“Dok, saya mimpi buruk ketindihan setan. Bagaimana cara mengusir setannya, ya, Dok?”
Pertanyaan ini kerap diterima dr. Santi Yuliani, SpKJ, yang praktik di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Menurut dr. Santi, tidak ada istilah yang namanya ‘ketindihan setan’. Peristiwa yang dikira ‘ketindihan setan’ itu ternyata terjadi karena masalah biologis dan bisa dijelaskan secara ilmiah.
Berikut ini penjelasan dr. Santi mengenai ‘ketindihan setan’ dari sisi penjelasan seorang psikiater, seperti dilansir dari IGTV-nya @santi_psychiatrist berjudul Kenapa Aku Mimpi Buruk.
Merasa Lumpuh Saat Tidur, Benarkah Anda Sedang Ketindihan Setan?
Istilah yang benar dari ketindihan setan adalah sleep paralysis.
Dalam ilmu kedokteran, kondisi ini dijelaskan dr. Santi sebagai, “Jadi kita seakan-akan terbangun, sadar, tapi kita tidak bisa mengendalikan badan kita. Otot kayaknya lumpuh, bahkan kita kadang napas nggak bisa. Ada beberapa klien saya yang melaporkan, ‘Dok saya bisa keluar dari badan saya dan saya bisa ngelihat diri saya ada di situ, tapi saya mau masuk lagi enggak bisa atau saya mau tolong enggak bisa.'”
Sleep paralysis adalah kondisi kelumpuhan tidur, di mana seseorang merasa sadar tetapi tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Tiap-tiap orang setidaknya pernah mengalami kelumpuhan tidur satu atau dua kali dalam hidupnya. Dan ini tidak terkait dengan masalah kejiwaan.
Bagaimana Sleep Paralysis Terjadi?
Saat tubuh tertidur, dua neuron kecil bernama GABA dan Glycine bekerja membunuh atau melumpuhkan otot-otot tubuh.
Ini yang membuat pada saat seseorang tertidur yang dalam, otot-ototnya benar-benar rileks dan bisa tidur dengan nyenyak sekali.
Akan tetapi, dalam kondisi tidur enak, mungkin saja ada gangguan-gangguan seperti suara keras yang membuat seseorang terbangun atau pikiran alam bawah sadarnya memunculkan kegelisahan dan bermimpi.
Ternyata saat tubuh terbangun dengan cepat, GABA dan Glycine tidak bisa dengan cepat membangunkan otot secepat mata terjaga.
“Bangunnya perlahan-lahan, tidak bisa cepat. Jadi GABA dan Glycine butuh beberapa saat untuk mengembalikan ke posisi persiapan bangun,” kata dr. Santi.
Di sinilah masalahnya. Adanya ketidaksinkronan kecepatan tadi memunculkan kondisi seakan-akan seseorang tidak bisa mengendalikan tubuhnya padahal ia sudah bangun.
“Kalau cemas, maka kita akan terbangun tanpa sebab. Kalau kita mengalami gangguan mood seperti depresi, kemungkinannya kita mengalami sleep paralysis tadi. Jadi, ini bukan kerasukan atau ketindihan, ya,” terang dr. Santi
Lalu, Mengapa Disebut Ketindihan Setan?
Selama berabad-abad, kelumpuhan tidur telah dijelaskan dalam banyak cara dan sering dikaitkan dengan kehadiran roh jahat, seperti ‘ketindihan setan’ oleh masyarakat Indonesia.
Atau wanita tua di film Romeo and Juliet karya Shakespeare, atau penculik alien. Hampir setiap budaya dan negara memiliki ceritanya sendiri.
Istilah-istilah ini datang dari masa lalu, di mana masyarakat belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai sleep paralysis. Hal ini kemudian disampaikan turun temurun hingga menjadi sebuah kebenaran.
“Ya, balik lagi ke zaman dahulu kala, di mana ilmu pengetahuan masih terbatas, di saat orang-orang belum bisa menjelaskan Gaba dan Glycine. Belum bisa menjelaskan irama sirkandian, belum bisa menjelaskan REM. Maka penjelasan yang paling mudah adalah penjelasan-penjelasan tahayul. Itu mengapa banyak orang yang memercayai itu sampai saat ini,” papar dr. Santi.
Dua Jenis Sleep Paralysis
Dengan merunut kapan kejadian sleep paralysis, biasanya baru akan dikenali jenis dari sleep paralysis yang dialami, yaitu:
-
Hipnagogik (hypnagogic) atau predormital: kelumpuhan tidur yang terjadi saat tubuh masih dalam kondisi tidur. Biasanya Anda tidak sadar sedang ‘ketindihan’.
-
Hipnopompok atau postdormital: kelumpuhan tidur yang terjadi saat tubuh sudah terbangun. Selama tidur, tubuh berganti-ganti antara REM dan NREM (non-rapid eye movement) di mana siklusnya berlangsung sekitar 90 menit. Tidur NREM terjadi lebih dulu dan memakan waktu hingga 75% dari waktu tidur secara keseluruhan. Selama tidur NREM, tubuh rileks dan memulihkan dirinya sendiri. Di akhir NREM, tidur bergeser ke REM, di mana mata bergerak cepat dan mimpi terjadi, tetapi seluruh tubuh tetap sangat rileks, otot-otot sedang “dimatikan”. Saat Anda tersadar sebelum siklus REM selesai, Anda akan menyadari tubuh tidak dapat bergerak atau berbicara.
Cara Menghindari ‘Ketindihan Setan’
WebMD menyebutkan, 4 hingga 10 orang pasti pernah mengalami kelumpuhan tidur.
Kondisi ini biasanya sering mulai terjadi di usia remaja. Ini bukan genetik dan bisa terjadi jika dipicu oleh beberapa hal, seperti:
- Kurang tidur
- Jadwal tidur yang berubah
- Kondisi mental seperti stres atau gangguan bipolar
- Tidur telentang
- Masalah tidur lainnya seperti narkolepsi atau kram kaki di malam hari
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti ADHD
- Penyalahgunaan zat
Para peneliti mengatakan, kelumpuhan tidur tidak butuh pengobatan khusus.
Untuk mengatasinya dan dapat menikmati tidur nyenyak, Anda cukup memperbaiki kebiasaan tidur dengan tidur 6-8 jam setiap malam, serta manajemen hati alias menghindari stres.
Namun, jika Anda terus merasa cemas dan lelah sepanjang malam/hari karena sleep paralysis, konsultasikanlah ke dokter.
***
Nah, sekarang Parents sudah tahu, kan, kalau tidak ada istilah ‘ketindihan setan’ saat tidur? Ternyata, kondisi sleep paralysis benar-benar bisa dijelaskan secara ilmiah.
Baca juga:
5 Cara Mengatasi Masalah Susah Tidur pada Anak Disabilitas, Cek Parents
Mimpi Buruk atau Teror Malam?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.