Di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, para dokter dan pakar kesehatan memperingatkan agar pengobatan pasien kanker paru tetap dijalankan. Terlebih, pasien kanker paru sangat rentan terhadap virus COVID-19 sehingga memerlukan perhatian khusus.
Paru-paru merupakan salah satu organ tubuh manusia yang memiliki peran yang sangat vital. Namun pada laki-laki, organ ini menjadi bagian tubuh yang tersering terkena penyakit kanker.
Tahukah Parents, kanker paru menempati posisi tertinggi penyebab kematian akibat kanker di dunia. Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.796.144 kematian akibat kanker paru di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, angka kejadian kanker paru mengalami peningkatan. Dari 30.023 pada tahun 2018, menjadi 34.783 pada tahun 2020. Angka kematian akibat kanker paru juga meningkat dari sebelumnya 26.069 pada 2018, menjadi 30.843 pada tahun 2020.
Artikel terkait: Ini jenis kanker paru yang paling banyak diidap orang Indonesia, waspada!
Gejala dan Faktor Risiko Kanker Paru-Paru
Pada dasarnya, gejala kanker paru bisa berbeda pada setiap orang. Bisa jadi berhubungan langsung dengan organ paru-paru penderita. Namun, jika kanker tersebut sudah menyebar, maka gejala akan lebih spesifik pada bagian tubuh yang terkena penyebarannya.
Dalam pertemuan virtual memperingati Hari Kanker Paru Sedunia 2021 yang digagas Perhimpunan Onkologi Indonesia dan Takeda, dr. Evlina Suzanna, Sp.PA menjelaskan ada sejumlah gejala umum kanker paru yang perlu diwaspadai. Apa saja?
- Batuk yang tak kunjung hilang
- Batuk darah
- Nyeri dada hingga sesak napas
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan yang drastis
- Sakit kepala hingga sakit tulang pada pasien kanker paru dengan penyebaran ke tulang dan otak
Lantas, mengapa seseorang bisa menderita kanker paru? Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, spesialis penyakit dalam (Hematologi dan Onkologi) RSCM mengatakan ada beberapa faktor yang bisa menjadi pencetus kanker paru.
- Merokok, para perokok 20-50 kali lebih berisiko terkena kanker paru
- Perokok pasif, meski tidak menikmati rokok secara langsung, kelompok ini berisiko terkena kanker paru
- Diet tinggi daging merah atau nitrosamin juga dikaitkan dengan risiko kanker
- Paparan radon, yakni hasil pemecahan uranium pada tanah dan batu-batuan
- Paparan asbes, meningkatkan risiko kanker apalagi jika merokok
- Terpapar zat berbahaya di tempat kerja, antara lain radioaktif, asbes, diesel, silika, radon, logam berat, kromium, dan polycyclic aromatic hydrocarbons
- Suplemen beta karoten
- Konsumsi air mengandung arsen
Artikel terkait: Waspada! Penelitian Buktikan Banyak Kematian Akibat Kanker Paru karena Asap Rokok
Pengobatan Kanker Paru
Telah banyak perkembangan keilmuan dalam hal biologi molekuler dan patologi dalam 15 tahun terakhir. Hal ini tentunya membawa angin segar terhadap perkembangan pengobatan terhadap kanker paru.
Kendati demikian, hasil akhir pengobatan sangat erat kaitannya dengan kondisi pasien saat pertama kali terdiagnosis. Jika pasien datang dalam stadium dini, itu artinya tumor dalam diameter yang kecil. Juga belum terjadi penyebaran baik ke kelenjar getah bening maupun ke organ lainnya seperti otak.
Terkait pengobatan, bagi kanker paru dalam kondisi lanjut, stadium III dan IV misalnya, memang tidak bisa lagi melakukan tindakan operasi. dr. Ikhwan menjelaskan bahwa pengobatan sistemik menggunakan obat mulai dari kemoterapi, imunoterapi, dan terapi target merupakan pilihan utama. Pemilihan terapi pun dilakukan dengan mengetahui faktor pengendali perkembangan kanker.
Terapi Target untuk Pasien
Terapi target merupakan jenis terapi dalam bentuk tablet atau kapsul yang dapat dikonsumsi di rumah. Metode terapi ini dinilai akan lebih memudahkan pasien, terutama dalam keadaan pandemi seperti saat ini.
Metode terapi target juga dapat mengurangi jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit, sehingga meminimalkan paparan pasien kanker paru terhadap COVID-19. Selain itu, terapi target memiliki efek samping yang cenderung dapat ditoleransi dengan baik seperti mual, muntah, diare, dan gangguan fungsi hati.
Artikel terkait: Jadi Kanker Kedua Terbanyak Dialami Pria, Ini Gejala Kanker Prostat
Akan tetapi, jumlah tablet/kapsul terapi target yang perlu dikonsumsi pasien sangat bervariasi dari 1 hingga 8 butir dalam sehari. Oleh karena itu, kepatuhan pasien dalam mengonsumsi terapi target harus tetap terjaga untuk mendapatkan hasil pengobatan yang maksimal.
Obat-obatannya pun tergolong terbatas, sehingga akses terhadap pengobatan ini menjadi sangat penting bagi para pasien. Kabar baiknya, pemberian terapi yang tepat dapat meningkatkan harapan hidup pasien kanker paru.
****
Parents, sangat penting untuk tidak menunda pengobatan kanker paru. Hal ini bertujuan menghindari risiko cepatnya penyebaran sel kanker. Terlebih, pasien kanker paru sangat rentan terhadap virus COVID-19.
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Merokok atau Tidak, Waspadai 8 Gejala Awal Kanker Paru-paru ini
Begini 7 Cara Membersihkan Paru-paru dari Lendir Membandel
Imunoterapi, Terapi Penyembuhan Terkini dan Tingkatkan Harapan Hidup Pasien Kanker
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.