Parents, sudahkah Anda mendukung tumbuh kembang si kecil secara maksimal? Memberikan stimulasi yang tepat dapat membantu si kecil belajar banyak hal. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan metode belajar eksperimen dengan melakukan percobaan sains sederhana untuk anak.
Ada banyak manfaat yang didapatkan dari eksperimen atau percobaan sains sederhana untuk anak. Selain menyenangkan, si kecil bisa mengembangkan minat belajar dengan cara yang berbeda. Lantas, apa itu metode belajar eksperimen?
Artikel terkait: 5 Cara Mengatasi Rasa Takut Anak dengan Mengajarinya Menjadi Berani
Metode Belajar Eksperimen atau Percobaan Sains
Si kecil secara alami memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal, dan ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. Bagaimana cara kerja sebuah benda, lalu apa yang terjadi selanjutnya. Metode belajar eksperimen adalah metode belajar di mana anak-anak melakukan suatu percobaan tentang suatu hal dan mengamati prosesnya.
Metode belajar ini dapat membangun rasa ingin tahu alami si kecil. Ketika mereka terlibat dalam percobaan sains secara langsung, mereka memperoleh pengetahuan ilmiah dan mempelajari prosesnya secara langsung.
Pengalaman ini lebih bermakna bagi anak-anak, karena dengan sengaja mengikutsertakan si kecil dalam perencanaan. Akhirnya, mereka memahami konsep sains, dan dapat membantu anak-anak membuat koneksi dan mengekspresikan pemikiran mereka dalam berbagai cara.
Belajar eksperimen cocok dilakukan anak berusia 3-12 tahun. Sebab, pada usia 3 tahun, si kecil sudah bisa menerima arahan. Namun, jenis eksperimen yang dilakukan tentu berbeda-beda sesuai dengan usianya masing-masing.
Membahas mengenai metode belajar eksperimen, Psikolog Anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, yang ditemui dalam acara “Einstein Science Project Gathering” mengungkapkan kalau aspek-aspek dalam tumbuh kembang anak akan maksimal dengan metode belajar ini.
“Ada beberapa aspek dalam tumbuh kembang anak, yaitu fisik (motorik), intelektual (kognitif), bahasa, dan sosial emosi. Agar aspek ini maksimal butuh stimulasi yang baik.
Stimulasi yang variatif, interaktif artinya harus dua arah, anak enggak sendirian dan bisa berinteraksi, juga multiaspek atau satu stimulasi bisa merasa lebih dari satu indra, melihat, meraba, mendengar.
Bisa mengembangkan kognitif, bahasa, emosi dan sosial. Salah satu bentuk stimulasinya adalah eksperimen sains. Simulasi ini bisa memberikan pengalaman langsung pada anak, sambil melakukan, anak baru paham ketika dia melakukan, bukan cuma mendengarkan,” ungkap Vera.
Artikel terkait: Cara Belajar Membaca dengan Metode Phonic, Lebih Mudah dan Menyenangkan
Manfaat Eksperimen Sains bagi Tumbuh Kembang Anak
Belajar dengan cara yang menyenangkan tentu akan memicu semangat belajar dan keingintahuan si kecil. Inilah salah satu manfaat dari eksplorasi sains bagi si kecil. Selain itu, Vera menjelaskan berbagai manfaat lainnya bila si kecil terbiasa melakukan eksperimen sains.
“Eksperimen sains dapat membantu mengembangkan rasa ingin tahu, pemikiran kritis dan kemauan belajar. Selain itu, anak juga dapat belajar urutan, sistematisasi, dan aturan. Ini penting bagi anak agar dapat menyampaikan urutan peristiwa, sebab-akibat dan memahami arahan orang tua dengan baik,” jelas Vera.
Melalui metode belajar eksperimen, si kecil mendapat kesempatan untuk belajar mengeksplorasi dan belajar menemukan hal yang baru juga, lo.
“Eksperimen sains juga memberi kesempatan untuk experiential learning & discovery learning pada anak. Belajar secara langsung/praktik dan menemukan hal-hal baru dalam eksperimen menjadi aktivitas belajar yang menyenangkan bagi anak,” kata Vera.
Manfaat yang paling penting dari melakukan eksperimen sains adalah anak bisa menumbuhkan minat belajarnya. Sebab, minat belajar itu sangat susah didapatkan. Anak cenderung mudah bosan bila suatu pelajaran dilakukan dengan cara yang monoton atau tidak menarik.
“Susah menumbuhkan minat belajar anak. Eksperimen bisa mengembangkan minat belajar anak karena mereka akan tahu how things works. Selain itu, anak dapat belajar tentang aturan dan urutan. Ini penting dan akan berpengaruh pada pelajaran di sekolah dan aktivitas di rumah,” imbuh psikolog yang berpraktik di Tiga Generasi itu.
Seberapa Sering Anak Perlu Belajar Eksperimen Sains?
Semakin sering metode belajar eksperimen sains, semakin positif pula dampaknya untuk si kecil. Pun tidak ada batasannya untuk melakukan eksperimen sains. Apalagi, eksperimen ini bisa dilakukan dalam aktivitas sehari-hari yang sederhana.
“Maksimalnya berapa kali anak belajar eksperimen, itu enggak ada batasnya. Misalnya kayak lagi masak, lagi mandi, eksperimen enggak terhitung karena bisa muncul dari momen sehari-hari. Namun, seminggu sekali atau dua kali cukup bila anak ingin mengikuti kelas eksperimen khusus,” Vera menjelaskan.
Artikel terkait: 7 Cara mempersiapkan metode belajar anak yang menyenangkan
Lantas bagaimana bila anak bosan belajar dengan metode belajar eksperimen sains?
Tidak hanya orang dewasa, si kecil juga bisa bosan dengan satu kegiatan tertentu, dan ini adalah hal yang sangat wajar sekali menurut Vera. Bila sewaktu-waktu si kecil bosan dengan metode belajar eksperimen, sebaiknya orang tua memberi jeda sejenak, tetapi tidak menghentikan cara belajar ini sepenuhnya.
“Yang namanya bosan pasti wajar. Namun, orang tua juga jangan ketika anak bilang bosan langsung menghentikan aktivitas eksperimennya. Kadang anak hanya perlu didengar dulu emosinya apa, bosennya karena apa?
Mungkin bisa karena capek atau bosan itu-itu saja materinya. Kemudian bisa bernegosiasi dengan anak, misalnya anak bisa istirahat dulu sejenak,” tutur Vera.
Tips Membiasakan Metode Belajar Eksperimen Sains di Rumah
Semakin si kecil terbiasa dengan belajar eksplorasi, aspek-aspek tumbuh kembangnya pun akan meningkat. Inilah alasan Parents perlu membiasakan si kecil untuk mencoba belajar eksplorasi di rumah maupun di tempat yang menyediakan eksplorasi sains seperti di Einstein Science Project.
“Agar mendapatkan manfaat yang maksimal dari eksperimen sains, penting untuk memberikan eksperimen yang variatif dengan tetap memastikan aktivitas itu interaktif bagi anak,” ucap Psikolog Vera.
Parents juga perlu untuk memperhatikan multiaspek, di mana satu aktivitas dapat memberikan stimulasi pada lebih dari satu aspek sensoris, misalnya saat bersamaan anak mengamati, mendengar, dan menyentuh saat melakukan eksperimen serta memicu experiential learning/hands-on. Lalu, jangan lupa untuk menyesuaikan aktivitas sains dengan usia perkembangan anak.
“Aktivitas sains juga harus sesuai tahapan usia perkembangan anak. Dengan demikian, anak-anak akan terpacu secara fisik (motorik), intelektual (kognitif), bahasa, dan sosial emosi,” lanjut Vera.
Parents bisa menyiapkan aktivitas sederhana yang bisa disisipkan dari kegiatan sehari-hari.
“Pada dasarnya eksplorasi itu, kan, mencoba sesuatu, merasa dan berpikir kritis, membuat anak bertanya ‘kalau dilakukan seperti ini apa yang terjadi, ya’. Aktivitas ini bisa disisipkan di mana-mana sebenarnya.
Kendalanya kadang adalah orang tua selalu lelah untuk menyiapkannya. Namun, bila dilakukan secara rutin, impact belajar eksplorasi inilah yang sayang untuk dilewatkan, karena akhirnya anak akan merasa belajar itu ternyata menyenangkan, lo. Kemudian semangat belajar dan sekolahnya menjadi muncul,” tutup Vera.
Terakhir, Vera memberi tips bahwa eksperimen sederhana yang bisa disisipkan dalam aktivitas di rumah adalah memasak bersama si kecil. Dari kegiatan memasak, banyak stimulasi dan pengetahuan yang baru untuk anak.
Atau sederhananya seperti, mengajak anak mengetahui rasa kentang goreng yang dicelupkan di ice cream. Itu saja sudah menjadi kegiatan eksperimen sederhana untuk si kecil. Selama tidak membahayakan bisa tetap dilakukan.
Selamat mencoba belajar eksperimen bersama si kecil, ya, Parents!
Baca juga:
Mengenal Hybrid Learning Atau Metode Belajar Campuran, Solusi Baru Pembelajaran Saat Pandemi
Bagaimana Metode Belajar Progressif dapat Mendukung Masa Depan Generasi Alpha? Ini Penjelasan dari Psikolog Anak & Keluarga
Anak Tidak Semangat Belajar? Pacu Motivasi Belajarnya dengan 9 Tips Ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.