Apakah Parents mengamati si kecil memiliki perilaku yang tidak biasa, khususnya dalam kemampuan sosialnya? Jika iya, ada kemungkinan ia menderita Sindrom Asperger. Lantas, apakah itu Sindrom Asperger pada anak?
Sindrom Asperger adalah bagian dari gangguan spektrum autisme yang ditandai dengan kemampuan sosial rendah dan berbeda dengan anak seusianya. Untuk mengenal lebih jauh mengenai Sindrom Asperger dan ciri-cirinya, simak ulasan berikut ini!
Pengertian Sindrom Asperger
Sindrom Asperger termasuk ke dalam gangguan perkembangan yang dapat dialami oleh anak. Anak-anak dengan Sindrom Asperger mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain secara sosial dan perilaku serta pola pikir mereka kaku dan berulang.
Sindrom Asperger atau Asperger Syndrome (ASG) diperkenalkan pertama kali oleh Hans Asperger pada tahun 1944. Ia menjelaskan bahwa sindrom ini berasal dari genetik maupun dari sistem neuron, bukan berasal dari faktor lingkungan maupun permasalahan psikologis anak.
Umumnya, anak-anak dan remaja pengidap Sindrom Asperger dapat berbicara dengan orang lain dan dapat mengerjakan tugas sekolah dengan cukup baik. Namun, mereka memiliki kesulitan untuk memahami situasi sosial dan bentuk komunikasi yang halus seperti bahasa tubuh, humor, dan sarkasme.
Mereka mungkin juga berpikir dan berbicara banyak tentang satu topik atau minat atau hanya ingin melakukan sedikit aktivitas. Ketertarikan ini dapat menjadi obsesif dan mengganggu kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan anak tidak memiliki kehidupan sosial dan rekreasi yang sehat.
Menurut para ahli, Sindrom Asperger secara teknis bukan lagi diagnosis tersendiri. Sekarang Sindrom Asperger menjadi bagian dari kategori yang lebih luas yang disebut gangguan spektrum autisme (ASD).
Oleh dokter, sindrom ini disebut sebagai tipe ASD yang “berfungsi tinggi”, artinya gejalanya lebih ringan dibandingkan jenis gangguan spektrum autisme lainnya.
Artikel terkait: 10 Mitos dan Fakta Autisme pada Anak, Parents Wajib Tahu!
Penyebab Sindrom Asperger pada Anak
Penyebab Sindrom Asperger hingga kini masih tidak diketahui secara pasti. Namun, para ahli berpendapat genetika dan kelainan otak mungkin terlibat.
Sindrom Asperger adalah gangguan neurobiologis, artinya adalah bagian dari perkembangan otak anak yang penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tertentu selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat menempatkan anak pada risiko yang lebih tinggi dari diagnosis gangguan spektrum autisme, termasuk Sindrom Asperger.
Beberapa faktor lingkungan juga dianggap memainkan peran penting dalam perkembangan semua ASD. Banyak ahli percaya faktor lingkungan mungkin menjadi pemicu penyebab Sindrom Asperger.
Meskipun penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, beberapa ahli berteori bahwa masalah tertentu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko bayi mengembangkan gangguan spektrum autisme. Beberapa faktor risikonya antara lain:
- Ibu mengalami infeksi virus saat hamil.
- Komplikasi kelahiran.
- Paparan bahan kimia berbahaya dalam kandungan.
- Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti Terbulin (terbutaline), Depakene (asam valproat), antipsikotik, atau penstabil suasana hati.
- Paparan polusi udara di dalam rahim.
Faktor risiko lain untuk sindrom Asperger mungkin termasuk:
- Lahir prematur, terutama sebelum 26 minggu.
- Terlahir kurang dari satu tahun dari saudara yang lebih tua.
- Riwayat Asperger dalam keluarga.
- Terlahir dari orang tua yang lebih tua (di atas 35 tahun).
- Memiliki gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan.
- Memiliki kondisi kesehatan lain, seperti sindrom Tourette, epilepsi, atau tuberous sclerosis.
Gejala Sindrom Asperger pada Anak
Dibanding dengan Autisme pada umumnya, penderita Sindrom Asperger memiliki ciri gangguan mental yang tidak terlalu tampak pada perilaku.
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kecenderungan Sindrom Asperger, seseorang harus melalui proses screening dari dokter. Namun, ada 10 ciri sindrom Asperger pada anak yang dapat kita perhatikan.
Ciri tersebut antara lain:
1. Tidak Dapat Menjalin Pertemanan
Sindrom Asperger pada anak ditandai dengan adanya kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal sehingga ia cenderung tak memiliki kemampuan untuk berteman. Ia tak tahu bagaimana caranya menjalin relasi pertemanan dengan orang lain, sekalipun sebenarnya ia ingin punya teman.
Beberapa anak dengan kecenderungan ini kebanyakan memutuskan untuk tak perlu menjalin pertemanan. Ia akan terlihat asik dengan dirinya sendiri.
2. Mutisme Selektif
Mutisme selektif adalah kemampuan berbicara hanya pada orang-orang yang anak percaya. Misalnya anggota keluarga.
Jika anak telah percaya pada seseorang, maka ia dapat mengatakan segala yang ia pikirkan. Kebalikannya, anak akan menolak untuk bicara sama sekali kepada orang asing atau di depan umum.
Artikel terkait: Ketahui Manfaat Terapi Okupasi untuk Anak Autisme
3. Tidak Dapat Berempati
Anak dengan ASG akan kesulitan untuk merespons orang lain. Ia tidak tahu caranya menunjukkan empati atau merespons secara “normal” tentang kabar tertentu. Sehingga ia sering tampak kasar dan tidak punya perasaan.
Mereka tidak akan mengerti hal-hal emosional seputar topik yang dibahas. Hal ini sering membuat orang lain di sekitarnya marah.
4. Menghindari Kontak Mata atau Justru Memaksa Kontak Mata
Kontak mata bagi penderita ASG adalah hal yang menyakitkan. Sebagian peneliti mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh ketidakpercayaan diri.
Akan tetapi, banyak juga yang meyakini bahwa ini juga jadi sebuah tanda bahwa ia tak mengerti pentingnya kontak mata pada komunikasi. Ini merupakan konsekuensi dari ketidakmampuannya dalam bersosialisasi.
Apabila penderita ASG mengerti bahwa menghindari kontak mata akan dianggap aneh oleh lawan bicaranya, maka ia akan melakukan hal sebaliknya agar lebih bisa diterima. Yaitu memaksakan kontak mata dengan orang lain.
Hal tersebut ia lakukan agar orang tidak menganggapnya aneh. Sekalipun, tindakannya justru membuat orang lain tidak nyaman.
5. Kekikukan Sosial
Tidak semua penderita ASG bersikap pasif. Justru, banyak orang yang mengalami ASG justru sangat aktif, tetapi dengan berbagai sikap aneh yang muncul di publik.
Ini biasa dilakukan oleh penderita ASG yang ingin menyembunyikan sindromnya. Ada keinginan untuk dapat diterima oleh orang lain. Sayangnya, keanehan ini sering disalahpahami orang-orang sehingga penderita ASG masih kesulitan untuk berteman.
6. Ketertarikan Khusus
Anak dengan ASG memang cenderung tak memiliki nilai bagus di sekolah. Namun, bukan berarti mereka tak memiliki ketertarikan khusus terhadap sesuatu.
Misalnya mereka senang sekali menggambar, menyusun puzzle, menganalisis sesuatu, berhitung, dan hal lainnya. Jika mereka dipaksa untuk melepaskan hal yang mereka suka, maka mereka akan mengalami stres berat.
Sama halnya jika proyek yang ia kerjakan gagal. Ketertarikan mendalam pada sesuatu ini membutuhkan dukungan lingkungan sekitar. Jika potensinya dikembangkan, ia bisa menjadi seorang yang jenius di bidangnya.
7. Rutinitas Tetap
Asperger sindrom pada anak membuat mereka punya rutinitas tetap. Ia akan bersikap sangat disiplin dengan jadwalnya. Mengubah rutinitasnya akan membuatnya sangat bingung dan ketakutan.
8. Tak Mengerti Kata Kiasan
Jangan berharap ia akan mengerti arti sesungguhnya kalimat, “jantungnya mau copot” dan “berlari secepat kilat”. Sebab, ia akan ketakutan membayangkan ada orang yang jantungnya benar-benar mau lepas dan ada orang yang berlari dengan kecepatan kilat.
Lantaran tidak mengerti bahasa kiasan inilah, anak dengan ASG akan sering bingung memahami pembicaraan orang lain, salah paham, atau justru menjadi bahan tertawaan orang-orang. Ia baru akan mengerti arti sesungguhnya dari kalimat kiasan tersebut jika ada penjelasannya.
9. Memiliki Kemampuan Menakjubkan tentang Pola
Pola dalam hal ini bisa berarti ia akan mudah mengenali pola hitungan, gambar, menganalisis kebiasaan perilaku orang, dan sebagainya. Jika ia diasuh dengan benar, anak ASG seperti ini akan dapat menganalisis hal-hal yang rumit dengan mudah.
10. Kemampuan Motorik yang Rendah
Motorik yang rendah adalah akibat tak berfungsinya koordinasi antara mata dan tangan. Namun, ini dapat dilatih jika orang tua bisa mengidentifikasinya sejak dini. Hal ini juga yang membuat seorang dengan ASG memiliki tulisan tangan yang buruk.
Siapa yang Bisa Mengidap Sindrom Asperger?
Semua orang dapat memiliki risiko untuk mengembangkan Sindrom Asperger. Dalam kebanyakan kasus, sindrom ini didiagnosis pada usia dini, yaitu antara usia 5 hingga 8 tahun. Bahkan dalam beberapa kasus bisa dideteksi lebih awal lagi yaitu pada usia 3 tahun.
Menurut penelitian, anak laki-laki cenderung tiga hingga empat kali lebih berisiko terkena Sindrom Asperger dibandingkan anak perempuan.
Faktor Keturunan Sindrom Asperger pada Anak
Seperti autisme, penyebab sindrom Asperger tidak sepenuhnya dipahami. Namun, ada dasar genetik yang kuat, yang berarti sindrom ini cenderung diturunkan dalam keluarga.
Penelitian telah mengidentifikasi mutasi pada banyak gen, termasuk beberapa yang mengontrol perkembangan otak dan komunikasi sel otak, yang dapat dikaitkan dengan gangguan spektrum autisme.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa autisme adalah keturunan, meskipun perkiraan untuk tingkat yang tepat sangat bervariasi. Memiliki saudara kandung autis dinilai memiliki peningkatan 10 hingga 153 kali lipat dalam kemungkinan mengidap kondisi autisme yang sama.
Studi ilmiah pun menunjukkan bahwa Sindrom Asperger kemungkinan lebih bersifat genetik daripada autisme di titik lain di sepanjang spektrum.
Anggota keluarga pengidap Sindrom Asperger lebih cenderung menunjukkan gejala perilaku yang mirip dengan yang terlihat pada autisme bahkan jika mereka belum menerima diagnosis.
Diagnosis Sindrom Asperger pada Anak
Karakteristik sindrom Asperger bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Namun, ada beberapa ciri utama yang menonjol yaitu:
- Terus menerus mengalami kesulitan dengan atau perbedaan dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial.
- Pola perilaku, aktivitas atau minat yang terbatas dan berulang sejak anak usia dini, dan berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.
Proses diagnosis Sindrom Asperger biasanya melibatkan beberapa ahli, termasuk terapis bicara dan bahasa, dokter anak, psikiater dan/atau psikolog.
Lnataran sindrom Asperger sangat bervariasi dari orang ke orang, diagnosis bisa jadi lebih sulit. Kondisi ini sering didiagnosis lebih lambat pada anak-anak daripada autisme dan kadang-kadang gejalanya mungkin tidak dikenali dan baru bisa didiagnosis saat dewasa.
Artikel terkait: Neurodiversity: Definisi dan Sejarah yang Harus Parents Tahu
Cara Merawat atau Mengobati Sindrom Asperger pada Anak
Setiap kasus Sindrom Asperger berbeda, perawatan harus dilakukan pun sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak dan harus disesuaikan dari waktu ke waktu karena kebutuhan tersebut bisa saja berubah.
Pengobatan Sindrom Asperger biasanya meliputi:
- Pelatihan keterampilan sosial. Dalam kelompok atau sesi satu lawan satu, terapis mengajari anak Anda cara berinteraksi dengan orang lain dan mengekspresikan diri dengan cara yang lebih tepat. Keterampilan sosial seringkali paling baik dipelajari dengan mencontohkan setelah perilaku yang khas.
- Terapi perilaku kognitif. Ini membantu anak Anda mengubah cara berpikir mereka, sehingga mereka dapat mengontrol emosi dan perilaku berulang dengan lebih baik. Mereka akan bisa menangani hal-hal seperti ledakan, kehancuran, dan obsesi.
- Pendidikan dan pelatihan untuk orang tua. Parents akan mempelajari banyak teknik yang sama dengan yang diajarkan anak Anda sehingga Anda dapat melatih keterampilan sosial dengan mereka di rumah. Beberapa keluarga juga menemui seorang konselor untuk membantu mereka mengatasi tantangan hidup dengan seseorang dengan Asperger.
- Terapi wicara. Ini membantu meningkatkan keterampilan komunikasi anak Anda. Misalnya, mereka akan belajar bagaimana menggunakan pola naik-turun yang normal saat mereka berbicara daripada nada datar. Mereka juga akan mendapatkan pelajaran tentang cara menjaga percakapan dua arah dan memahami isyarat sosial seperti gerakan tangan dan kontak mata.
- Analisis perilaku terapan. Ini adalah teknik yang mendorong keterampilan sosial dan komunikasi yang positif pada anak Anda dan mencegah perilaku yang tidak ingin Anda lihat. Terapis akan menggunakan pujian atau “penguatan positif” lainnya untuk mendapatkan hasil.
- Obat-obatan untuk meringankan gejala. Tidak ada obat yang disetujui oleh FDA yang secara khusus mengobati gangguan spektrum Asperger atau autisme. Namun, beberapa obat dapat membantu mengatasi gejala terkait seperti depresi dan kecemasan, seperti obat antipsikotik atau obat stimulan.
Saat ini, tidak ada yang bisa benar-benar menyembuhkan Sindrom Asperger, dengan kata lain anak pengidap sindrom ini akan terus hidup dengan sindrom tersebut.
Akan tetapi, dengan belajar mengatasi gejala dan menangkap isyarat sosial, seorang anak pengidap Sindrom Asperger dapat belajar mengatasi beberapa tantangan yang dihadapinya. Dengan bantuan, orang tuanya pun dapat belajar cara terbaik untuk mendukung anak mereka.
Orang-orang dengan Sindrom Asperger dapat berprestasi di sekolah dan menjadi bagian dari masyarakat sama baiknya dengan orang lain.
Cara Mencegah Sindrom Asperger pada Anak
Bisakah sindrom Asperger dicegah atau dihindari? Jawabannya, karena penyebab gangguan spektrum autisme tidak diketahui maka tidak ada cara untuk mencegah atau menghindarinya.
Akan tetapi, diagnosis dan intervensi dini sangat membantu untuk dapat meningkatkan perilaku, keterampilan, dan perkembangan bahasa penderitanya. Intervensi pun akan sangat membantu jika dilakukan pada usia berapa pun.
Kapan Harus Menemui Dokter?
Jika Parents melihat tanda-tanda Sindrom Asperger atau salah satu gejala Gangguan Spektrum Autisme pada anak Anda, segera temui dan konsultasi dengan dokter anak Anda. Ia dapat merujuk Parents ke ahli kesehatan mental yang berspesialisasi dalam mendiagnosis jenis gangguan ini, seperti salah satunya:
- Psikolog. Mereka mendiagnosis dan menangani masalah dengan emosi dan perilaku.
- Ahli saraf anak. Mereka mengobati kondisi otak.
- Dokter tumbuh kembang anak. Mereka berspesialisasi dalam masalah bicara dan bahasa dan masalah perkembangan lainnya.
- Psikiater. Mereka memiliki keahlian dalam kondisi kesehatan mental dan dapat meresepkan obat untuk mengobatinya.
Kondisi tersebut sering ditangani dengan pendekatan antar tim medis. Itu berarti Parents mungkin menemui lebih dari satu dokter untuk perawatan si kecil.
Lalu biasanya, dokter akan mengajukan pertanyaan seputar perilaku anak Anda, antara lain:
- Gejala apa yang mereka miliki, dan kapan Anda pertama kali melihatnya?
- Kapan anak Anda pertama kali belajar berbicara, dan bagaimana mereka berkomunikasi?
- Apakah mereka fokus pada mata pelajaran atau kegiatan apa pun?
- Apakah mereka punya teman, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain?
Kemudian mereka akan mengamati anak Anda dalam berbagai situasi untuk melihat secara langsung bagaimana mereka berkomunikasi dan berperilaku.
Pertanyaan Populer Terkait Sindrom Asperger
Banyak orang tua yang juga mencari referensi ataupun informasi terkait Sindrom Asperger pada anak di situs pencarian. Berikut beberapa pertanyaan populernya:
Apakah perbedaan anak penderita autis dan Asperger?
Pengidap gangguan autistik biasanya mengalami kemunduran kecerdasan (kognitif) dan penguasaan bahasa. Sedangkan pengidap sindrom Asperger lain lagi ceritanya. Seseorang yang mengidap sindrom Asperger tak mengalami kesulitan dalam belajar, berbahasa, atau memproses informasi.
Sindrom Asperger apakah bisa sembuh?
Sindrom ini menyerang anak-anak dan bertahan hingga mereka dewasa. Meski belum ditemukan obatnya, sindrom Asperger yang terdiagnosis dan tertangani sejak dini bisa membantu penderitanya untuk meningkatkan potensi dan kemampuan diri dalam berkomunikasi serta berinteraksi dengan orang lain.
Apakah Asperger termasuk disabilitas?
Sindrom ini adalah salah satu disabilitas tidak terlihat yang merujuk pada kecacatan perkembangan yang mempengaruhi bagaimana berperilaku, melihat dan memahami dunia dan berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik utama dari sindrom ini adalah kesulitan di area sosial komunikasi dan interaksi.
Apakah Messi mengidap sindrom Asperger?
Messi belum secara terbuka membahas desas-desus tentang dia menderita autisme atau Sindrom Asperger. Namun Ahli endokrin Dr Diego Schwarzstein, penduduk asli Rosario tempat Messi dibesarkan, yang merawat Messi karena GHD di Argentina, membantah rumor tersebut: “Leo tidak pernah didiagnosis mengidap Asperger atau bentuk autisme lainnya.”
***
Seperti anak autis lainnya, Sindrom Asperger pada anak biasanya akan dianggap sebagai ujian bagi orang tua karena memiliki anak spesial. Namun, jika terapi dan pendidikan khusus dari orang sekitar berjalan dengan baik, anak ASG akan jadi seorang genius yang bisa diandalkan dalam banyak hal.
Banyak tokoh jenius terkenal yang memiliki Sindrom Asperger. Di antaranya adalah pencipta Pokemon Satoshi Tajiri, Filosof Bertrand Russell, Bill Gates, dan peraih medali Nobel John Nash.
Apabila Parents mencurigai anak mengidap Sindrom Asperger dari ciri-ciri yang ditunjukkannya, segeralah berkonsultasi kepada pakar untuk dapat melakukan diagnosis dan intervensi dini yang lebih baik untuk si kecil. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Artikel diupdate oleh: Gita Meirillia
Baca juga:
Bantu Ringankan Gejalanya, Ini 11 Jenis Terapi Autisme untuk Buah Hati
Ciri Anak Autis Ternyata bisa Dideteksi Lewat Bermain Cilukba, Ini Penelitiannya
Studi: Terapi Lebih Dini Bantu Kurangi Risiko Autisme pada Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.