Intermittent fasting atau diet puasa bisa jadi alternatif selain diet rendah kalori, yang seringkali gagal dilakukan. Pertanyaan yang muncul, apakah diet puasa bisa dilakukan semua orang, bolehkah ibu menyusui melakukan intermittent fasting?
Diet puasa adalah metode untuk mengatur pola makan dengan cara berpuasa makan selama beberapa waktu. Namun di antara waktu tersebut, Anda masih dapat mengonsumsi minuman.
Diet puasa tidak mengatur makanan apa yang harus dikurangi atau dikonsumsi, tetapi kapan Parents harus makan dan kapan harus berhenti alias “puasa”. Metode ini kerap menganjurkan puasa makan selama 16 jam dan waktunya dapat Anda tentukan sendiri.
Artikel terkait: 3 Diet Paling Ngetren, Apa Kelebihan dan Kekurangannya?
Ibu Menyusui Melakukan Intermittent Fasting, Bolehkah?
Diet puasa bisa dilakukan dengan aman jika busui mampu memenuhi kebutuhan kalori, nutrisi, dan cairan. Jika Anda merasa tidak bisa, atau Anda mengalami efek samping yang tidak menyenangkan, Anda harus menghentikan puasa intermittent.
“Puasa intermittent untuk menurunkan berat badan saat menyusui tidak akan membahayakan bayi selama Anda terus menyusui secara teratur,” kata Bruce K. Young, MD, ahli kebidanan dan ginekologi.
“Namun, Anda mungkin akan mengalami pusing, mual, atau sakit perut, dan harus selalu memastikan untuk minum banyak air. Jika gejala ini terjadi, Anda harus menghentikan diet puasa,” katanya menambahkan.
Metode yang paling umum saat ibu menyusui melakukan intermittent fasting adalah 16/8, yaitu membagi 16 jam waktu berpuasa dan 8 jam waktu mengonsumsi makanan. Misalnya, busui boleh makan dari jam 1 siang sampai jam 9 malam, kemudian dilanjutkan berpuasa hingga 16 jam ke depan.
Artikel terkait: Ingin Diet Keto? Ini 6 Makanan yang Harus Disantap
Apa saja Hal yang Perlu Diperhatikan Bagi Ibu yang Menyusui Melakukan Intermittent Fasting?
1. Harus Pastikan BB Bayi
Diet puasa aman dilakukan saat menyusui jika Anda mampu mengonsumsi sekitar 2.300 hingga 2.500 kalori bergizi setiap hari, mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama protein, karbohidrat, dan lemak, dan minum cukup cairan.
Selain itu, pastikan BB (berat badan) bayi tetap bertambah dan busui tidak mengalami efek samping yang tidak menyenangkan seperti pingsan atau mual.
Jika Anda ingin mencoba puasa intermittent saat menyusui, Anda perlu memerhatikan lebih detail daripada jika Anda tidak menyusui. Kebutuhan nutrisi Anda harus menjadi prioritas pertama Anda.
2. Mengkonsumsi Cukup Kalori
Busui membutuhkan tambahan 450 hingga 500 kilokalori per hari, dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh orang yang sehat dan tidak hamil. Ini berarti Anda perlu mengonsumsi sekitar 2.300 hingga 2.500 kalori setiap hari.
3. Minum Cukup Cairan
Saat menyusui, Anda perlu minum sekitar 16 gelas air setiap hari atau dua kali lipat dari yang Anda butuhkan jika Anda tidak menyusui. Ini berarti Anda perlu minum air sepanjang hari. Tapi jangan khawatir, air benar-benar baik dan direkomendasikan selama ibu menyusui melakukan intermittent fasting.
4. Jangan Sampai Defisit Nutrisi
Penting untuk mendapatkan nutrisi yang cukup selama ibu menyusui melakukan intermittent fasting. Nutrisi yang harus dipenuhi adalah protein, karbohidrat, dan lemak ekstra, dan Anda tidak bisa mendapatkan nutrisi ini dalam vitamin prenatal.
Jika ibu menyusui melakukan intermittent fasting, dokter menekankan pentingnya makan berbagai macam buah-buahan, sayuran, daging tanpa lemak, dan makanan pokok yang diperkaya dan gandum utuh.
Artikel terkait: Mau turunkan berat badan? Jangan lupa konsumsi 5 buah ini dalam menu harian Anda
5. Kelola Stres
Puasa meningkatkan produksi kortisol, hormon yang terkait dengan stres. Hampir semua orang tua baru menderita kurang tidur selama bulan-bulan awal kehidupan bayi mereka, dan kurang tidur juga akan meningkatkan kortisol.
Stres juga dapat menurunkan produksi ASI. Untuk menghindari stres dan kecemasan yang berlebihan, Anda mungkin ingin memilih waktu makan yang lebih lama atau tidak melakukan intermittent fasting sama sekali.
Jadi, kesimpulannya, puasa intermittent dapat dilakukan saat menyusui, tetapi perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika Anda merasa tidak mendapatkan cukup kalori, nutrisi, atau cairan saat intermittent fasting, sebaiknya Parents menunda sampai lebih aman dilakukan atau setelah masa menyusui berakhir, ya!
Baca juga:
id.theasianparent.com/liburan-ke-luar-negeri
id.theasianparent.com/manfaat-terong
id.theasianparent.com/anak-obesitas
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.