Autisme merupakan kondisi yang berdampak pada cara seseorang berperilaku, sosialisasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Gangguan ini biasanya terjadi kepada anak-anak dalam usia perkembangannya. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang pasti, tetapi penyandangnya bisa melakukan terapi autisme.
Sejumlah terapi dapat membantu penyandang autisme memiliki kemampuan yang lebih baik serta mengurangi gejalanya. Apalagi jika terapi dilakukan sedini mungkin.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan sebaiknya orangtua segera melakukan terapi saat muncul gejala autisme pada si kecil. Sebab, akan memakan waktu dan tes untuk mendapatkan diagnosis yang sesungguhnya.
Nah, berikut ini adalah terapi yang dilakukan untuk meringankan gejala dan sebagai bentuk penanganan autisme.
11 Jenis Terapi Autisme yang Bisa Parents Lakukan untuk Anak
Autisme biasanya terjadi sejak lahir dan berpengaruh kepada tumbuh kembang secara keseluruhan. Gangguan ini bisa ditandai dengan anak mengalami keterlambatan bicara, tidak terlalu tertarik terhadap orang lain, atau bertingkah laku yang tidak biasa. Pada umunya gejala tersebut tampak sebelum berusia 3 tahun.
Jalan terapi dapat menolong anak dengan autisme menguasai berbagai keterampilan dasar dan memperbaiki kualitas hidupnya. Jenis terapi autisme tersebut di antaranya:
1. Terapi Fisik atau Fisioterapi
Salah satu tanda yang dapat ditemukan pada anak autisme adalah gangguan motorik. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan terapi dalam bentuk fisik atau fisioterapi.
Gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental disorders/PDD) pada anak yang mengalami autisme berkaitan dengan keterlambatan perkembangan otak yang mengatur kemampuan motorik seseorang.
Umumnya, penyandang autis akan tertunda tumbuh kembang pada kemampuan motoriknya. Bahkan beberapa anak berkebutuhan khusus, memiliki masalah pada massa otot yang rendah.
Untuk itu, terapi fisik menjadi salah satu pengobatan. Tujuannya untuk membantu anak autisme, melatih kekuatan otot, koordinasi serta kemampuan dasar olahraga.
2. Terapi Bermain
Jenis terapi ini bisa dikombinasikan dengan terapi wicara, okupasi, serta fisik. Pada terapi bermain, anak dengan gangguan autisme dibantu dalam melatih kemampuan bersosialisasi serta komunikasi.
3. Terapi Visual
Banyak anak autis adalah pemikir visual. Oleh karena itu, metode pembelajaran berkomunikasi melalui gambar dapat dilakukan. Salah satunya dengan PECS (Picture Exchange Communication). Dengan melatihnya, anak penyandang autis dapat lebih mudah memahami sesuatu.
Selain itu, melakukan pembelajaran melalui video juga dapat dilakukan, atau melalui alat komunikasi elektronik lainnya. Metode tersebut juga bisa menampung kelebihan anak autisme di bidang visual, agar keterampilan dan komunikasinya menjadi lebih baik.
4. Terapi Wicara
Salah satu gangguan kemampuan motorik yang dapat dialami penyandang autisme adalah gangguan bicara. Hal itu membuat mereka sulit untuk melakukan komunikasi dan berbahasa. Melalui terapi wicara ini, mereka akan terbantu dan bisa berkomunikasi dengan lebih baik.
5. Terapi Okupasi
Terapi ini berkaitan dengan pembentukan kehidupan sehari-hari. Di mana kebanyakan anak dengan diagnosis autis mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik. Itulah sebabnya, terapi okupasi menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan.
Terapi okupasi ini pun bisa menjadi latihan sensorik intergrasi. Selain itu, jenis terapi ini tak hanya membantu untuk anak autis, tetapi bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengatasi hipersensitivitas terhadap suara, sentuhan, maupun cahaya.
6. Terapi Biomedis
Jenis terapi ini biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obatan dalam penanganan autisme. Terapi biomedis biasanya dilakukan berdasarkan pendekatan DAN (Defeat Autism Now).
Dokter maupun tenaga medis yang mendampingi dan menangani dengan terapi ini tentunya sudah menjalankan pelatihan metode DAN. Melalui metode DAN ini biasanya akan menentukan diet khusus, perawatan alternatif ataupun suplemen untuk menangani penyandang autisme.
7. Terapi Tingkah Laku
Anak dengan gangguan autisme sering kali terlihat frustasi. Mereka akan kesulitan dalam menyampaikan kebutuhannya dengan baik. Selain itu, mereka pun hipersensitive terhadap suara, cahay, dan sentuhan. Akibatnya mereka akan berperilaku kasar atau sangat menganggu.
Melalui seorang terapis yang sudah ahli dalam bidangnya, akan dicari faktor penyebab dari perilaku negatif anak tersebut. Kemudian akan diberikan terapi dengan merekomendasikan perubahan terhadap lingkungan atau keseharian anak sebagai perbaikan tingkah lakunya.
8. Applied Behavior Analysis (ABA)
Terapi autis dengan metode Applied Behavior Analysis (ABA) bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan perilaku positif kepada anak, serta mengajarkan keahlian baru kepada anak.
Terapi ABA ini perlu dilakukan secara rutin untuk dapat membantu perkembangan anak. Durasi terapi yang dibutuhkan sekitar 20-40 jam dalam seminggu. Untuk itu, perlu kerjasama dengan orangtua dan pendamping untuk menentukan keberhasilan terapi ini.
9. Terapi Kemampuan Sosial
Ciri paling umum anak dengan gangguan autisme akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, mereka membutuhkan bantuan untuk mengasah kemampuan sosialnya.
Tujuannya untuk mempertahankan percakapan, berhubungan dengan orang baru, dan mengenal tempat bermain. Terapi akan membantu untuk menciptakan atau memfasilitasi terjadinya interaksi sosial.
10. Terapi Perkembangan
Meskipun perkembangan anak autis memang akan mengalami keterlambatan, tetapi hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk “memaklumi” keterlambatan tersebut. Lebih baik, memang diupayakan untuk melatih perkembangan anak dengan membangun minat serta kekuatannya.
Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan intelektual, emosional dan sosial mereka. Terapi ini akan bertolak belakang dengan terapi tingkah laku.
Biasanya dilakukan untuk mengajarkan keterampilan khusus pada anak. Misalnya mengikat sepatu, cara memakai baju ataupun menggosok gigi.
11. Terapi Sensori
Selain mengalami gangguan motorik, anak dengan diagnosis autisme bisa juga mengalami gangguan sensori. Di mana mereka bisa menjadi sangat sensitif terhadap cahaya, suara, dan sentuhan.
Di sisi lain, ada juga yang mengalami gangguan sensitivitas sensori. Akan banyak upaya yang dapat dilakukan selama menjalani terapi sensori ini. Misalnya saja, terapi vibrasi atau getaran, aerobil, dan lainnya.
Parents, itulah terapi autisme yang bisa dilakukan untuk si kecil. Namun, sebelum menjalani terapi, ada baiknya untuk menegakkan diagnosis terlebih dahulu sebagai penentu terapi mana yang tepat diterapkan kepada si kecil dengan gangguan autisme.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
5 Keperluan sekolah yang bikin anak semangat belajar, Parents sudah beli?
Jelang Puasa, 20 Kumpulan Ucapan Hari Ramadan Ini Bisa Dikirimkan Via WhatsApp
7 Cara Merawat Kesehatan Kulit Kepala dengan Mudah di Rumah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.