Perbedaan pola asuh anak dari orangtua dengan asal negara yang sama saja masih kerap terjadi, apalagi pola asuh anak dari orangtua yang berbeda negara, ya, Parents. Mulai dari bahasa yang berbeda, budaya yang tak sama, hingga kebiasaan dan pola pikir berlainan bisa membuat pola asuh anak menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua.
Image: Freepik
Hakikatnya, pola asuh atau pola didik anak memang tidak pernah sama. Setiap orangtua tentu saja memiliki karakter dan ciri khasnya masing-masing. Semua tergantung dari kemampuan dan pemahaman orangtua terhadap metode apa yang akan digunakan untuk mendidik buah hatinya.
Meskipun berbeda-beda, tetapi setiap orangtua pasti menginginkan agar pola asuh yang diterapkan dapat membuat sang anak tumbuh menjadi pribadi yang baik. Namun, tak jarang di dalam perjalanan membesarkan anak tercinta, orangtua sering menghadapi berbagai tantangan. Hal ini pun membuat para orangtua bertanya-tanya, apakah pola asuh yang selama ini dijalankan sudah tepat atau tidak?
Perbedaan Pola Asuh Anak Beda Negara
Bagi pasangan suami istri yang memiliki latar belakang kebudayaan yang sama, seperti berasal dari negara yang sama, perbedaan pola asuh anak terasa lebih mudah untuk diminimalkan.
Akan tetapi, bagaimana dengan orangtua yang berasal dari negara berbeda? Tentu saja butuh usaha ekstra untuk mengatasi perbedaan pola asuh anak. Sebab, orangtua memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
Image: Freepik
Adanya perbedaan budaya, bahasa, kebiasaan, dan karakter di masing-masing negara memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap cara orangtua mendidik anaknya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Rena Çelik, perempuan Indonesia yang menikah dengan suami berkebangsaan Turki.
Perempuan yang sudah dua tahun menetap di Turki ini menceritakan realita pola asuh anak yang sering dihadapi oleh pasangan suami istri Turki-Indonesia kepada theAsianparent.
Seperti apa kisahnya? Simak penuturannya di bawah ini, yuk, Parents.
Perbedaan Pola Asuh Anak Indonesia dan Turki
Rena Çelik menceritakan bahwa ada empat poin utama yang begitu dirasakan dalam mendidik atau mengasuh anak dari orangtua pasangan Indonesia-Turki. Poin-poin tersebut, yaitu:
1. Bahasa
Anak dari hasil pernikahan orangtua yang berbeda negara asalnya, pada umumnya akan menguasai dua bahasa. Yakni bahasa dari negara sang ayah dan dari negara sang ibu.
Salah satu negara mungkin ada yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utamanya. Dalam hal ini, berkomunikasi akan lebih mudah, karena sang ayah dan ibu bisa menuturkan bahasa Inggris yang merupakan bahasa universal.
Akan tetapi, bagaimana dengan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utamanya? Contohnya, seperti Turki dan Indonesia.
Indonesia dan Turki masing-masing menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Turki sebagai bahasa pengantar yang utama. Sementara bahasa Inggris, hanya sebagai pilihan di negara-negara tersebut.
Image: Freepik
Berdasarkan penuturan Rena, bahasa menjadi sorotan paling utama dalam hal mengasuh atau mendidik anak hasil pernikahan beda negara. Ia menceritakan pengalaman temannya yang juga menikah dengan suami berkebangsaan Turki. Mereka tinggal di Turki dan sang ibu sempat memiliki kekhawatiran terhadap anaknya mengenai bahasa.
Rena menceritakan kisah temannya itu, sebut saja A, yang memiliki anak laki-laki berusia balita. Sang ibu pernah merasakan kekhawatiran jika buah hatinya di kemudian hari tidak lancar menuturkan bahasa ayahnya (bahasa Turki) karena lebih sering berkomunikasi dengan sang ibu menggunakan bahasa Indonesia.
Akhirnya, kekhawatiran sang ibu perlahan sirna seiring berjalannya waktu. Sang anak ternyata bisa memahami bahasa Turki dengan cepat di usianya yang masih balita.
Menariknya, bahasa Turki sang anak lebih lancar daripada sang ibu. Faktor tempat tinggal ternyata turut memengaruhi hal ini. Pasalnya, mereka tinggal di pemukiman penduduk Turki, di mana sang anak banyak bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Tidak hanya bisa berbahasa Turki dengan cepat, sang anak juga bisa mengucapkan beberapa kosakata dalam bahasa Inggris dengan cukup baik. Saat ini, sang anak pun akhirnya bisa menguasai bahasa ibunya (Indonesia), bahasa ayah (Turki) dan bahasa Inggris.
2. Karakter
Selain bahasa, karakter orang Indonesia yang berbeda dengan orang Turki juga bisa memengaruhi pola asuh anak.
“Orang-orang dewasa di Turki pada umumnya cenderung lebih kasar dan enggak sabaran kalau kita bandingin dengan orang Indonesia. Ini juga berpengaruh soal mendidik anak,” ucap Rena.
Image: Freepik
Rena menceritakan pengalamannya yang melihat bahwa para suami di Turki pada umumnya lebih cerewet dalam hal mendidik anak. Hal ini sedikit berbeda dengan orang Indonesia, di mana sang ibu yang biasanya lebih berperan soal mengurus anak dan rumah tangga.
Tidak hanya itu, Rena juga menuturkan bahwa peran mertua (kakek-nenek) dari suami berkebangsaan Turki sangat terasa, apalagi saat memiliki anak yang masih bayi. Sang kakek dan nenek akan turun tangan langsung untuk ikut mengasuh cucunya yang masih bayi.
3. Kebiasaan Sehari-Hari
Kebiasaan sehari-hari orang Turki dalam hal mendidik anak juga dapat dilihat dari cara makan dan jam tidur anak.
“Di Turki, anak-anak dari kecil bahkan bayi sudah punya kamar sendiri, beda dengan kita di Indonesia. Jadi, umumnya anak-anak di sini (Turki) sudah dibiasakan mandiri sejak kecil dengan punya kamar tidur sendiri,” ujar Rena.
Image: Freepik
Selain itu, jam tidur anak-anak di Turki juga terbilang lebih lama jika dibandingkan dengan di Indonesia.
“Pola tidur anak juga berpengaruh. Anak sini (Turki) jarang yang tidurnya jam 8 atau 9 malam. Biasanya mereka sampai larut malam, karena pola tidur orang sini juga beda dengan orang Indonesia, baru tidur di atas jam 11 malam,” ungkap Rena.
Rena menambahkan, anak-anak di Turki sudah dibiasakan untuk makan sendiri sejak masih kecil (balita). Sedangkan di Indonesia, kebanyakan anak-anak balita masih diberikan suapan oleh orangtua ketika makan.
4. Mazhab
Indonesia dan Turki dikenal sebagai negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Meskipun sama-sama beragama Islam, tetapi masyarakat Indonesia dan Turki menganut mazhab (golongan) yang berbeda. Pada umumnya, Turki menganut mazhab Hanafi, sedangkan Indonesia menganut mazhab Syafi’i.
Perbedaan mazhab ini juga sedikit banyak berpengaruh terhadap pola asuh anak dari hasil pernikahan orangtua Indonesia-Turki.
Image: Freepik
“Di Turki, anak-anak boleh megang anjing. Karena di sini mayoritas penganut mazhab Hanafi, jadi bermain-main dengan anjing, menyentuhnya, ya enggak dipandang jelek, asalkan jangan sampai dijilat. Beda dengan di Indoneisa ya, memegang anjing bagi orang muslim tetep enggak boleh,” ucap Rena.
Selain itu, Rena juga menceritakan pengalamannya yang juga mengetahui adanya perbedaan mazhab yang bisa memengaruhi pola asuh anak.
“Jadi di Turki kalau makan seafood (seperti cumi-cumi, udang) itu enggak biasa, hampir seperti makruh hukumnya. Ada anak temen yang bilang ke ibunya kenapa ibu makan seafood, sedangkan ayah enggak makan. Ya itu tadi, karena adanya perbedaan mazhab yang dianut umat Islam di Turki dan Indonesia,” jelas Rena.
Tips Pola Asuh Anak Beda Negara
Image: Freepik
Dari beberapa perbedaan di atas, ada beberapa hal yang kita simpulkan untuk mendidik anak jika memiliki pasangan yang berbeda asal negaranya dengan kita, yaitu sebagai berikut:
- Toleransi – toleransi diperlukan untuk ditanamkan kepada anak sejak kecil agar ia bisa memahami dan menghargai perbedaan adat atau kebiasaan dari negara sang ibu dan sang ayah.
- Kesepakatan – kesepakatan antara suami dan istri dapat mencegah kesalahpahaman dalam menerapkan pola asuh anak apabila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tak sesuai harapan.
- Sabar dan konsisten – pasangan suami istri beda negara harus lebih ekstra sabar serta konsisten dalam mendidik anak agar perbedaan yang ada bisa diatasi dengan baik.
Parents, itulah beberapa poin yang menjadi perbedaan pola asuh anak dari orangtua dengan asal negara yang berbeda, khususnya Indonesia dan Turki. Meskipun Parents terkadang memiliki perbedaan dalam hal mengasuh buah hati tercinta, tetapi tumbuh kembang anak yang optimal, baik secara fisik dan mental tetap harus menjadi prioritas utama. Jangan sampai karena perbedaan di antara orangtua, anak menjadi korbannya.
Baca Juga:
4 jenis pola asuh anak yang populer di kalangan keluarga Indonesia, mana yang Parents terapkan?
Penelitian: Pola Asuh Religius Bikin Anak Lebih Sehat dan Bahagia
Anaknya baru 9 bulan, Raisa dan Hamish sudah tentukan pola asuh untuk Zalina
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.