Imunisasi berguna untuk memberikan perlindungan terhadap beberapa penyakit menular. Vaksin merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi yang melawan infeksi. Seperti halnya imunisasi DT (diphteria tetanus) yang diberikan sejak anak masih bayi.
Lalu apa sebenarnya imunisasi DT? Simak ulasan berikut ini terkait hal tersebut!
Apa Itu Imunisasi DT?
Imunisasi DT adalah pemberian vaksinasi pada anak untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus.
Difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae. Ini menyebabkan peradangan parah di hidung dan tenggorokan. Sementara, tetanus adalah penyakit serius pada sistem saraf yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun, Clostridium tetani. Penyakit ini menyebabkan kontraksi otot, terutama pada otot rahang dan leher.
Karena biasanya dipasangkan dengan vaksin tetanus, itu juga merupakan bagian dari apa yang disebut imunisasi DT. Namun saat ini, imunisasi tersebut sudah dilengkapi dengan imunisasi pertusis, menjadi imunisasi DPT (difteri, tetanus, dan pertusis). Meski demikian, studi menyebutkan bahwa ada anak yang alergi terhadap vaksin pertusis sehingga hanya mendapat suntikan DT saja.
Artikel Terkait: Difteri pada Anak: Kenali Penyebab, Gejala, hingga Pengobatan
Manfaat Imunisasi DT
Sesuai namanya, imunisasi ini mencegah penyakit yang masih banyak terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia. Difteri dapat menyebabkan komplikasi yang parah, seperti pneumonia (infeksi paru-paru), gagal paru-paru dan kelumpuhan. Sekitar 1 dari 10 orang yang terkena difteri meninggal karenanya. Sedangkan tetanus dapat memengaruhi sistem saraf.
Mendapatkan imunisasi ini dapat mencegah terjadinya gejala penyakit difteri yang biasanya dimulai 2 hingga 5 hari setelah seseorang terinfeksi. Tanda dan gejala mungkin termasuk:
- Selaput abu-abu tebal yang menutupi tenggorokan dan amandel.
- Sakit tenggorokan dan suara serak.
- Pembengkakan kelenjar (pembesaran kelenjar getah bening) di leher.
- Kesulitan bernapas atau pernapasan cepat.
- Cairan hidung.
- Demam dan menggigil.
- Kelelahan.
Selain itu, mencegah terjadinya gejala penyakit tetanus meliputi:
- Lockjaw (penyakit kejang mulut atau rahang) yang dapat membuat sulit menelan, berbicara, dan bernapas. Otot di seluruh tubuh juga bisa menjadi kaku.
- Detak jantung cepat dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
- Demam dan keringat berlebih.
- Sakit kepala.
- Kejang otot yang paling sering terjadi di perut. Tapi mereka bisa terjadi di seluruh tubuh. Mereka bisa sangat kuat sehingga menyebabkan tulang patah.
- Kelumpuhan (ketidakmampuan untuk bergerak).
- Kejang.
Mendapatkan vaksin difteri dan tetanus adalah cara terbaik untuk melindungi diri dari infeksi. Ketika sebagian besar masyarakat mendapatkan vaksin tersebut, kecil kemungkinan seluruh masyarakat terkena difteri dan tetanus.
Artikel Terkait: Mencegah Batuk Rejan atau Batuk 100 Hari Pada Bayi
Kapan Imunisasi DT?
Imunisasi DT dapat dimulai sejak usia 2 bulan hingga 7 tahun, atau setidaknya membutuhkan 5 dosis suntikan tetanus saat mereka tumbuh dewasa. Sesuai jadwal imunisasi menurut IDAI, vaksinasi DT harus diberikan satu dosis pada usia:
- 2 bulan.
- 4 bulan.
- 6 bulan.
- Antara 15-18 bulan.
- Antara 4-6 tahun.
Di Indonesia, pemberian imunisasi DT juga dapat dilakukan pada anak kelas 1 SD yang berusia kurang dari 7 tahun. Biasanya imunisasi tersebut berlangsung pada program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan diberikan bersamaan dengan imunisasi campak di bulan Agustus. Imunisasi diphtheria tetanus (DT) setiap bulan November.
Untuk anak yang berusia lebih dari 7 tahun akan diberikan imunisasi Td sebagai imunisasi lanjutan dari imunisasi DT agar anak semakin kebal dengan penyakit infeksi tersebut.
Bagi yang belum pernah mendapat imunisasi DT, baik karena terlambat, terlewat, lupa, atau ragu-ragu, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk dilakukan imunisasi kejar. Dengan catatan:
- Usia <12 bulan: imunisasi diberikan sesuai jadwal imunisasi dasar baik dosis atau interval
- Usia >7 tahun: Td pertama dan kedua diberikan dengan jarak 1-2 bulan. Td ketiga diberikan dengan jarak 6-12 bulan.
Namun ada catatan penting:
- Berikan dosis keempat DT tidak lebih awal dari 6 bulan setelah dosis ketiga. Namun, Anda tidak perlu mengulang dosis keempat jika diberikan setidaknya empat bulan setelah dosis ketiga.
- Jangan berikan dosis keempat DT kepada anak-anak di bawah usia 12 bulan. Anda dapat memberikannya kepada anak-anak pada usia 12 hingga 15 bulan, jika anak tersebut kemungkinan tidak akan kembali pada usia 15 hingga 18 bulan.
- Dosis kelima DT tidak diperlukan jika pasien menerima dosis keempat pada atau setelah lewat usia 4 tahun.
Efek Samping
Penelitian telah menemukan bahwa vaksin ini 95% efektif melawan difteri hingga 10 tahun. Sedangkan, kematian akibat tetanus telah turun hingga 99% akibat pemberian imunisasi tersebut.
Terlepas dari itu, imunisasi DT tergolong aman dan sangat jarang terjadi komplikasi. Namun, beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:
- Pegal-pegal
- Reaksi pada lokasi suntikan, seperti kemerahan, nyeri, atau bengkak
- Kehilangan selera makan
- Sakit badan dan otot
- Panas dingin
- Kelelahan
- Rewel (pada bayi)
- Sakit kepala atau pusing
- Kehilangan selera makan
- Demam ringan (antara 38 derajat C hingga 39 derajat C)
- Mual, muntah atau diare.
Efek samping ini biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa jam atau hari.
Harga
Beberapa rumah sakit menyediakan imunisasi ini dengan biaya mulai dari Rp70.000 hingga Rp825.000. Namun, Bunda bisa mendapatkan imunisasi difteri tetanus secara gratis di Puskesmas atau Posyandu setempat.
Cara Penyuntikan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan, jangan gunakan vaksin atau pengencer difteri tetanus yang melebihi tanggal kedaluwarsa yang tercetak pada label.
1. Sebelum pemberian, periksa secara visual vaksin untuk partikel dan/atau perubahan warna. Jika kondisi ini ada, JANGAN gunakan.
2. Tepat sebelum digunakan, kocok botol atau jarum suntik yang diisi produsen dengan baik. Jangan gunakan vaksin jika Anda tidak dapat melarutkannya kembali setelah diaduk secara menyeluruh.
- Setelah dikocok, vaksin Td akan menjadi cairan keruh berwarna abu-abu keputihan.
- Setelah dikocok, vaksin Tdap akan menjadi cairan keruh berwarna putih.
Berikan semua vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DT, DTaP, Td, dan Tdap) melalui rute intramuskular. Lokasi penyuntikan yang disukai pada bayi dan anak kecil adalah otot vastus lateralis paha. Sementara, lokasi penyuntikan pada anak yang lebih besar dan orang dewasa adalah otot deltoid di lengan atas. Gunakan panjang jarum yang sesuai dengan usia dan ukuran orang yang menerima vaksin.
Artikel Terkait: Daftar Vaksin yang Dianjurkan Saat Hamil Beserta Harganya
Pertanyaan Populer Terkait Imunisasi DT
Sebenarnya, banyak Parents yang masih bingung terkait imunisasi ini. Bahkan, beberapa di antaranya kerap muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Imunisasi DT umur berapa?
Imunisasi difteri tetanus diberikan pada bayi dan anak-anak berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, antara 15-18 bulan, dan antara 4-6 tahun.
Imunisasi DT untuk kelas berapa?
Imunsasi ini diberikan pada anak-anak di bawah umur 7 tahun. Di Indonesia, pemberian imunisasi DT juga dapat dilakukan pada anak kelas 1 SD pada program BIAS.
Imunisasi DT apakah demam?
Ada beberapa efek samping yang mungkin bisa dialami anak setelah pemberian imunisasi ini, salah satunya adalah demam ringan (antara 38 derajat Celsius hingga 39 derajat Celsius).
Apakah pilek boleh imunisasi DT?
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak yang sedang batuk pilek ringan boleh mendapatkan imunisasi. Kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda selama 1 – 2 minggu kemudian.
Apa beda imunisasi DPT dan DT?
Imunisasi DT hanya mencegah penyakit difteri dan tetanus. Sedangkan, imunisasi DPT mencegah dari penyakit difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan.
Itulah beberapa informasi seputar imunisasi DT. Semoga dapat bermanfaat bagi Parents!
***
Baca Juga:
Jadwal Imunisasi Bayi Usia 0-24 Bulan Sesuai Arahan IDAI
Cek lokasi imunisasi difteri gratis di Jakarta, jangan lupa ajak anak ke sini ya Parents!
Parents, jangan lewatkan imunisasi ulang difteri untuk anak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.