Kopi kini menjadi konsumsi wajib bagi sebagian besar orang dewasa. Apalagi, kemunculan usaha kopi susu yang semakin marak pun membuat kebiasaan minum kopi pada orang dewasa ikut meningkat. Selain orang dewasa, kopi juga ternyata menjadi minuman kesukaan beberapa anak yang masih berusia di bawah 5 tahun atau balita. Bisa jadi, karena sering melihat orangtuanya minum kopi, maka si kecil pun penasaran dan ingin ikut mencicipinya. Lalu, apakah ada risiko buruk kopi untuk balita?
Sebuah studi yang dilakukan oleh Boston Medical Center menjelaskan, 15 persen anak balita mengonsumsi setidaknya 4 ons atau setara dengan setengah cangkir kopi setiap hari. Jumlah itu pun dinilai akan semakin meningkat ketika anak berusia satu hingga dua tahun.
Lalu, apa efek samping dan risiko dari kebiasaan minum kopi bagi kesehatan balita?
Efek samping kopi untuk balita: Kapan usia ideal anak bisa minum kopi?
Tingginya tingkat konsumsi kopi pada balita juga dipengaruhi oleh perilaku orang-orang yang ada di lingkungan mereka, terutama orangtua.
Studi yang dilakukan oleh Boston Medical Center juga memaparkan, balita cenderung menyerap kebiasaan sehari-hari dari orang dewasa yang ada di sekitarnya. Maka, jika ayah dan ibu mereka terbiasa minum kopi, si kecil pun cenderung memiliki keinginan untuk mengikuti.
Tentunya, kebiasaan minum kopi pada balita merupakan hal berisiko dan tidak baik untuk kesehatannya. Beberapa efek samping mengonsumsi kopi bagi anak-anak terutama balita di antaranya:
-
Risiko obesitas yang lebih tinggi
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Laura Burnham dan tim dari Boston Medical Center menjelaskan, anak-anak di bawah usia dua tahun yang mengonsumsi minuman berkafein termasuk kopi dan teh memiliki risiko obesitas tiga kali lipat lebih tinggi dari anak-anak lain yang tidak mengonsumsi kafein.
Risiko obesitas tersebut bukan semata-mata datang dari kafein. Seorang dokter anak bernama Dr. Kristine Powell menjelaskan, anak-anak biasanya mengonsumsi jenis kopi yang mengandung gula seperti frapuccino, capuccino, dan sebagainya. Kandungan gula tersebutlah yang kemudian membuat risiko obesitas pada anak meningkat.
Balita memiliki sistem pencernaan yang masih berkembang. Tubuh balita juga kemungkinan masih belum mampu menyerap kafein, sehingga kandungan tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan risiko asam lambung naik, mulas, atau pun diare pada anak.
Anak-anak membutuhkan asupan nutrisi yang baik agar pertumbuhannya optimal. Kopi tidak memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik untuk sei kecil, sehingga mengonsumsi kopi dalam jumlah tinggi pada anak dapat mengakibatkan ia kekurangan gizi.
Kafein dalam kopi juga dapat menghambat penyerapan kalsium pada tubuh balita yang akan mengakibatkan pertumbuhan tulangnya terganggu.
Tidak menutup kemungkinan anak yang telah mencicipi kopi menjadi ketagihan. Apabila seseorang sudah terbiasa minum kopi dan ia berhenti mengonsumsi kopi secara tiba-tiba, maka hal itu juga akan menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, stres, dan meningkatnya sikap agresif.
Usia berapa anak bisa mulai minum kopi?
Kopi memiliki efek samping dan risiko yang tinggi apabila dikonsumsi balita. Meski demikian, sampai saat ini belum ada batasan usia yang pasti kapan sekiranya anak mulai bisa mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi atau pun teh.
Dilansir dari Alodokter, sebenarnya anak-anak boleh saja jika sekadar mencicip minuman berkafein asal dibatasi. Berikut merupakan batasan maksimal jumlah konsumsi kafein per harinya pada anak-anak berdasarkan usia.
|
Rentang Usia |
Batas maksimal asupan kafein per hari |
4 -6 tahun |
45 mg |
7-9 tahun |
62,5 mg |
10 – 12 tahun |
85 mg |
Di sisi lain, menurut Dr Kristine Powell, balita dan anak-anak sebaiknya memang jangan dulu diberikan minuman yang mengandung kafein seperti kopi karena berisiko tinggi bagi kesehatan.
“Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan tekanan darah, penyakit jantung, dan juga kejang-kejang pada anak. Kandungan ini juga dikaitkan sebagai salah satu faktor risiko dari penyakit aritmia. Maka, balita dan anak-anak sebaiknya tidak mengonsumsi kafein sama sekali,” jelas dokter Kristine seperti yang dikutip dari Very Well Family.
Karena berisiko tinggi dan tidak memiliki manfaat sama sekali, dokter Kristine juga menyarankan agar kopi mulai dikonsumsi pada saat remaja atau ketika anak berusia 18 tahun.
“Batasan usia tersebut sebenarnya bukan karena alasan medis. Namun setidaknya, pada usia 18 tahun, anak sudah memiliki kontrol dan lebih bertanggung jawab dengan kesehatannya,” jelas dokter lulusan Universitas Tasmania tersebut.
Karena tidak memiliki manfaat dan berisiko bagi kesehatan, maka sebaiknya Parents tidak memberikan kopi atau pun minuman berkafein lainnya pada si kecil hingga ia beranjak remaja.
Untuk memastikan buah hati sudah mendapat asupan nutrisi dan gizi seimbang, jangan ragu juga untuk berkonsultasi ke dokter anak sehingga kesehatan dan tumbuh kembangnya tetap optimal.
***
Baca juga:
Mencegah step pada bayi dengan kopi? Ini penjelasan dokter
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.