Parents perlu mengajarkan kebaikan pada anak dari sejak dini, lho.
Salah satu harapan terbesar orang tua adalah agar anak-anak menjadi orang yang baik dan terbiasa melakukan kebaikan.
Namun, membiasakan si kecil berbuat baik tidak bisa dilakukan secara instan, alias perlu diajarkan dan dicontohkan sedini mungkin.
Kabar baiknya, kebaikan bisa dipelajari dan dibiasakan. Seperti perilaku lainnya, kebaikan bisa dilatih melalui pengulangan.
Cara paling efektif bagi anak-anak adalah dengan mempelajari perilaku baru dari meniru orang-orang di sekitar mereka.
Artinya, orang dewasa memiliki kesempatan yang kuat dan tanggung jawab, untuk mengajar melalui teladan yang baik.
Artikel Terkait: Perbedaan Simpati dan Empati, Ajarkan pada Si Kecil, Yuk!
Mengapa Perlu Mengajarkan Kebaikan pada Anak sejak Dini?
Anak perlu diajarkan kebaikan sejak dini karena pada saat ini, mereka akan mudah menyerap nilai-nilai baik yang dicontohkan orang di sekitarnya.
Perlu diketahui, otak anak masih menyerap informasi dengan cepat dan mereka akan mencontoh perilaku orang dewasa di dekatnya.
Sebab, neuron di dalam otak saling terhubung ketika anak mendapatkan stimulasi.
Dengan begitu, mereka sangat mudah untuk meniru perilaku yang dilihatnya.
Ketika anak-anak mengamati suatu tindakan, otak mereka merespons seolah-olah mereka melakukan tindakan itu sendiri.
Otak mereka membentuk jalur saraf baru, dan ini menciptakan dasar untuk perilaku yang melekat pada mereka sepanjang hidup mereka.
Berkat neuroplastisitas atau kemampuan otak untuk beradaptasi dan berubah, kita semua memiliki bakat untuk mempelajari perilaku baru.
Perilaku ini termasuk menjadi orang baik dan lebih ramah.
Tidak ada hal yang buruk dengan menjadi orang yang baik. Dengan mengajarkan kebaikan, ia akan menjadi anak yang menyenangkan, bahagia, dan berpribadi kuat.
Selain itu, semakin nilai kebaikan ditanamkan sejak dini, kecerdasan emosinya pun semakin terasah dengan baik. Sehingga pada akhirnya anak akan membangun hubungan pertemanan atau relasi yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya.
Inilah mengapa penting sekali mengajarkan kebaikan pada anak sedini mungkin.
Artikel Terkait: 10 Cara Mendidik Anak Laki-laki Menjadi Pria Mengagumkan
Apa Saja Manfaat Mengajarkan Kebaikan pada Anak?
Menurut psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog, dalam acara Gerakan Anak Hebat, ada banyak dampak positif mengajarkan kebaikan pada anak-anak selain yang dijelaskan di atas.
“Sudah pasti anak-anak merasa lebih percaya diri, merasa yakin dengan dirinya, kemudian dia akan merasa dihargai dan dibutuhkan. Kemudian anak semakin memiliki kesadaran diri dan empati sampai akhirnya menjadi bekal untuk masa dewasanya ketika dia akan mengambil keputusan,” jelas Samanta.
Saat dewasa, anak akan melihat dari sudut pandang orang lain ketika akan mengambil keputusan.
Hal ini akan sangat bermanfaat ketika si kecil menjadi pemimpin dan berpikiran lebih luas.
Tahapan Sosial Emosional Anak untuk Mempelajari Kebaikan
Setiap anak dari rentang usia berbeda memiliki kemampuan memahami dan mencontoh nilai-nilai kebaikan masing-masing.
Ada beberapa tahap sosial emosional anak, di mana pada tahap ini anak akan mempelajari kebaikan dengan cara yang berbeda.
1. Anak 0-18 Bulan
Tahap trust vs mistrust, artinya anak bergantung 100 persen terhadap pengasuhnya, mereka berlindung mencari rasa aman, merasakan kepercayaan, dan belajar kebaikan dari apa yang dilakukan oleh pengasuhnya, orang tua, atau nenek kakeknya.
2. Anak 18-36 Bulan
Fase autonomy vs shame or adapt, di sini anak-anak sudah mulai punya otoritas sendiri, sering bilang tidak, karena di periode ini anak sudah belajar mandiri dan tahu keputusan apa untuk dirinya sendiri.
Mereka akan belajar konsep kebaikan dari perilaku orang tua dan pengasuhnya seperti apa.
Kalau orang tuanya memberi kesempatan mereka untuk lebih mandiri, mereka jadi semakin percaya diri untuk menirukan kebaikan yang dicontohkan.
3. Anak 3-5 Tahun
Di mana anak-anak sudah mulai memasuki fase inisiatif vs guilt, anak melakukan sesuatu dengan tujuan dan alasannya.
Namun, di sini masih diarahkan oleh orang tua atau pengasuh.
Jadi, diarahkan oleh orang tua, tetapi sudah mulai penasaran dengan kondisi di sekitarnya.
Arahan ini akan mengajarkan mereka melakukan suatu kebaikan.
4. Anak 5-11 Tahun
Anak sudah belajar industry vs inferiority, di mana anak sudah mengembangkan kompetensi dirinya dan mau meningkatkan eksistensi terhadap lingkungan sosialnya seperti apa.
Kalau di usia ini anak-anak sudah belajar kebaikan atas kemauan dirinya sendiri.
Sebab, di usia sebelumnya dia sudah belajar inisiatif melakukan kebaikan.
“Pada usia ini anak sudah melihat bagaimana perilaku orang tua, pengasuh, dan guru-gurunya seperti apa, dan itu benar-benar dicontoh sama anak. Oleh karena itu orang tua berperan menjadi agent of kindness untuk anak-anak, alias panutan untuk berbuat baik,” kata Samanta.
Artikel terkait: 5 Hal Kecil yang Membuat Anak Lebih Sukses di Masa Depan
Bagaimana Cara Mengajarkan Kebaikan pada Anak?
Tentu saja setiap usia anak akan berbeda dalam melakukan kebaikannya. Maka itu, cara mengajarkan kebaikannya pun berbeda. Samanta mengatakan bahwa mengajarkan kebaikan juga perlu disesuaikan dengan pemahamannya.
Berikut ini beberapa cara yang bisa Parents lakukan menurut psikolog Samanta Elsener.
1. Anak di Bawah Usia 3 Tahun
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah membuat anak merasa aman dan percaya terlebih dahulu dengan orang tua atau lingkar keluarganya.
“Kalau di bawah usia 3 tahun, kita membuat anak merasa aman dulu dan tingkatkan rasa percaya anak pada orang tua dan lingkar keluarganya. Yang bisa dilakukan kita deskripsikan emosi yang ditampilkan oleh anak. Kalau nangis, kita sampaikan kenapa mereka menangis,” kata Samanta.
Selain itu, orang tua perlu memvalidasi perasaan anak secara verbal, dan menerjemahkan emosinya seperti apa. Anak akan merasa bahwa orang tua memahaminya, dan proses memahami itu adalah proses belajar berempati dengan perasaan orang lain dan memberikan perhatian.
“Kemudian kita tingkatkan pemahaman sosial anak dengan membacakan buku bergambar. Supaya kita bisa mendeskripsikan ekspresi gambar tersebut. Setelah itu kita bisa menarasikan proses sosial yang terjadi.
Dari sini anak akan menyerap proses kebaikan, dan memahami apa, sih, sebenarnya kebaikan itu. Selain itu, jangan lupa untuk mengajarkan rasa syukur pada anak,” ucap Samanta.
2. Anak Usia 3-5 Tahun
Pada usia prasekolah orang tua bisa meningkatkan inisiatif anak dengan bermain pretend play atau bermain pura-pura.
“Misalnya anak bermain jadi dokter yang menolong pasien. Dari kegiatan ini mereka jadi tahu interaksinya seperti apa, sih. Nantinya mereka akan siap ketika mengalami kondisi yang sebenarnya,” kata Samanta
Setelah itu, simulasi kreativitas dengan kegiatan seni, misalnya gambar pakai kuas, finger painting, dan sediakan alat seni yang besar. Dengan alat seni yang besar akan ada kepuasan ketika anak menyelesaikan gambarnya. Sehingga ia akan menumbuhkan kesadaran bahwa ia mampu melakukan hal besar.
“Nantinya inisiatifnya akan bertambah, kreativitas dan motivasinya bertambah. Dan mulailah tanya ke anak bagaimana perasaan orang lain, misalnya ‘tadi gimana main sama si ini, dia senang enggak?’ sehingga dia tahu sudut pandang yang objektif dari orang lain,” tutur Samanta.
Mengajarkan berbagi ke orang lain juga bisa diterapkan di usia ini. Misalnya ajak anak untuk memberi makanan ke tetangga, atau pengemis di pinggir jalan.
Pada usia ini anak sudah bisa merefleksikan perhatiannya pada orang lain, dan mencermati perilaku kebaikannya. Lama-lama ini akan menjadi kebiasaan untuk anak
3. Anak Usia 5 Tahun ke Atas
“Tingkatkan kompetensi sosial anak. Sesuai dengan tahap perkembangan sosial-emosionalnya. Kita perdalam lagi nilai kebaikannya, bisa nasehatin anak secara verbal, bisa membacakan buku cerita, dan menggambar dengan tema-tema tertentu seperti menggambar anak-anak bermain,” ucap Samanta.
Sesederhana membiasakan kebiasaan kecil, seperti tersenyum pun sudah menjadi pelajaran mengenalkan kebaikan pada anak, menurut Samanta. Jadi, banyak hal yang bisa dicontohkan orang tua.
Ketika anak sudah semakin dewasa, Parents juga bisa mengajak anak pergi ke panti asuhan atau santunan yatim piatu secara rutin. Atau sesederhana mengajak anak berdonasi.
Artikel Terkait: Contoh Simpati di Kehidupan Sehari-hari yang Bisa Diajarkan kepada Anak
Itulah informasi tentang pentingnya mengajarkan kebaikan pada anak dan tips yang bisa dilakukan Parents. Jangan lupa untuk rutin terapkan hal ini, ya!
***
Baca Juga:
Bayi Sering Muntah, Apa Penyebabnya dan Kapan Harus ke Dokter?
3 Tanda Anak Kurang dapat Perhatian Parents, no. 3 sering Diabaikan!
Cara Mengasuh Anak Dengan Penuh Kasih Sayang
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.