7 Penyebab Bayi Muntah Setelah Minum ASI, Waspadai Jika Disertai Gejala Ini

Bayi muntah ASI memang wajar. Tetapi waspadai jika setelah menyusui bayi muntah diikuti gejala ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Adalah hal yang biasa terjadi saat mendapati bayi muntah ASI, sebab sebagian bayi pasti mengalami hal ini setelah menyusui.

Meskipun normal, ketahui penyebab bayi muntah setelah minum ASI agar penanganan yang tepat dapat dilakukan.

Muntah setelah minum ASI dikenal dengan istilah “gumoh”.

Gumoh disebabkan oleh ASI kembali ke kerongkongan, karena otot di saluran pencernaan bayi masih lemah. 

Ini adalah hal wajar, dengan catatan bayi tidak menjadi rewel atau sesak napas setelahnya.

Muntah ini menjadi berbahaya jika ada gejala lain yang muncul setelahnya.

Artikel terkait: Bayi Muntah Kuning Bisa Berbahaya, Perhatikan Gejalanya Berikut

Daftar isi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyebab Bayi Muntah Setelah Minum ASI dan Susu

Pada dasarnya, gumoh terjadi akibat adanya ASI yang ditelan bayi, namun kembali lagi ke kerongkongan alias refluks.

Refluks disebabkan karena ukuran lambung bayi masih sangat kecil dan karena katup pada kerongkongan belum sempurna, sehingga belum bekerja secara optimal untuk menahan isi lambung.  

“Umumnya, bayi muntah setelah minum ASI akan berlangsung hingga usia bayi memasuki 4-5 bulan. Setelah itu, gumoh akan berhenti dengan sendirinya seiring dengan menguatnya katub pada kerongkongan,” demikian penuturan dr. Gita Permatasari selaku konselor laktasi saat kami hubungi melalui pesan WhatsApp.

Mengutip berbagai sumber, ini penyebab yang melatarbelakanginya.

1. Minum ASI Berlebihan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyebab bayi muntah setelah minum ASI yang sering terjadi adalah minum ASI yang berlebihan.

Bayi memiliki perut yang kecil dengan sistem pencernaan yang belum sepenuhnya sempurna.

Bukannya kenyang, terlalu banyak ASI akan membuat bayi mengeluarkan sebagian ASI yang telah ia minum.

Saat bayi merasa kekenyangan, ia bisa merasakan kembung, begah, dan sakit perut.

Rasa tidak nyaman ini yang membuat bayi muntah usai minum ASI.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Untuk itu, ada baiknya Bunda mengatur jumlah ASI yang diminum oleh bayi, tidak terlalu sedikit dan juga tidak berlebihan.

Artikel terkait: Agar ASI Banyak dan Kental, Simak 6 Cara yang Bisa Dilakukan

2. GERD

Pada kondisi tertentu, bisa jadi bayi yang muntah setelah minum ASI bisa menandakan ada masalah yang tak boleh disepelekan.

Salah satunya GERD atau gastroesophageal reflux disease.

Ini terjadi ketika asam lambung di perut bayi naik ke kerongkongan disertai ASI yang sebelumnya diminum.

Hal ini dapat menyebabkan bayi muntah di minggu pertama atau bulan kehidupannya.

GERD pada bayi biasanya disertai gejala lain seperti rasa sakit dan tidak nyaman, tersedak, batuk, mengi, atau masalah pernapasan lainnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Segera periksakan pada dokter terkait kondisi ini untuk mendapat penanganan tepat.

3. Menelan Udara Saat Menyusu

Tidak sengaja menelan udara selama menyusu juga bisa menjadi penyebab bayi muntah pasca menyusui.

Ini kerap terjadi pada bayi yang minum ASI melalui botol.

Jika bayi terlalu cepat minum susu, bisa jadi udara akan ikut terhirup bersama susu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Udara yang tertelan akhirnya menyebabkan kembung dan ketidaknyamanan pada bayi.

Akibatnya, bayi memuntahkan kembali ASI yang telah diminumnya.

Batasi penggunaan botol susu dan pastikan bayi minum ASI secara perlahan.

4. Alergi

Alergi pada bayi bisa menjadi penyebab muntah ASI.

Si Kecil bisa juga merasa tidak nyaman atau sakit ketika bereaksi terhadap sesuatu yang dimakan atau diminumnya.

Hal ini bisa juga berasal dari makanan yang dikonsumsi ibu. Terdapat deretan makanan yang berpotensi menjadi alergen.

Antara lain susu, telur, gandum, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan dan kerang-kerangan membuat tingkat alergi bayi menjadi lebih tinggi.

Alergi biasanya akan disertai gejala lain misalnya diare, bengkak, dan gatal di sekitar mulut, hidung atau matanya.

Gejala ini biasanya muncul dalam beberapa menit atau jam setelah minum ASI.

Artikel terkait: Kenali Tanda dan Penyebab Cluster Feeding, Kondisi Bayi Sering Menyusu

5. Masalah Pencernaan

Sistem kekebalan tubuh bayi masih berkembang seiring pertumbuhannya.

Pada masa ini, bayi bisa rentan terkena infeksi virus dan bakteri pada pencernaanya. Terlebih, kondisi ini bisa datang secara tiba-tiba.

Bayi mungkin memiliki siklus muntah yang datang dan pergi selama sekitar 24 jam. Ini bisa memiliki gejala lain seperti bayi diare, demam atau sakit perut. 

Segera periksakan pada dokter jika gejala ini tak kunjung hilang selama lebih dari 24 jam.

Kondisi ini mungkin adalah reaksi alergi terhadap susu sapi atau susu formula yang mengandung susu sapi. 

Dalam kasus yang jarang, bayi mungkin memiliki intoleransi laktosa atau alergi protein susu.

Namun, perlu diingat bahwa ini datang dengan gejala lain, seperti diare.

Konsultasikan dengan dokter anak jika Bunda mencurigai adanya alergi atau intoleransi.

Dokter anak mungkin merekomendasikan perubahan pola makan atau menyusui si kecil untuk mengurangi muntah ASI. Pilihan meliputi:

  • Susu formula protein kedelai
  • Susu formula terhidrolisis ekstensif (EHF), sejenis formula yang mengandung protein yang dipecah dari susu sapi yang tidak mungkin menyebabkan reaksi alergi. 
  • formula berbasis asam amino (AAF), atau formula alternatif untuk bayi yang bermasalah dengan EHFs
  • Namun, perlu diingat bahwa bayi biasanya tumbuh dari masalah pencernaan seiring bertambahnya usia.

6. Flu

Sistem kekebalan yang rentan memungkinkan si kecil rentan menderita flu.

Mengutip Healthline, bayi mengalami pilek hingga tujuh kali pada tahun pertama.

Pilek dan flu dapat menyebabkan berbagai gejala pada bayi.

Jika dibiarkan, hal ini dapat memicu bayi muntah setelah menyusui.

Alasannya karena terlalu banyak lendir di hidung sehingga hidung tersumbat.

Akibatnya, terjadi serangan batuk hebat yang terkadang menyebabkan muntah pada bayi.

Kendati merupakan hal yang normal, waspadai jika bayi menunjukkan gejala berikut ini:

  • Demam
  • Kurang mau atau tidak mau menyusu sama sekali
  • Ruam
  • Sulit tidur dan rewel
  • Ubun-ubun tampak menonjol
  • Perut bengkak
  • Sesak napas
  • Muntah disertai darah atau cairan hijau
  • Muntah terus menerus lebih lebih dari satu atau dua hari
  • Mengalami dehidrasi yang ditandai dengan bibir kering, menangis tanpa air mata, ubun-ubun cekung, dan jarang buang air kecil.

7. Stenosis Pilorus

Stenosis pilorus memang jarang terjadi. Biasanya ini memengaruhi sekitar 3 dari 1.000 bayi di Amerika Serikat.

Pilorus adalah bagian bawah lambung yang dilewati makanan dan zat lain sebelum memasuki usus kecil.

Otot-otot di pilorus dapat membesar pada bayi, yang menyebabkan saluran pilorus menyempit dan mencegah makanan keluar dari lambung.

Sebagian besar bayi yang mengalami stenosis pilorus berusia 3-5 minggu dan memerlukan perawatan dan pembedahan.

Beberapa tanda stenosis pilorus termasuk muntah proyektil susu, penurunan berat badan, dan konstipasi.

Perlu digaris bawahi bahwa ini adalah kondisi serius yang membutuhkan perawatan segera.

Artikel terkait: 10 Tanda Bayi Tidak Kenyang Minum ASI, Jangan Sampai Diabaikan!

Gejala Bayi Muntah ASI yang Berbahaya

Tidak seperti gumoh, muntah adalah proyeksi kuat cairan lambung.

Sedangkan gumoh adalah “aliran” cairan yang lebih lembut yang keluar.

Bayi biasanya tidak bereaksi terhadap gumoh, tetapi bayi yang muntah biasanya akan terlihat kesal atau menangis.

Dalam kasus yang jarang terjadi, kebiasaan muntah ASI mungkin mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius.

Pastikan untuk berbicara dengan dokter jika Bunda melihat salah satu dari berikut ini:

  • Tidak menambah berat badan dengan baik atau berat badan turun
  • Muntah dengan tekanan kuat
  • Menangis atau melengkungkan punggungnya saat menyusui
  • Menolak untuk menyusui
  • Dimulai setelah 6 bulan atau berlanjut setelah 18 bulan
  • Berwarna kuning, hijau atau merah
  • Muntah yang kuat atau proyektil yang sering terjadi
  • Darah dalam feses
  • Mengalami kesulitan bernapas atau tanda-tanda penyakit lainnya
  • Menangis lebih dari 3 jam sehari dan lebih
  • Mudah rewel dari biasanya
  • Disertai gejala lain seperti tinja berdarah, mengi atau batuk, popok basah atau kotor lebih sedikit, lesu dan/atau demam. 

Meringankan Muntah pada Bayi

Muntah setelah menyusui bukanlah hal yang perlu dicemaskan, ini akan hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia bayi. 

Adapun beberapa cara yang bisa Parents lakukan untuk meringankan keluhan yang ada:

    1. Posisi bayi. Usahakan posisi kepala bayi lebih tinggi dari tubuhnya saat menyusui. Pastikan tubuh bayi tetap tegak setelah menyusui agar bayi dapat lebih mudah bersendawa. Di samping itu, kepala bayi juga sebaiknya agak lebih tinggi ketika tidur. Hindari bantal, Anda dapat menaruh selimut atau handuk yang digulung di bawah bahu dan kepalanya.
    2. Biarkan bayi menyusu dalam keadaan tenang. Cara ini akan mencegah bayi mengisap udara terlalu banyak bersamaan dengan ASI. 
    3. Frekuensi menyusui. Biasakan bayi menyusu secukupnya, namun lebih sering. Menyusui terlalu banyak dapat membuat lambung bayi teregang karena terlalu penuh, yang ada memicu bayi untuk muntah setelah minum ASI.
    4. Sendawakan bayi. Metode ini sangat sederhana, tetapi kerap lupa dilakukan. Tepuk pelan punggung bayi setelah menyusu agar ia bersendawa dengan sendirinya. Jangan lupa juga lakukan hal ini sebelum bayi berganti payudara.
    5. Pakaian bayi. Pastikan pakaian atau popok bayi tidak terlalu ketat supaya selama menyusui ia merasa nyaman. Selain itu, hindari menggendong bayi untuk sendawa dengan posisi perut bayi tepat di bahu Anda. Hal ini berpotensi menekan perutnya. 
    6. Hindari menggoyangkan bayi atau membuat bayi aktif segera setelah menyusu. Usahakan tidak bepergian dengan kendaraan sesaat setelah bayi menyusu.
    7. Jika bayi sudah cukup besar, posisikan ia duduk sekitar 30 menit setelah selesai menyusu.
    8. Perhatikan nutrisi. Dalam hal ini adalah nutrisi ibu yang memungkinkan memicu reaksi alergi bayi. Jika sudah mengetahui alergennya, hentikan konsumsinya untuk sementara
    9. Perhatikan jenis dot. Gunakan dot susu aliran lambat. Jika Anda memberi susu botol, coba gunakan dot aliran lambat. Ini dirancang untuk memperlambat susu dan mengurangi jumlah udara yang bayi ambil saat makan – yang dapat membantu mengurangi risiko gumoh.
    10. Berikan oatmeal. Bila si kecil sudah makan atau MPASI, Bayi dan anak-anak dengan disfagia atau refluks, misalnya, mungkin memerlukan makanan yang lebih kental agar dapat menelan dengan aman atau mengurangi refluks. Menanggapi kekhawatiran tentang arsenik dalam beras, American Academy of Pediatrics (AAP) sekarang merekomendasikan orang tua dari anak-anak dengan kondisi ini untuk menggunakan oatmeal daripada sereal beras. Cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Artikel terkait: Bunda, Simak Cara Mengobati atau Mengatasi Flu pada Bayi dan Anak dengan Bawang Merah

Cara Mencegah Bayi Muntah ASI

Ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk mencegah bayi muntah ASI atau frekuensi bayi Anda gumoh.

1. Sendawakan Bayi setelah Menyusu

Cobalah untuk menyendawakan bayi selama dan setelah menyusui untuk mengeluarkan udara dari perutnya.

Bila bayi yang disusui tidak bersendawa setelah kali menyusu, ini bisa disebabkan karena mereka cenderung menelan lebih sedikit udara daripada bayi yang diberi susu botol.

Namun, jika Anda memiliki persediaan susu yang melimpah atau aliran susu yang sangat cepat, hal itu mungkin tidak terjadi.

Terkadang bayi muntah karena bersendawa. Sebaiknya selalu pastikan Bunda membuat si kecil bersendawa dengan beberapa cara bersendawa

2. Jaga Agar Menyusui Tenang dan Nyaman 

Cobalah untuk membatasi gangguan, kebisingan, dan cahaya terang saat Anda menyusui. Menyusui dengan kondisi yang lebih tenang dapat menyebabkan lebih sedikit muntahan atau gumoh ASI. 

3. Menyusui Bayi Lebih Jarang

American Academy of Pediatrics merekomendasikan menunggu setidaknya dua setengah jam antara menyusui untuk bayi yang diberi susu formula dan setidaknya dua jam untuk bayi yang disusui.

Ini penting untuk membiarkan perut kosong sebelum menambahkan lebih banyak susu ke dalamnya.

4. Sesuaikan Posisi Menyusui

Jika Anda memiliki refleks let-down yang kuat, ASI Anda mungkin mengalir terlalu cepat untuk bayi.

Cobalah untuk menyusui dalam posisi berbaring sehingga bayi menyerap ASI melawan gravitasi.

Bunda juga dapat memompa atau memeras ASI dari payudara sebelum memulai menyusui untuk membantu memperlambat alirannya.

5. Mencoba Posisi Menyusui yang Baru

Cobalah posisi menyusui yang berbeda untuk melihat apakah beberapa lebih nyaman daripada yang lain untuk bayi.

Dan setelah menyusui, usahakan agar kepala bayi tetap tegak dan terangkat setidaknya selama 30 menit.

Ada baiknya, Parents dapat membuat catatan seberapa sering bayi muntah setelah menyusui dan kira-kira apa yang menjadi pemicunya.

Hal ini bisa menjadi rujukan ketika nantinya Anda berkonsultasi dengan dokter anak.

***

 

Baca juga:

7 Cooler Bag ASI Pilihan di 2024, Kualitas ASI jadi Tahan Lama

9 ASI Booster Terbaik di 2024, Bunda jadi Makin Lancar MengASIhi

Teh Pelancar ASI, Benarkah Efektif Meningkatkan Produksi ASI?