang play therapy dan manfaatnya. Apakah Parents tertarik dengan terapi bermain? Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!
Baca juga:
10 Manfaat Terapi Pelukan
5 Tanda Anak Butuh Terapi Makan, Parents Jangan Sampai Abai!
Ketahui Manfaat Terapi Okupasi untuk Anak Autisme
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.