Berkat kemajuan teknologi dan bidang medis, transplantasi rahim dapat dilakukan untuk mereka yang terlahir tanpa rahim atau mengalami kerusakan pada rahimnya. Prosedur operasi transplantasi rahim membawa harapan baru untuk mereka yang menginginkan rahim yang sehat.
Seorang perempuan asal Paris, Perancis yang bernama Deborah diketahui terlahir tanpa rahim karena mengidap Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauster atau MRKH.
Mengutip dari Detik Health, kondisi ini sangat langka dan hanya dialami oleh 1 dari 4.500 perempuan. Ia pun mendapatkan rahim cangkokan dan berhasil melahirkan bayi yang sehat.
Lahir Tanpa Rahim, Perempuan Asal Paris Berhasilkan Lahirkan Bayi dari Transplantasi Rahim
Mengutip dari Hello Sehat, sindrom MRKH menyebabkan vagina, serviks, dan rahim tidak bisa berkembang dengan sempurna sebagaimana mestinya. Bahkan ada mereka yang tidak memiliki rahim sama sekali seperti Deborah. Pada umumnya, pengidap sindrom MRKH yang tidak memiliki rahim tidak bisa juga mengalami menstruasi sehingga mustahil untuk hamil.
Penyebab terjadinya sindrom MRKH secara pasti masih belum diketahui, namun sindrom ini terjadi karena kelainan pembentukan saluran Mullerianus dalam tubuh ketika masih dalam kandungan. Para ahli menduga hal ini berkaitan dengan faktor genetik dan juga lingkungan.
Deborah yang berusia 36 tahun melahirkan bayi perempuan sehat seberat 1845 gram pada usia kandungan 33 minggu. Pada Maret 2019, ia mendapatkan transplantasi rahim dari ibunya yang berusia 57 tahun. Tim medis yang sama menangani baik persalinannya dan juga transplantasi rahim yang dilakukannya.
Kepala Ginekologi, Obstetri, dan Reproduksi di Foch Hospital, Jean-Marc Ayoubi yang menangani persalinan Deborah menyatakan Deborah dan bayinya dalam kondisi yang baik.
Kelahiran bayi dari rahim hasil cangkok bukan merupakan hal yang baru. Pada tahun 2014 seorang wanita di Swedia pertama kali melahirkan bayi setelah melakukan transplantasi rahim.
Tak hanya itu, di tahun 2017, di Brazil tercatat kelahiran bayi dari perempuan yang mendapatkan transplantasi rahim. Uniknya, sang pendonor transplantasi rahim telah meninggal dunia. Hingga saat ini, terdapat 20 bayi yang lahir dari transplantasi rahim.
Berhasil melahirkan bayi yang sehat dari transplantasi rahim adalah harapan bagi mereka yang tidak bisa hamil alami karena tidak memiliki rahim.
Seperti Apa Prosedur Operasi Transplantasi Rahim?
Melansir dari Very Well Health, transplantasi rahim adalah prosedur penggantian rahim pada perempuan yang mengalami infertilitas faktor uterus absolut (AUFI) karena kondisi bawaan atau malformasi yang berhubungan dengan rahim. Berikut adalah beberapa tahap yang harus dilalui dalam melakukan prosedur transplantasi rahim.
1. Pemeriksaan Pendonor dan Penerima Donor
Pertama, perempuan yang memutuskan untuk menerima transplantasi rahim harus dalam kondisi usia subur atau produktif. Kemudian, dilakukan proses seleksi rahim donor. Rahim donor diskrining untuk penyakit sistemik, infertilitas, ketebalan, polip, fibroid, pembuluh darah dan arteri yang berfungsi, adhesi, dan infeksi.
Pendonor, baik yang masih hidup atau sudah meninggal idealnya sudah terbukti kesuburannya dan belum pernah mengalami operasi rahim sebelumnya yang dapat mempengaruhi proses transplantasi.
Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan termasuk golongan darah, ukuran organ, dan seberapa cocok sistem kekebalan tubuh donor dan penerima. Risiko infeksi dan penolakan organ transplantasi cenderung lebih tinggi jika penerima menerima rahim dari donor yang telah meninggal karena adanya perubahan anatomis dan vaskuler.
2. Prosedur Sebelum Operasi
Sebelum operasi perlu dilakukan prosedur eksplorasi pada donor dan penerima untuk menentukan anatomi panggul dan keadaan pembuluh darah. Penerima donor akan diberi obat kesuburan untuk membantu memanen telurnya.
Sel telur kemudian dibuahi dan embrio dibekukan untuk diawetkan. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan penerima membawa anak yang secara biologis adalah anaknya sendiri.
3. Proses Operasi
Rahim dan serviks (leher rahim) dikeluarkan dari donor dan ditanamkan ke penerima. Begitu rahim berada di tubuh penerima, dokter akan menghubungkan otot, tulang rawan, tendon, arteri, vena, dan pembuluh darah lainnya agar rahim dapat berfungsi. Proses operasi transplantasi rahim akan memakan waktu yang cukup lama.
4. Pasca Operasi Transplantasi Rahim
Penerima dan donor tetap harus dipantau dalam unit perawatan intensif selama beberapa hari setelah transplantasi. Dokter juga harus mengobservasi bagaimana penerima donor merespon obat-obatan penekan imun dan mencegah infeksi.
5. Komplikasi
Risiko potensial yang terjadi selama transplantasi termasuk kehilangan darah dalam jumlah besar yang membutuhkan transfusi. Selain itu, infeksi, penolakan organ, atau reaksi negatif terhadap obat atau anestesi imunosupresif dapat terjadi.
***
Prosedur transplantasi rahim dapat membantu mereka yang tak memiliki rahim untuk hamil dan melahirkan secara alami. Mengacu pada kasus-kasus yang sudah terjadi sebelumnya, bayi hasil transplantasi rahim pun terlahir dengan sehat dan sempurna. Selama kehamilan, ibu diharapkan menjaga kandungan dengan sebaik-baik mungkin. Mengatur asupan nutrisi, aktif bergerak, serta manajemen stress yang baik akan membantu memperlancar kehamilan serta persalinan.
Baca Juga:
Bayi pertama hasil cangkok rahim telah lahir di Brazil
Tak kunjung hamil bisa disebabkan karena rahim dingin, ketahui gejalanya!
Cara Menghindari Kehamilan di Luar Rahim yang Wajib Diketahui Ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.