Berbagai macam perjuangan untuk mendapatkan buah hati rasanya telah saya lakukan. Kisah ini bermula sejak saya menikah, kala itu saya tersadar memang kebahagiaan keluarga terletak pada perempuan.
Tidak terhitung perjuangan yang dilakukan perempuan demi membuat keluarganya bahagia. Mungkin orang menganggap pernikahan kami masih seumur jagung, alias kami baru menjalani pernikahan selama 2 tahunan.
Saya pribadi merasakan kalau setelah menikah ada perbedaan emosi tidak seperti pas masih ladies alias lajang. Mulai dari pola pikir yang berbeda, kebiasaan sehari-hari yang ternyata baru diketahui juga berbeda, bahkan menyadari juga ternyata tidak gampang untuk mendapatkan buah hati.
Dahulu saya dan suami berpikir kalau punya anak itu gampang, tinggal berhubungan badan, terus hamil. Sebab, banyak orang yang masih pacaran saja bisa hamil, apalagi kita yang sudah halal.
Sempat Jadi Omongan Orang dan Mengalami Gangguan Kesuburan
Gambar hanya ilustrasi.
Awal-awal menikah menyenangkan sekali karena kita sama-sama mendapatkan pengalaman baru. Sudah mulai 3 bulan selanjutnya umur pernikahan, mulai panas ini telinga sama omongan orang-orang seperti, “Bukannya sudah nikah, kok belum hamil juga?” dan masih banyak lagi yang lain.
Akan tetapi, ada juga teman yang support dan menenangkan hati yang panas membara ini. Ingin rasanya saya menjawab pertanyaan orang-orang itu kalau saja punya anak seperti bikin donat, pasti sudah saya bikin itu anak 2 lusin.
Lama kelamaan saya dan suami mulai terbiasa serta tidak menghiraukannya, kita lebih menyibukkan diri dengan perkerjaan dan berlibur bersama supaya tidak stres. Namun, kalau ingat omongan julid mereka, saya terkadang menangis, tetapi alhamdulillah punya suami yang super-duper perhatian dan bisa menenangkan hati dengan kata-kata dan sikapnya.
Enam bulan pernikahan kita mulai mencoba memeriksakan diri ke dokter obgyn untuk mengantisipasi apa ada masalah pada kesuburan kita berdua. Kita pun melakukan pemeriksaan cek lab.
Hasil nya pun keluar, saya dan suami tidak menyangka ternyata dari sisi suami ada masalah kesuburan. Saya pun mencoba menenangkan suami dan kita mulai pengobatan tradisional, mulai dari konsumsi kurma muda, buah zuriat, hingga madu kesuburan semua dikonsumsi, namanya juga ikhtiar, ya, Bund.
Perjuangan Kami Mendapatkan Buah Hati pun Menunjukkan Hasilnya
Gambar hanya ilustrasi.
Bulan berikutnya saya datang ke dokter lagi untuk berkonsultasi hasil lab dari suami dan saya menanyakan kondisi saya yang telat menstruasi seminggu lebih. Dokter memeriksa saya dan menganjurkan untuk melakukan test pack.
Masyaallah ternyata saya hamil! Saya dan suami meneteskan air mata serta terharu dengan berita ini. Saat menjalani kehamilan, saya masih aktif bekerja.
Lalu, pada saat pemeriksaan 3 bulan kehamilan, Allah memberi kami cobaan bahwa janin yang saya kandung sudah tidak ada detak jantungnya. Hancur rasa hati ini mendengar ungkapan itu dari dokter.
Saya pun memeriksakan diri kepada 2 dokter obgyn yang berbeda, berharap ada mukjizat dari Allah karena Dia pemilik segalanya. Namun semua dokter yang kami datangi memberi diagnosis sama, dan saya pun menjalani kuret.
Kembali Melakukan Program Hamil Demi Mendapatkan Momongan
Gambar hanya ilustrasi.
Setelah setahun pascakuret dan hati sudah mulai mantap, kami pun menjalani program hamil dengan modal nekat dan seadanya. Kami menjalani program hamil selama 3 bulan. Kalau ditanya berapa dananya, kami enggak menghitungnya.
Pada bulan ke-4 program kehamilan, Allah maha baik menjawab doa-doa kami dan mempercayakan kami untuk memiliki buah hati. Sekarang saya hamil 24-25 minggu, doakan semoga bisa lancar dan sehat sampai lahiran, ya, Bun.
Itulah pengalaman tentang perjuangan mendapatkan buah hati versi saya. Semoga memberi semangat untuk pejuang garis dua di luar sana. Percaya dan prasangka baik kepada yang kuasa, Allah tidak pernah tidur dan akan selalu menjawab doa hamba-Nya di waktu yang tepat menurut Allah.
Ditulis oleh Dwi Apriyanti
Baca juga:
Perjalanan Kehamilan Pertama yang Diterpa Duka, Ibuku Meninggal Dunia
Kisahku Menjadi Relawan COVID-19, Tiap Malam Selalu Terbayang Senyum Anak di Rumah
Perjalanan Sebagai Seorang Ibu Tidaklah Mudah, Ini Pesanku untuk Para Bunda
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.