Dalam dunia medis, kebiasaan menggigit kuku disebut sebagai onychophagia. Ini adalah jenis perilaku berulang yang berfokus pada tubuh atau body-focused repetitive behavior (BRFB). Onychophagia bisa termasuk menggigit kuku, kutikula, dan jaringan di sekitar kuku.
Mengutip laman Healthline, perilaku ini dapat bersifat sementara dan relatif tidak merusak tetapi juga dapat berkembang menjadi masalah jangka panjang yang serius.
Selain nyeri pada kuku dan kulit di sekitarnya, efek samping kebiasaan buruk ini bisa meliputi:
- Pertumbuhan atau penampakan kuku yang tidak normal.
- Infeksi jamur pada lempeng kuku dan kulit di sekitarnya.
- Penyakit akibat penyebaran bakteri dan virus dari jari ke wajah dan mulut.
- Kerusakan pada gigi.
- Nyeri dan disfungsi sendi temporomandibular.
Mari kita lihat lebih dekat mengapa orang memiliki kebiasaan buruk ini, bagaimana mengubah perilakunya, dan kapan saatnya ke dokter.
Alasan Psikologis di Balik Kebiasaan Menggigit Kuku
Kebiasaan menggigit kuku biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan dapat berlanjut selama masa remaja. Tidak selalu jelas mengapa seseorang mengidapnya, tetapi begitu kebiasaan itu dimulai, bisa jadi sulit untuk dikendalikan.
Onychophagia berkaitan dengan psikologis seseorang, berikut beberapa kemungkinan alasannya:
1. Ketidaksabaran, Frustrasi, dan Kebosanan
Begitu menggigit kuku menjadi kebiasaan seseorang, hal itu bisa menjadi perilaku saat ia menunggu, frustrasi, atau sekadar bosan. Ia melakukannya untuk mengalihkan perhatian dan membuatnya tetap sibuk.
2. Konsentrasi
Terkadang, kebiasaan itu dilakukan tanpa sadar saat berkonsentrasi terhadap sesuatu. Seseorang mungkin tidak sadar melakukannya ketika bekerja, sedang ujian, atau mencoba menyelesaikan masalah.
3. Stres dan Cemas
Menggigit kuku bisa menjadi kebiasaan yang membuat gugup, mungkin upaya untuk meredakan stres dan kecemasan untuk sementara waktu.
4. Masalah Emosional atau Psikologis
Onychophagia dapat dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental, seperti:
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): Hiperaktif dan impulsif, ditambah kesulitan memperhatikan.
- Major depressive disorder (MDD): Gangguan depresi mayor
- Obsessive-compulsive disorder (OCD): Gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang.
- Oppositional defiant disorder: Pembangkangan dan ketidaktaatan terhadap orang yang memiliki otoritas
- Separation anxiety disorder: Kecemasan yang berlebihan saat berpisah dengan orang atau hewan peliharaan tertentu.
- Tourette syndrome: Gerakan dan suara yang tidak disengaja.
Meski demikian, perlu dicatat bahwa tidak semua orang dengan kelainan ini menggigit kuku mereka. Sama halnya, punya kebiasaan menggigit kuku tidak berarti Anda memiliki gangguan psikologis.
Bagaimana Cara Menghentikan Kebiasaan Menggigit Kuku?
- Rutin Memotong Kuku. Kuku yang panjang dapat membuat orang tergoda untuk menggigitnya. jadi memotongnya secara rutin adalah ide yang bagus. Jangan lupa untuk merapikan ujung-ujungya dan buang kutikula yang mengeras.
- Manicure. Menyadari bahwa seseorang akan memeriksa kuku Anda di salon dapat membuat Anda enggan untuk menggigitnya karena merasa malu jika kukunya rusak akibat sering digigit. Pilihlah hanya salon dan ahli manikur berlisensi agar yakin alat yang digunakan sudah disterilisasi demi mencegah infeksi jamur kuku.
- Memakai kuteks. Mengoleskan cat kuku yang dapat memberikan rasa tidak enak pada lidah bisa membantu mencegah Parents dari menggigit kuku.
- Memakai sarung tangan. Sarung tangan bisa berperan sebagai penghalang fisik antara mulut dan kuku. Parents juga bisa menggunakan stiker, selotip atau plester untuk menutup kuku.
- Identifikasi pemicunya. Coba cari tahu, apa yang membuat Parents menggigit kuku? Jika sudah mengetahuinya, Anda dapat mengatasi dan menghindarinya. Dengan mengidentifikasi pemicunya saja sudah cukup sebagai pengingat untuk tidak melakukannya.
- Ganti kebiasaan. Menjaga tangan tetap sibuk adalah cara yang baik untuk menjauhkannya dari mulut. Pertimbangkan untuk menggunakan sesuatu seperti stress ball, squishy, atau mainan lainnya agar tangan tetap sibuk
- Lakukan perubahan bertahap. Menghentikan suatu kebiasaan secara sekaligus memang terasa sulit, karenanya, Parents bisa memecahnya menjadi langkah-langkah kecil. Misalnya, Anda bisa mencoba untuk tidak menggigit kuku ibu jari terlebih dahulu dan setelahnya fokus ke jari telunjuk dan seterusnya. Perlu tekad yang teguh dan konsisten untuk dapat benar-benar berhenti. Namun perlu diingat, setiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda.
- Cognitive Behavioural Therapy (CBT). Dalam terapi perilaku kognitif, terapis akan membantu mengidentifikasi pola perilaku yang tidak membantu dan menggantinya dengan perilaku yang berbeda. Biasanya ada sejumlah sesi dan rencana tindakan.
Kapan Harus ke Dokter?
Onychophagia ringan tidak memerlukan perawatan medis namun segera konsultasikan ke dokter jika mengalami kondisi berikut:
- Kuku yang tumbuh ke dalam.
- Infeksi kulit atau kuku.
- Perubahan warna kuku.
- Kuku keriting.
- Perdarahan di sekitar kuku.
- Bengkak atau nyeri di sekitar kuku.
- Kuku yang berhenti tumbuh.
- Penipisan atau penebalan kuku.
- Kuku yang terpisah dari kulit di sekitarnya.
Sudah mencoba menghentikan kebiasaan ini berulang kali tetapi belum berhasil? Coba periksa apakah Anda sedang mengalami stres dan cemas. Jika iya, pertimbangkan untuk menemui penyedia layanan kesehatan mental. Mengatasi sumber masalah dapat membantu Anda mengubah perilaku.
Semoga membantu!
Baca juga:
Ibu Ini Dikritik Pedas karena Sengaja Menajamkan Kuku Bayi, Apa Bahayanya?
7 Cara Memotong Kuku Anak Bayi yang Aman Beserta Tips Merawat Kukunya
Kuku tumbuh ke dalam mampu membuat bayi tersiksa, Parents perlu tahu penyebabnya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.