X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

"Melahirkan, Tapi Tidak Bisa Memiliki Bayiku," Kisah Ibu yang Bayinya Meninggal dalam Kandungan

Bacaan 9 menit
"Melahirkan, Tapi Tidak Bisa Memiliki Bayiku," Kisah Ibu yang Bayinya Meninggal dalam Kandungan

Impian untuk bisa mendekap anak pertama harus pupus ketika dokter menyatakan kalau dirinya mengalami stillbirth.

Memiliki pengalaman bayi lahir mati memang bisa dialami ibu hami di belahan dunia mana pun. Sepuluh tahun tahun lalu, salah satu sahabat saya, Dewi Intan Lukita Sari, pernah mengalaminya. Ia harus menerima kenyataan pahit bahwa janin yang selama tujuh bulan tumbuh bersama di dalam rahimnya harus dilahirkan dalam kondisi tak bernyawa.

***

“Dis…. anak gue nggak adaaa….”

Kalimat ini masih begitu lekat di dalam ingatan saya. Suara salah satu sahabat yang saya kenal sejak mengenakan seragam merah putih ini terdengar bergetar di ujung sambungan telepon.

Beberapa saat pun tangisannya meledak.

Bagi saya, hari itu sama seperti akhir pekan sebelumnya. Saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu di kamar, bersenda gurau bersama suami sambil menonton film series kegemaran. Namun tidak bagi sahabat saya, Dewi Intan Lukita Sari.

Peristiwa yang terjadi pada Mei 2009 menjadi salah satu hari bersejarah untuknya dan sang suami. Pasalnya, mereka harus menerima kenyataan bahwa janin yang tumbuh di dalam rahimnya selama tujuh bulan sudah tidak bernyawa.

Saya hanya bergeming saat mendengar kalimat singkat di tengah isak tangis yang terlontar dari mulut salah satu sahabat ini. Masih dipenuhi tanda tanya besar, saya pun mencoba untuk memberikan respons ucapannya.

Artikel terkait : 7 Mitos dan Fakta tentang Stillbirth yang Perlu Parents Ketahui

Melahirkan, Tapi Tidak Bisa Memiliki Bayiku, Kisah Ibu yang Bayinya Meninggal dalam Kandungan

“Maksudnya nggak ada itu, gimana? Loe lagi di mana, sih? Katanya pagi ini kontrol ke dokter kandungan? Kalian sehat-sehat aja, kan?”

Berondongan pertanyaan ini pun akhirnya terlontar dari mulut saya.

Dengan suara terbata-bata, sahabat saya mencoba menjelaskan kondisi yang baru saja ia alami.

“Anak gue udah nggak ada, Dis… kata dokter sudah meninggal. Gue bingung. Takut,” tuturnya dengan suara bergetar. Dari nada bicaranya saya cukup paham kalau sahabat saya ini sedang kalut.

Ya, sahabat saya ini memang sedang mengandung buah hatinya yang pertama. Usia kandungannya pun sudah masuk 7 bulan. Artinya, 3 bulan lagi, bayi yang tumbuh bersama di dalam rahimnya akan segera ia dekap dan belai.

Nyatanya, takdir berkata lain. Semua mimpi dan rencana yang telah ia bangun bersama sang suami pun harus pupus. Sahabat saya mengalami stillbirth, kondisi janin lahir mati. Anak pertamanya tidak mampu bertahan hidup lantaran terlilit tali pusat.

Meski kejadian ini sudah berlangsung lebih dari satu dekade, tetapi pengalamannya melahirkan anak pertama dengan kondisi tak bernyawa masih begitu lekat dalam ingatan.

Perempuan yang kini berusia 38 tahun ini sudah memiliki 3 orang buah hati, Galang, Naya, dan Nia. Namun baginya, kehilangan anak pertama lantaran stillbirth menjadi catatan sejarah yang akan terus hidup bersamanya.

pengalaman bayi lahir mati

Pengalaman Bayi Lahir Mati di Usia 7 Bulan

Sambil menikmati secangkir kopi hangat, belum lama ini saya pun akhirnya mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan pengalamannya melahirkan janin mati.

“Bingung, kalut, nggak percaya, dan sedih luar biasa. Kayanya kata ini mampu gambarin gimana perasaan gue saat itu.

Pagi itu memang ada jadwal untuk kontrol ke dokter. Waktu ketemu dokter, langsung bilang ke dokter, kalau beberapa hari ini rasanya anak gue lebih kalem. Tendangan memang jadi lebih jarang.

Artikel Terkait : 5 Penyebab Janin Tidak Bergerak dalam Kandungan, Kapan Harus Waspada?

Cuma karena ini kehamilan pertama, jadi nggak menaruh curiga apa-apa. Kan katanya, khawatir boleh aja, tapi jangan berlebihan. Jadi memang selalu berusaha positive thinking aja, sambil selalu ngajak ngobrol janinnya. Kaya biasa, tanya kabarnya dan bilang, ‘Kamu sehat-sehat ya, di perut bunda.

Denyutnya memang terasa beda. Tiga hari sebelum kontrol memang denyut dan tendangannya mulai berkurang. Tapi gue selalu coba pastikan, dan masih ada. Nah, waktu itu memang sudah jadwalnya mau ke dokter. Paginya malah ada flek. Jadilah pagi itu langung ke dokter.”

pengalaman bayi lahir mati

Masih inget nggak, waktu itu fleknya seperti apa?

Bukan flek seperti awal kalau kita menstruasi, sih, justru ini seperti ada lendirnya. Seperti keputihan, tapi itu cairannya coklat. Dari situ, jadi gelisah sepanjang perjalanan ke dokter. Perasaan sudah nggak enak. Was-was.

Waktu ketemu ke dokter, langsung bilang kalau memang beberapa hari ini detak dan tendangan janin jauh berkurang, dan pagi itu muncul flek. Semula mikirnya, apa mungkin karena kecapean, ya? Apalagi, kan, malamnya kita juga ketemuan, tuh, sempet ngumpul.

Nah, saat dokter periksa, kok, tumben USG-nya lama, lebih dari 10 menit. Diulang-ulang terus. Lalu, dokternya bilang, kalau dia nggak melihat adanya detak jantung. Katanya, jadi ini mungkin sudah tidak ada.

Mendengar penjelasan dokter, masih ingat tidak respons pertama kamu seperti apa?

Bingung dan tanya ke suami, ‘Gimana, nih?’. Karena memang kontrolnya di rumah dokternya, akhirnya dokter pun merujuk untuk langsung ke rumah sakit.

Belum lagi karena ini memang anak pertama, nggak ada pengalaman. Kayanya, tuh, serba clueless. Tapi pas dengar dokter bilang begitu, rasanya memang takut. Termasuk mikir, kalau anak gue sudah meninggal, ini gimana ngeluarinnya, nih? Apa gue harus operasi?.

Dokter waktu itu nggak banyak menjelaskan kenapa bisa terjadi.

Cerita mitra kami
5 Keuntungan Ini Bisa Bunda Dapatkan saat Berbelanja Kebutuhan Si Kecil
5 Keuntungan Ini Bisa Bunda Dapatkan saat Berbelanja Kebutuhan Si Kecil
6 Susu Soya untuk Bayi Terbaik di 2023, Aman untuk Intoleransi Laktosa
6 Susu Soya untuk Bayi Terbaik di 2023, Aman untuk Intoleransi Laktosa
7 Rekomendasi Sabun Cuci Muka untuk Ibu Hamil di 2023, Aman dan Membersihkan
7 Rekomendasi Sabun Cuci Muka untuk Ibu Hamil di 2023, Aman dan Membersihkan
Selamat Hari Ayah! Yuk, Berikan Apresiasi Spesial untuk Ayah Tercinta!
Selamat Hari Ayah! Yuk, Berikan Apresiasi Spesial untuk Ayah Tercinta!

Artikel Terkait : 7 Mitos dan Fakta Tentang Stillbirth yang Perlu Parents Ketahui

Dokter menjelaskan apa, hal apa yang membuat janin meninggal?

Kata dokter memang banyak faktor yang membuat ibu hamil mengalami pengalaman bayi lahir mati. Bisa karena terlilit tali pusat atau memang ada bakteri. Pesannya dokter, janin memang harus segera dikeluarkan.

Nah, pas perjalanan dari klinik, menuju rumah sebelum ke rumah sakit, gue bingung harus menghubungi siapa. Kalau hubungi nyokap, yang ada malah dimarahin. Bukannya ditenangin. Makanya waktu itu gue milih telepon elo, temen terdekat aja.

Dan benar saja, sih, waktu sampai rumah malah nyokap yang panik. Ibaratnya waktu itu gue jadi harus tenangin diri sendiri dan nyokap.

Dari rumah langsung ke rumah sakit dan melahirkan normal?

Iya. Menurut dokter karena memang tidak pecah ketuban, usia kandungan juga sudah 7 bulan, jadi bisa melahirkan normal. Cuma memang harus dirangsang. Jadilah waktu itu diinduksi. Dan rasanya memang luar biasa sekali, ya.

Ketika itu, yang ada di pikiran memang gimana caranya untuk segera mengeluarkan bayi. Karena sakitnya luar biasa, sempat ngerasa nggak kuat. Nggak bisa tidur, mau gerak juga sakit. Pagi ke rumah sakit, prediksinya sore bisa lahir, ternyata nggak bisa. Sampai pas malam, uwak gue bawain rumput fatimah, sempet minum sedikit tanpa sepengetahuan dokter.

Nggak lama minum, malah muntah. Sampai akhirnya dokter tanya, kenapa muntah? Kan nggak dikasih apa-apa. Jadilah ketauan kalau waktu itu minum air rumput fatimah. Sampai akhirnya dokter marah dan minta uwak untuk keluar kamar.

Tapi entah ada hubungannya apa nggak, nggak lama setelah itu memang jadi ngerasa mau melahirkan. Pas dicek, bukaan pun sudah lengkap.

Artikel Terkait : Cegah Stillbirth, Ini Posisi Tidur Saat Hamil Tua yang Aman untuk Bumil

Proses melahirkan berjalan lancar?

Iya. Pas lahir ukuran anak gue hanya sebesar botol air mineral yang kecil. Beratnya 600 gram. Kondisi bayinya pun sudah lengkap. Cuma memang kulitnya ya, masih bersisik.

pengalaman bayi lahir mati

Sempat melihat dan mendekapnya?

Iya, gue minta ke dokter. Mau lihat. Sampai dokter pun tanya, ‘Yakin ibu kuat?’.  Dokter juga kasih lihat kondisi bayi dan tali pusatnya, kasih lihat pakai pulpen. Dikasih lihat ukuran tali pusatnya, menurut dokter ukuran tali pusat pendek, karena bayi terlalu aktif akhirnya nutrisi nggak bisa masuk dengan baik.

Katanya, mungkin ini yang menyebabkan anak gue meninggal. Dokter juga nggak bisa memastikan penyebabnya apa. Dokter bilang kasus ini sebenarnya jarang terjadi, dan ini banyak faktor yang penyebabnya.

Akhirnya jadi kepikiran, mungkin saat hamil gue juga kurang bisa jaga higienis. Ya, seperti yang dokter bilang sebenarnya banyak faktor.

Rasanya, tuh… gimana, ya? Ya Allah, sudah mengandung 7 bulan, melahirkan, tapi akhirnya nggak memiliki. Ketika itu juga merasa bersalah. Apa selama ini gue yang kurang perhatian, ya. Rasanya jadi campur aduk. Akhirnya, suami langsung menguburkan janin perempuan yang kami beri nama Gendis.

Punya pengalaman bayi lahir mati, apa yang akhirnya membuat kuat?

Apa ya… yang pasti, sih, karena adanya dukungan dari orang terdekat. Khususnya dukungan suami. Dengan perhatian suami, sering diajak jalan-jalan dan ngobrol, itu sudah cukup, sih. Sudah bisa bikin bahagia. Memang, nggak bisa dipungkiri kalau kondisi psikis memang perlu diperhatikan.

Bahkan saat anak pertama lahir masih sering inget. Kalau kakaknya masih hidup pasti sudah besar. Lalu suami ingetin lagi, mungkin aja kalau anak pertama kami lahir selamat, ya, kami belum punya anak kedua ini. Ceritanya bisa beda.

Saat memutuskan untuk hamil lagi, perlu waktu yang lama?

Nggak lama, kok. Soalnya waktu itu dokter juga jelasin karena kondisi rahim sudah bersih. Nggak meninggalkan apa-apa, setelah satu bulan kalau memang mau produksi lagi sudah boleh. Dokter juga bilang, kalau gue nggak perlu takut untuk hamil lagi.

Cuma memang waktu itu gue bilang kalau merasa bersalah. Tapi justru dokter dan suami terus nguatin.

Ketika itu, sudah pernah dengar atau mendapat informasi terkait stillbirth, atau bayi lahir mati?

Belum, sih, sepuluh tahun lalu memang gue nggak begitu banyak tahu soal kondisi stillbirth ini. Dengan pengalaman ini, akhirnya memang jadi lebih aware  dengan kehamilan. Alhamdulillah, selang dua bulan setelah melahirkan anak pertama, saya kembali dipercaya untuk hamil lagi.

Nggak jadi parno, sih. Tapi lebih hati-hati. Karena takut capek, akhirnya pas hamil anak kedua, saya bahkan memutuskan untuk kost di dekat kantor, sehingga nggak perlu menempuh perjalanan yang lebih panjang. Tendangan bayi di dalam kandungan juga benar-benar diperhatikan. 

Punya pengalaman bayi lahir mati, ada pesan nggak untuk ibu-ibu yang sedang hamil atau sedang merencanakan kehamilan?

Umh, apa ya? Ternyata hamil itu memang bukan proses yang mudah, sih. Ketika sudah dipercaya, memang perlu dijaga. Bahkan ketika merencanakan kehamilan, memang harus sudah siap. Siapin nutrisi anak dengan baik biar anak tumbuh sehat. Hal yang bener-benar gue sadari, ternyata tendangan bayi itu memang perlu diperhatikan, salah satu upaya mencegah terjadinya stillbirth.

Kalau memang merasa anak nggak aktif bergerak, ya, harus hati-hati. Langsung aja ke dokter. Meskipun kita nggak bisa mengendalikan, tapi setidaknya usaha terbaik perlu dilakukan. Informasi soal kehamilan juga harus tahu, sih. Banyak baca, bahkan kalau perlu ikutan seminar biar tambah pintar dan tahu apa yang dibutuhkan.

Itulah pengalaman bayi lahir mati yang dialami sahabat saya. Dari pengalamannya, diharapkan para ibu hamil bisa lebih aware lagi tentang risiko stillbirth, yang ternyata dapat terjadi kepada siapa saja.

***

Baca juga :

Gerakan Janin Terasa Berkurang? Cepat Lakukan Ini untuk Mencegah Stillbirth!

Tingkatkan Risiko Stillbirth, Ini Bahaya Rokok Bagi Janin yang Harus Diwaspadai

Bayinya meninggal dalam kandungan, "Saya tidak percaya meletakkan bunga di pemakamannya"

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Adisty Titania

  • Halaman Depan
  • /
  • Kehilangan bayi
  • /
  • "Melahirkan, Tapi Tidak Bisa Memiliki Bayiku," Kisah Ibu yang Bayinya Meninggal dalam Kandungan
Bagikan:
  • Kehilangan Anak Pertama Akibat Stillbirth, Seorang Ibu: "Nggak Nyangka Itu Tendangan Terakhir Bayiku"

    Kehilangan Anak Pertama Akibat Stillbirth, Seorang Ibu: "Nggak Nyangka Itu Tendangan Terakhir Bayiku"

  • Parents, Ini 8 Cara Mendukung Ibu yang Baru Mengalami Stillbirth

    Parents, Ini 8 Cara Mendukung Ibu yang Baru Mengalami Stillbirth

  • 7  Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

    7 Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

  • 7  Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

    7 Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

  • Kehilangan Anak Pertama Akibat Stillbirth, Seorang Ibu: "Nggak Nyangka Itu Tendangan Terakhir Bayiku"

    Kehilangan Anak Pertama Akibat Stillbirth, Seorang Ibu: "Nggak Nyangka Itu Tendangan Terakhir Bayiku"

  • Parents, Ini 8 Cara Mendukung Ibu yang Baru Mengalami Stillbirth

    Parents, Ini 8 Cara Mendukung Ibu yang Baru Mengalami Stillbirth

  • 7  Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

    7 Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

  • 7  Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

    7 Artis Melahirkan di Usia Muda, Ada yang punya 4 Anak di Usia 30 Tahun!

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.