Kita mengetahui bahwa ibu hamil tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat-obatan. Maka dari itu, ada baiknya Bunda mengetahui obat apa saja yang aman untuk ibu hamil dan tidak menimbulkan efek samping untuk kandungan.
Sebagian besar obat yang diminum selama kehamilan dapat melewati plasenta dan diteruskan kepada bayi. Ada beberapa obat yang aman dikonsumsi selama kehamilan, tetapi ada pula yang tidak. Bahkan beberapa obat-obatan masih belum diketahui bagaimana efeknya untuk janin dalam kandungan.
Adakalanya Bunda merasa tidak enak badan saat hamil. Jika sebelum hamil Bunda bisa bebas minum obat-obatan yang dijual bebas di apotek atau toko, tetapi bagaimana jika Bunda sedang hamil?
Saat memutuskan untuk minum suatu obat-obatan selama hamil, penting untuk mengetahui kemungkinan efek obat itu pada janin. Maka dari itu, sebelum minum obat apa pun saat Bunda hamil, termasuk obat penghilang rasa sakit, tanyakan terlebih dahulu kepada apoteker, bidan, atau dokter, apakah obat tersebut boleh dikonsumsi?
Artikel Terkait: Sakit Tumit saat Hamil, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Obat yang Aman untuk Ibu Hamil Saat Nyeri/Pusing/Sakit Kepala
Sumber: Freepik
Sakit kepala selama kehamilan sering terjadi, terutama saat trimester pertama dan ketiga. Sakit kepala yang lebih sering terjadi selama kehamilan diakibatkan dari perubahan hormonal serta peningkatan volume darah yang diproduksi tubuh selama hamil.
Penyebab lain sakit kepala selama kehamilan antara lain kurang tidur, gula darah rendah, stres, dan penghentian konsumsi kafein jika Bunda sebelumnya mengonsumsi kafein secara rutin sebelum hamil.
Sebagian besar ibu hamil hamil dapat dengan aman mengonsumsi Acetaminophen atau Parasetamol untuk mengobati sakit kepala.
Untuk mencegah atau meredakan sakit kepala ringan saat hamil tanpa minum obat Bunda bisa mencoba berolahraga, mempraktikkan teknik relaksasi seperti latihan pernapasan atau pijat, serta makan dan tidur secara teratur.
Obat yang Aman bagi Ibu Hamil untuk Mengatasi Konstipasi
Sumber: Freepik
Jika sedang hamil, Bunda mungkin pernah mengalami tanda-tanda sembelit seperti jarang buang air besar atau tinja yang keras.
Sembelit sering terjadi selama kehamilan. Hampir tiga dari empat ibu hamil mengalami sembelit dan masalah usus lainnya menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica.
Peningkatan hormon progesteron selama kehamilan menyebabkan relaksasi otot-otot tubuh, termasuk usus. Usus yang bergerak lebih lambat berarti pencernaan yang lebih lambat dan hal ini dapat menyebabkan sembelit.
Untuk mencegah dan mengobati sembelit, Bunda bisa mengonsumsi makanan tinggi serat dan mencukupi kebutuhan asupan cairan.
Bunda juga bisa makan dalam porsi kecil, seperti 5 atau 6 kali makan dalam porsi kecil, daripada 3 kali makan dengan porsi besar. Ini akan memungkinkan perut mencerna makanan tanpa harus bekerja ekstra keras, serta memungkinkannya untuk mentransfer makanan ke usus dan usus besar dengan lebih lancar.
Aktivitas fisik yang teratur juga dapat membantu mengurangi sembelit karena olahraga dapat merangsang usus untuk terus bergerak.
Jika cara alami tidak berhasil mengatasi sembelit, Bunda bisa mencoba obat sembelit. Pilihan obat sembelit yang aman untuk ibu hamil adalah:
- Psyllium
- Polikarbofil
- Metilselulosa
Bunda juga dapat menggunakan pencahar dan pelunak feses atas resep dokter.
Saat Mengalami Heartburn/Kembung/Maag
Sumber: Freepik
Mayoritas ibu hamil melaporkan keluhan pencernaan seperti heartburn, mulas, sakit maag, dan kembung yang parah, terutama selama trimester ketiga.
Biasanya ini lebih sering terjadi pada mereka yang sudah pernah hamil sebelumnya, serta mereka yang juga mengalami masalah seputar heartburn atau kembung sebelum hamil.
Hormon mengalami perubahan selama kehamilan, memengaruhi cara tubuh menoleransi dan mencerna makanan. Selain tiu, hormon juga akan memperlambat sistem pencernaan sehingga makanan yang dicerna pun bergerak lebih lambat sehingga menyebabkan kembung dan maag.
Hormon progesteron, yang dikenal sebagai hormon kehamilan, juga dapat menyebabkan sfingter esofagus bagian bawah menjadi lebih rileks atau melemah. Akibatnya, asam lambung bisa naik ke kerongkongan dan menyebabkan heartburn.
Heartburn lebih sering terjadi selama trimester ketiga, atau beberapa bulan terakhir kehamilan. Saat bayi tumbuh, rahim akan semakin besar dan dapat memadati perut serta mendorong asam lambung ke kerongkongan.
Bunda bisa mencoba pengobatan alami untuk meredakan heartburn saat hamil dengan makan yoghurt atau minum susu hangat dengan sesendok madu.
Akan tetapi, jika tidak berhasil, cobalah obat-obatan yang aman untuk ibu hamil seperti Antasida untuk heartburn dan Simethicone untuk perut kembung yang disebabkan oleh gas.
Artikel Terkait: Sakit Gigi saat Hamil Rentan Terjadi, Ini Cara Mengatasinya
Saat Terjadi Infeksi
Sumber: Freepik
Sepanjang hidup, kita terpapar banyak virus dan bakteri dari lingkungan. Tak terkecuali saat sedang hamil.
Selama kehamilan, beberapa infeksi umum seperti flu biasa atau infeksi kulit biasanya tidak menyebabkan masalah serius. Namun, infeksi lain bisa berbahaya bagi Bunda, bayi, atau keduanya.
Beberapa infeksi dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah bayi. Infeksi berat lainnya dapat menyebabkan penyakit serius, cacat lahir, dan cacat seumur hidup, seperti gangguan pendengaran.
Beberapa infeksi yang dapat berbahaya selama kehamilan meliputi:
- Vaginosis bakterial (BV)
- Hepatitis
- Penyakit menular seksual
- Toksoplasmosis
- Infeksi saluran kemih
- Infeksi jamur
Untuk mencegah infeksi bakteri, kita diharapkan lebih waspada lagi untuk menjaga kebersihan lingkungan selama hamil. Jangan makan daging mentah atau setengah matang, jangan berbagi makanan atau minuman dengan orang lain, dan seringlah mencuci tangan.
Jika Bunda curiga terkena infeksi selama kehamilan, segera hubungi dokter. Dokter mungkin meresepkan antibiotik. Namun, jenisnya harus dipilih dengan hati-hati. Beberapa antibiotik boleh dikonsumsi selama kehamilan, sementara yang lain tidak.
Berikut adalah contoh antibiotik yang umumnya dianggap aman selama kehamilan:
- Penisilin, termasuk amoksisilin
- Sefalosporin, termasuk sefaklor dan sefaleksin
- Clindamisin
Saat Demam
Sumber: Freepik
Demam ringan yang berlangsung lebih dari 24 jam atau demam 38,5°C atau lebih tinggi dapat berbahaya bagi kehamilan, karena dapat mengindikasikan infeksi. Sebuah studi yang dilakukan di tahun 2015 menunjukkan bahwa infeksi dapat menyebabkan 15% keguguran di awal awal kehamilan dan hingga 66% setelah trimester pertama.
Menurut beberapa penelitian, demam selama kehamilan, terutama pada trimester pertama, terkait dengan risiko cacat lahir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa demam selama kehamilan dapat meningkatkan kemungkinan kelainan bawaan janin dan autisme.
Segera temui dokter jika Bunda mengalami demam lebih tinggi dari 38,3°C. Sebab, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan panas berlebih pada bayi dalam kandungan.
Untuk mengobati demam, penting bagi dokter untuk mendiagnosis penyebab yang mendasarinya. Dokter akan meresepkan obat yang berbeda, tergantung pada apa yang menyebabkan demam.
Sementara menunggu diperiksa dokter, minumlah Parasetamol untuk mengurangi demam. Hindari minum Aspirin atau Ibuprofen saat hamil, kecuali jika secara khusus direkomendasikan oleh dokter.
Saat Pilek dan Batuk
Sumber: Freepik
Bunda bisa terkena pilek atau flu saat hamil. Beberapa obat dianggap aman setelah 12 minggu kehamilan, seperti:
- Obat gosok yang mengandung menthol
- Semprotan hidung (nasal spray)
- Permen pelega tenggorakan
- Obat batuk
- Ekspektoran
- Dekstrometorfan
- Dekstrometorfan-guaifenesin
- Parasetamol
Bunda juga bisa mencoba berkumur dengan air garam hangat untuk meredakan batuk dan pilek.
Artikel Terkait: Vagina Sakit saat Hamil? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya Berikut Ini
Saat Alergi
Sumber: Freepik
Kehamilan dapat memperburuk alergi yang sebelumnya sudah Bunda derita. Ada juga kondisi yang disebut “rhinitis kehamilan” yang dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan alergi.
Rhinitis kehamilan biasanya terjadi pada trimester terakhir. Namun, penyebab rhinitis kehamilan adalah hormon, bukan alergen.
Gejala alergi seperti bersin-bersin, kulit gatal, dan meler dapat diatasi dengan obat alergi yang aman untuk kehamilan seperti:
- Difenhidramin
- Loratadin
- Nasal Spray
- Hidrokortison
Saat Diare
Sumber: Freepik
Masalah pencernaan seperti diare sering terjadi selama kehamilan. Ini terjadi karena adanya perubahan hormon, perubahan pola makan, dan stres. Meskipun sebagian besar masalah diare biasanya tidak serius, diare dapat menyebabkan komplikasi kehamilan jika Bunda memiliki gejala yang parah atau berkelanjutan seperti dehidrasi.
Jangan minum obat antidiare yang dijual bebas tanpa berkonsultasi dengan dokter. Salah satu obat diare yang dianggap aman untuk ibu hamil adalah Loperamide, yang digunakan untuk mengobati diare akut dan terkadang diare kronis.
Untuk mengobati diare secara alami, Bunda bisa banyak minum air putih, makan makanan hambar seperti roti atau pisang dan makan makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt.
Saat Sulit Tidur
Sumber: Freepik
Menurut sebuah studi tahun 2018 terhadap 486 kehamilan, 44,2% ibu hamil pernah mengalami insomnia selama trimester pertama.
Tingkat hormon progesteron yang tinggi selama trimester pertama dapat menyebabkan kantuk pada siang hari dan akibatnya insomnia di malam hari. Begitu juga kecemasan dan ketidaknyamanan yang dirasakan selama kehamilan bisa berpengaruh.
Untuk mengatasi insomnia, ibu hamil dapat mempraktikkan kebiasaan tidur yang lebih baik, mencoba teknik relaksasi, dan lebih aktif secara fisik.
Obat insomnia seperti Diphenhydramine dan Doxylamine succinate juga dianggap aman untuk ibu hamil. Namun, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakannya. Akan lebih baik lagi jika Bunda mencoba cara-cara alami terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengonsumsi obat-obatan.
Itulah, Bun, daftar obat yang aman untuk ibu hamil. Semoga dapat membantu, ya, Bun!
Baca Juga:
Maag Kambuh Saat Hamil? Ini Saran Dokter
Ketahui 10 Cara Mengatasi Sakit Pinggang saat Hamil Muda Beserta Penyebabnya
Sakit Kepala Saat Hamil: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.