Pemberian vaksin kepada bayi baru lahir dianggap sangat penting. Selain untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, imunisasi bayi 1 bulan bertujuan untuk melindungi mereka dari berbagai penyakit. Imunisasi dapat mencegah penyakit menular yang pernah membunuh atau merugikan banyak bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Tanpa vaksin, anak dapat berisiko sakit parah dan menderita sakit, cacat, dan bahkan kematian akibat penyakit, seperti campak dan batuk rejan.
Setidaknya, bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap hingga usia 2 tahun. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan, jadwal yang direkomendasikan melindungi bayi dan anak-anak dengan memberikan perlindungan sejak dini, sebelum mereka bersentuhan dengan penyakit yang mengancam jiwa. Anak-anak menerima vaksinasi sejak dini karena mereka rentan terhadap penyakit di usia muda.
Terlepas dari itu, jadwal imunisasi yang direkomendasikan ini dapat bervariasi tergantung di mana Parents tinggal, kesehatan anak, jenis vaksin, dan vaksin yang tersedia. Misalnya di Indonesia, ada 2 jenis imunisasi bayi 1 bulan yang akan diberikan pada buah hati Parents. Apa saja itu?
Daftar Imunisasi Bayi 1 Bulan di Indonesia
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020, inilah jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun.
1. BCG
Di usia 1 bulan, bayi akan mendapatkan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin). Ini adalah jenis vaksin hidup yang sering kali disuntikkan di lengan kanan atas.
Imunisasi BCG bertujuan untuk melindungi terhadap tuberkulosis (TB). TB adalah infeksi serius yang memengaruhi paru-paru dan kadang-kadang bagian lain dari tubuh, seperti otak (meningitis), tulang, sendi dan ginjal.
Dilansir dari laman National Health Service, imunisasi BCG direkomendasikan untuk bayi yang:
- lahir di wilayah dengan tingkat tinggi tuberkulosis
- memiliki orang tua atau kakek-nenek yang lahir di negara dengan tingkat TB yang tinggi
- hidup dengan, atau kontak dekat, seseorang dengan TB menular.
Biasanya, imunisasi ini direkomendasikan untuk bayi pada usia sekitar 28 hari setelah kelahirannya atau sebelum bayi berusia 1 bulan. Jika bayi berusia 3 bulan atau lebih, imunisasi diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi lokal cepat pada minggu pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis.
Vaksinasi ini diberikan sekali seumur hidup dan tidak ada dosis lanjutannya.
Pemberian vaksin BCG juga memiliki efek samping ringan bagi bayi, di antaranya yaitu:
- rasa sakit atau keluarnya cairan dari tempat suntikan diberikan
- suhu tinggi (demam)
- sakit kepala
- pembengkakan kelenjar di bawah ketiak di lengan tempat suntikan diberikan.
Selain itu, sering munculnya bisul atau luka bernanah di tempat penyuntikan. Hal ini dikarenakan vaksin BCG mengandung bakteri hidup sehingga penyuntikannya akan menyerupai infeksi alamiah, dimana tubuh melakukan respons imun dan terbentuk bisul.
Ini merupakan reaksi yang diharapkan setelah pemberian vaksin dan tidak berbahaya. Biasanya bisul akan merekah dan muncul sekita 3 minggu setelah penyuntikkan dan sembuh dalam 2-3 bulan dengan meninggalkan luka parut sekitar diameter 4-8 mm. Jadi tenang ya Parents, jika melihat efek tersebut setelah bayi mendapat imunisasi BCG.
Untuk meredakan efek samping tersebut, Parents dapat memberikan kompres hangat di lokasi bisul dan mengeringkannya menggunakan handuk bersih dengan cara ditepuk-tepuk secara perlahan setelah mandi. Jangan menekan lokasi penyuntikan,
Bila penyuntikan terlalu dalam dan jaringan parut tertarik ke dalam, maka tidak perlu adanya pengulangan imunisasi BCG. Kendati demikian, imunisasi ini bisa jadi akan menimbulkan bisul di ketiak atau leher yang biasanya akan sembuh sendiri. Namun, segera konsultasikan ke dokter anak untuk mengevaluasi apakah perlu tindakan pembedahan terhadap bisul atau tidak.
Bayi atau anak perlu dibawa ke dokter jika terjadi:
- bengkak yang hebat,
- demam tinggi,
- nanah yang banyak atau yang disebabkan oleh penyuntikan yang tidak steril (bukan akibat reaksi normal dari BCG).
Komplikasi dari bisul yang mungkin terjadi adalah infeksi sekunder bakterial jika dilakukan penanganan yang tidak tepat, misalnya ditaburi atau dioles bahan-bahan yang tidak steril.
Artikel terkait: Imunisasi BCG: Manfaat, Efek Samping, Kontraindikasi, hingga Biaya
2. Polio
Vaksin polio merupakan salah satu jenis vaksin hidup yang termasuk imunisasi dasar. Imunisasi bOPV-0 diberikan pada saat lahir bayi, akan dipulangkan dari fasilitas kesehatan, atau pada kunjungan pertama.
Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu:
Vaksin virus polio yang tidak aktif
Inactivated poliovirus vaccine (IPV) adalah vaksin ini diberikan dengan suntikan di kaki atau lengan, tergantung pada usia pasien.
Vaksin polio suntik, isinya virus polio mati yang disuntikan di otot lengan atau paha, sehingga tidak dapat berkembang biak di usus dan tidak menimbulkan kekebalan di usus, namun dapat menimbulkan kekebalan di dalam darah. Oleh karena itu, bila ada virus polio liar yang masuk ke dalam usus bayi/anak yang disuntik vaksin polio, maka virus polio liar masih bisa berkembang biak di ususnya (karena tidak ada kekebalan di dalam ususnya), tetapi ia tidak sakit, karena ada kekebalan di dalam darahnya.
Akan tetapi, karena virus polio liar masih bisa berkembang biak di ususnya, maka bisa menyebar melalui tinja ke anak-anak lain, dan dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak disekitarnya. Oleh karena itu, di negara atau wilayah yang masih ada transmisi polio liar semua bayi dan anak balita harus diberi virus polio yang diteteskan ke dalam mulut, agar ususnya mampu mematikan virus polio liar, sehingga menghentikan proses penyebaran. Bila selama 5 tahun atau lebih tidak ditemukan lagi virus polio liar, maka secara bertahap dapat menggunakan virus polio suntik.
Virus polio suntik boleh diberikan pada pasien yang kekebalannya rendah, misalnya karena sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka lama, mendapat obat-obat anti kanker, menderita HIV AIDS, atau di dalam rumahnya ada penderita-penderita tersebut.
Vaksin virus polio oral
Oral poliovirus vaccine (OPV) sering digunakan di Indonesia, umumnya beberapa fasilitas kesehatan seperti Puskesmas atau klinik dokter. Anak-anak menerima dosis vaksin dengan tetes di mulut.
Vaksin polio yang diteteskan di mulut adalah virus polio vaksin yang masih hidup tetapi dilemahkan, sehingga masih bisa berkembang biak di usus, dan dapat merangsang usus dan darah untuk membentuk zat kekebalan (antibodi) terhadap virus polio liar. Artinya, bila ada virus polio liar masuk ke dalam usus bayi/anak tersebut, maka virus polio liar tersebut akan diikat dan dimatikan oleh zat kekebalan tersebut yang dibentuk di usus dan di dalam darah, sehingga tidak dapat berkembang biak, tidak membahayakan bayi / anak tersebut, dan tidak dapat menyebar ke anak-anak sekitarnya.
Umumnya, imunisasi polio 0 di usia 1 bulan ini diberikan secara oral atau oral polio vaccine (OPV). Selanjutnya, untuk polio 1, 2, 3, dan 4 (booster) dapat diberikan secara oral atau injeksi (inactivated polio vaccine atau IPV).
IDAI merekomendasikan agar anak-anak mendapatkan empat dosis vaksin polio. Di antaranya pada usia:
- 2 bulan
- 3 bulan
- 4 bulan
- 18 bulan.
Selanjutnya, berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Sebaiknya, bayi paling sedikit mendapat 2 dosis IPV sebelum berusia 1 tahun, bersama imunisasi DTP.
Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
Imunisasi bayi 1 bulan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya poliomielitis, atau penyakit yang melumpuhkan dan berpotensi mematikan. Penyebabnya adalah virus polio. Virus tersebut menyebar dari orang ke orang dan dapat menginfeksi sumsum tulang belakang seseorang, menyebabkan kelumpuhan (tidak dapat menggerakkan bagian tubuh).
Virus polio biasanya menyebar melalui kontak dengan kotoran orang yang terinfeksi. Misalnya, dari tidak mencuci tangan dengan benar dan memasukkannya ke dalam mulut, atau dari makanan atau air yang terkontaminasi. Ini juga dapat menyebar melalui batuk atau bersin, tetapi ini lebih jarang terjadi.
Artikel terkait: Waspadai gejala polio pada anak, ini aturan vaksin yang wajib diketahui
Efek samping vaksin polio, yaitu:
- sakit di lokasi penyuntikan
- kemerahan
- bengkak atau nyeri di mana suntikan diberikan dapat terjadi setelah vaksinasi polio.
Seperti halnya obat apa pun, ada kemungkinan vaksin yang sangat kecil menyebabkan reaksi alergi parah, atau cedera serius lainnya. Meski sangat jarang terjadi, ada bayi yang terkadang pingsan setelah prosedur medis, termasuk vaksinasi. Beri tahu petugas kesehatan jika anak merasa pusing atau mengalami perubahan penglihatan atau telinga berdenging.
Sementara, untuk mengatasi atau meredakan efek samping dari imunisasi polio, Parents harus rajin memantau suhu tubuh anak menggunakan termometer. Beberapa penyedia layanan kesehatan terkadang sudang meresepkan paracetamol atau obat penurun panas untuk meredakan demam. Sama halnya dengan imunisasi lainnya, Parents dapat mengompres area suntikan dengan kompres hangat.
IDAI mengatakan, Parents juga dapat memberikan ASI segera setelah imunisasi polio oral pada umur lebih dari 1 minggu. Pasalnya, di dalam kolostrum terdapat antibodi dengan titer tinggi yang dapat mengikat vaksin polio oral. Susu formula juga boleh segera diberikan setelah vaksinasi polio oral.
Sedangkan, jika bayi muntah sebelum 10 menit setelah pemberian vaksin polio oral, segera berikan lagi vaksin polio dengan dosis sama. Jika muntah berulang, berikan lagi pada keesokan harinya.
Artikel terkait: Vaksinasi di Saat Pandemi, Ini yang Harus Parents Ketahui
Kendati demikian, ada beberapa anak yang tidak diperkenankan mendapat vaksin polio, yaitu:
1. Jika anak yang mendapatkan vaksin memiliki alergi parah yang mengancam jiwa
Jika anak yang menerima vaksin pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa setelah dosis IPV, atau memiliki alergi parah terhadap bagian mana pun dari vaksin ini, mereka mungkin disarankan untuk tidak divaksinasi. Tanyakan kepada penyedia layanan kesehatan jika Anda menginginkan informasi tentang komponen vaksin.
2. Jika anak yang mendapatkan vaksin merasa tidak enak badan
Jika anak yang mendapatkan vaksin memiliki penyakit ringan, seperti pilek, mereka mungkin perlu menunggu hingga seminggu setelah penyakit sembuh. Jika mereka sakit sedang atau parah, mereka juga harus menunggu sampai sembuh. Tetap konsultasikan pada dokter jika Anda ragu.
Nah, itulah imunisasi bayi 1 bulan di Indonesia yang termasuk dalam daftar imunisasi dasar menurut IDAI. Yuk Parents, segera berikan perlindungan bagi si Kecil sejak dini!
***
Baca Juga:
Cek Jadwal Lengkap Imunisasi Anak Terbaru dan Cara Mengatasi Efek Sampingnya
13 Jenis Imunisasi untuk Bayi Baru Lahir dan Manfaatnya, Jangan Diabaikan!
Imunisasi Bayi 3 Bulan yang Sebaiknya Parents Ketahui Beserta Efek Samping dan Cara Mengatasinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.