Setelah melahirkan, Bunda mungkin bertanya-tanya kapan ASI akan keluar setelah melahirkan? Atau mungkin Bunda khawatir tidak bisa memproduksi ASI yang mencukupi untuk sang buah hati?
Pada dasarnya, menyusui adalah proses belajar dari ibu dan bayinya. Bunda dan bayi belum tentu bisa mahir menyusui sejak hari pertama mencobanya. Bunda perlu belajar teknik menyusui dan pelekatan bayi yang baik agar proses menyusui pun bisa berjalan dengan lancar.
Nah, berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui jika Bunda bingung kapan ASI akan keluar setelah melahirkan.
Artikel Terkait: Mengenal Inisiasi Menyusu Dini, Proses Penting dalam Fase Menyusui
Kapan ASI Akan Keluar?
Sumber: Freepik
Mengutip laman What to Expect, ada tiga tahap berbeda dari ASI, yaitu:
1. Kolostrum
Kolostrum sebenarnya mulai diproduksi sejak Bunda sedang hamil. Kebanyakan perempuan mulai memproduksi kolostrum sekitar minggu ke 14 sampai 16 kehamilan, dan beberapa ibu juga mungkin mengalami kolostrum yang ‘bocor’ pada trimester kedua atau ketiga.
Tubuh hanya akan menghasilkan sejumlah kecil kolostrum setelah melahirkan sehingga mungkin Bunda tidak menyadarinya.
Kolostrum mengandung antibodi dan sel darah putih untuk membantu melindungi bayi dari infeksi dan penyakit selama beberapa hari pertama kehidupannya.
Kolostrum mengandung konsentrasi karotenoid yang tinggi sehingga memiliki warna kuning keemasan yang khas (walaupun terkadang bisa berwarna bening). Konsistensinya yang kental dan lengket akan melapisi usus bayi untuk membantu melindungi lapisan perutnya yang masih sensitif.
Selain itu, kolostrum juga bertindak sebagai pencahar untuk membantu bayi yang baru lahir mengeluarkan mekonium atau kotoran pertama dari sistem pencernaannya.
Dengan pengeluaran ASI yang sering dan efektif melalui menyusui atau pemompaan, suplai ASI akan meningkat dan kolostrum pun akan berubah menjadi ASI transisi selama beberapa hari ke depan.
2. ASI Peralihan/Transisi
Setelah bayi lahir, perubahan hormon dan isapan bayi akan meningkatkan aliran darah ke payudara. Aliran darah yang meningkat akan meningkatkan volume ASI dan mengubah komposisinya dua kali selama bulan pertama kehidupan bayi.
Pertama, terjadi perubahan dari kolostrum menjadi ASI transisi yang terjadi 2-5 hari setelah melahirkan. ASI transisi ini memiliki tekstur yang lebih lembut, lebih tinggi protein, dan mirip susu murni. ASI transisi berwarna lebih putih dan biasanya jumlahnya lebih banyak daripada kolostrum.
Selain itu, ASI transisi juga mengandung lebih banyak kalori dan lebih kaya kandungan lemak untuk membantu memenuhi kebutuhan bayi baru lahir yang tumbuh pesat.
3. Susu Matang (Mature Milk)
Sekitar 10-14 hari setelah melahirkan, ASI akan berubah lagi menjadi apa yang dikenal sebagai ASI yang sudah ‘matang’ dan seterusnya akan seperti ini.
ASI yang sudah ‘matang’ terbagi menjadi dua, yaitu foremilk (yang keluar terlebih dahulu) dan hindmilk (yang keluar belakangan).
Foremilk teksturnya lebih ringan dan mirip seperti susu skim. Bagi beberapa orang, mungkin foremilk warnanya putih kebiruan.
Saat proses menyusui berlanjut, ASI akan menjadi lebih kental dan teksturnya lebih lembut saat hindmilk keluar. Hindmilk memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi daripada foremilk atau pun susu transisi.
Jika Bunda pernah memiliki anak sebelumnya, ASI mungkin akan keluar lebih cepat dibandingkan pertama kali. Melansir dari Healthline, ada sebuah penelitian yang menemukan bahwa kelenjar susu mamalia memiliki ‘memori’ ketika ASI sudah pernah diproduksi sebelumnya sehingga ASI untuk anak kedua atau berikutnya pun akan muncul lebih mudah dan cepat.
Tanda-Tanda ASI Akan Keluar
Sumber: Freepik
Sekitar 2 sampai 4 hari setelah melahirkan Bunda mungkin melihat payudara menjadi lebih penuh atau membesar, bahkan membengkak. Tak perlu khawatir karena ini merupakan tanda susu transisi sedang diproduksi.
Ketika volume ASI meningkat, akan terjadi peningkatan aliran darah ke payudara yang akan membuat payudara membengkak dan terasa keras.
Produksi ASI akan bervariasi sesuai dengan kebutuhan bayi. Setiap kali bayi menyusu, tubuh mendapatkan sinyal untuk memproduksi lebih banyak susu untuk waktu menyusui berikutnya.
Jumlah ASI yang dihasilkan akan bertambah atau berkurang tergantung seberapa sering bayi menyusu. Perlu diingat bahwa ukuran payudara tidak memengaruhi produksi ASI.
Seiring waktu, seiring dengan berubahnya ASI menjadi ASI yang sudah matang atau mature milk, payudara akan menjadi lebih lembut kembali. Ini merupakan hal yang normal dan bukan tanda produksi ASI menurun. Teruskan menyusui bayi untuk merangsang produksi ASI lebih banyak lagi.
Artikel Terkait: 4 Fakta Menyusui yang Seringkali Tidak Diketahui Ibu
Mengapa ASI Keluar Tidak Langsung Banyak?
Sumber: Freepik
Produksi ASI akan beradaptasi dengan pertumbuhan bayi dan akan berubah dalam volume, konsistensi, dan komposisi selama beberapa minggu pertama kehidupan bayi.
Misalnya, ketika bayi baru lahir, lambungnya hanya sebesar buah ceri, sehingga mereka hanya membutuhkan susu sekitar 1 hingga 1,5 sendok teh setiap kali menyusui.
Pada saat bayi berusia satu minggu, lambung mereka seukuran telur, dan mereka makan sekitar 44 hingga 59 ml setiap kali mereka menyusu.
Tak perlu khawatir ketika ASI kelihatannya hanya sedikit karena tubuh sudah mengetahui berapa persisnya jumlah ASI yang dibutuhkan bayi dan memproduksinya sesuai jumlah tersebut.
Jika ASI tidak juga kunjung keluar setelah melahirkan, misalnya dalam waktu 2-3 hari, tidak perlu kuatir atau stres. Tubuh Bunda mungkin memerlukan beberapa hari ekstra karena proses kelahiran dan kondisi tubuh pascapersalinan masing-masing orang berbeda-beda.
Berikut adalah beberapa alasan dari terjadinya penundaan peningkatan produksi ASI:
- Bayi lahir prematur
- Melahirkan melalui operasi caesar
- Kondisi medis tertentu seperti diabetes atau Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
- Ibu kegemukan atau obesitas
- Infeksi atau penyakit yang disertai demam
- Bed rest yang terlalu lama selama kehamilan
- Kondisi tiroid tertentu
- Tidak dapat menyusui selama beberapa jam pertama setelah melahirkan
- Stres berat
Jika pada hari ke-4 hingga ke-5 setelah melahirkan Bunda mencurigai masih belum ada ASI yang diproduksi, maka sebaiknya berkonsultasi pada dokter atau konsultan laktasi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Tanda Bayi Kekurangan ASI
Apabila Bunda khawatir bayi tidak mendapatkan cukup ASI, amati apakah ada tanda-tanda bayi kekurangan ASI seperti berikut ini:
- Bayi tampak dehidrasi (ada titik lunak yang teraba di kepala atau mata cekung, serta kulit kehilangan elastisitas).
- Bayi jarang buang air kecil atau besar. Setidaknya bayi harus buang air kecil 6 hingga 8 kali dalam sehari setelah berusia 5 hari.
- Bayi terus menangis ketika disusui dan sesudah disusui (tidak kunjung tenang).
- Setelah usia 10 hari berat badan bayi tidak kembali seperti berat lahirnya atau tidak kunjung bertambah.
- Bayi terlihat lesu atau tidak responsif.
Jika bayi menunjukkan tanda-tanda kekurangan ASI, segera hubungi dokter anak.
Seiring bertambahnya usia bayi, payudara akan mampu untuk memproduksi lebih banyak ASI dari yang dibutuhkan bayi. ASI ‘esktra’ ini bisa dipompa dan disimpan untuk kebutuhan darurat, misalnya jika Bunda sakit dan tidak bisa menyusui langsung, perlu bepergian tanpa membawa bayi, bekerja, dan lain sebagainya,
Artikel Terkait: 5 Tantangan yang Kerap Dialami Saat Proses Menyusui, Apa Saja?
Faktor Penyebab Lambatnya Produksi ASI
Sumber: Freepik
Jika ASI transisi sepertinya tertunda atau tidak kunjung keluar, mungkin ada beberapa kemungkinan penyebabnya seperti:
Pengeluaran ASI yang Terlalu Sedikit
Dalam kebanyakan kasus, produksi ASI yang tertunda disebabkan oleh pengeluaran ASI yang jarang atau tidak efektif dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ini mungkin terjadi karena pelekatan yang tidak tepat sehingga bayi yang mengalami kesulitan menyusu secara efektif, atau jika Bunda tidak cukup sering menyusui atau memompa.
Bunda dapat meningkatkan volume ASI dengan memastikan bahwa bayi memiliki pelekatan yang baik saat mereka menyusu, sering menyusui kapanpun bayi membutuhkannya, dan memastikan menyusui berlangsung dalam jangka waktu yang tepat.
Dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran, biasanya proses menyusui memakan waktu cukup lama, mungkin sekitar 20 menit per payudara. Saat bayi sudah lebih mahir belajar menyusu, waktu menyusui akan lebih singkat.
Kondisi Medis Ibu
Dalam beberapa kasus, peningkatan ASI yang tertunda mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, hipoplasia payudara, atau masalah kronis lainnya yang dapat menyebabkan suplai ASI rendah seperti obesitas ibu dan tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kehamilan.
Jika ASI tidak keluar pada hari keempat atau kelima setelah lahir, Bunda dapat mencoba mengoptimalkan manajemen menyusui.
Pastikan payudara sering dikosongkan hingga benar-benar kosong. Kontak kulit-ke-kulit dengan bayi juga dapat membantu melancarkan produksi ASI. Pastikan memantau berat badan bayi untuk memastikan mereka mendapatkan cukup ASI.
Apabila bayi kehilangan lebih dari 7% dari berat lahirnya, maka perlu dilakukan evaluasi oleh tenaga medis profesional. Jika ternyata bayi tidak mendapatkan cukup ASI, Bunda mungkin akan disarankan untuk mencoba suplementasi dengan susu formula atau donor ASI.
***
Dengan demikian, diketahui bahwa kapan ASI akan keluar setelah melahirkan tentunya akan berbeda-beda antar ibu karena masing-masing memiliki kondisi yang berbeda pula. Jangan langsung menyerah jika ASI tidak segera keluar setelah melahirkan. Stimulasi terus produksi ASI dengan menawarkan ASI pada bayi atau menggunakan pompa ASI. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Baca Juga:
10 Hal Yang Paling Sering Ditanyakan Ibu Menyusui
7 Manfaat Menyusui Sampai 2 Tahun, Parents Sudah Tahu?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.